bersama dalam bahagia bersatu dalam duka

Rabu, 12 Juni 2013

Tata Panggung (part 2)

Oleh: Eko Santosa
Salah satu unsur artistik dalam teater adalah tata panggung atau biasa disebut set dekor. Fungsi tata panggung selain memperindah penampakan pentas juga memberikan ruang bagi pemeran. Tetapi fungsi yang paling penting dari tata panggung adalah memperkuat permainan para aktor. Artinya, kehadiran tata panggung tidak hanya sekedar mempercantik tetapi menegaskan laku aksi yang disajikan oleh para aktor di atas pentas. Tidak ada gunanya menata dan menghias panggung dengan baik tetapi justru menenggelamkan para pemain.

Tata panggung dalam teater dapat menegaskan makna sehingga pesan yang hendak disampaikan menjadi semakin jelas ditangkap oleh para penonton. Kejelasan makna pesan memang bukan tanggungjawab tata panggung tetapi ruang untuk menyampaikan pesan itu disediakan oleh seniman tata panggung. Oleh karena itu, kerjasama sangat dibutuhkan antara penata panggung dengan sutradara atau konseptor pementasan. Maksud dan tujuan pementasan harus menjadi satu kesatuan dengan tampilan tata panggung.
Secara lebih mendalam, tata panggung jika digarap dengan seksama mampu menghadirkan suasana, memberi hidup pementasan serta menguatkan karakter pemeran. Hal-hal tersebut tidak dapat ditangkap mata secara langsung tetapi pengaruhnya dapat dirasakan baik oleh para pemain maupun penonton. Tata panggung adalah keajaiban tersendiri yang dihadirkan selain permainan para aktor. Keajaiban yang mengubah panggung menjadi lukisan hidup dan indah untuk lama-lama ditatap. Untuk dapat menghadirkan tata panggung seperti tertulis di atas, diperlukan kesungguhan kerja serta niat mempelajari hal-hal baru dan segala hal yang berkaitan dengan seni tata panggung.
PRINSIP DASAR TATA PANGGUNG
Karya akhir dari penata panggung ditujukan sepenuhnya kepada penonton pada saat introduksi sebuah pertunjukan. Beberapa saat sebelum pemain muncul di atas panggung atau mengucapkan baris kalimatnya, penonton akan melihat hamparan sett dekor karya sett designer (desainer panggung). Jika tata panggung yang dihadirkan cantik dan mampu memikat maka tak pelak lagi impresi penonton terhadap pertunjukan telah dibangun dengan baik. Pengaruh tata panggung yang paling kentara dalam hal ini adalah tatanan garis, bentuk, dan warna.
Garis
Para penonton, secara tidak sadar dipengaruhi pertama kali oleh tata panggung yang dilihatnya. Garis tegas yang ditampilkan dalam tata dekorasi (scenery) akan menuntun mata penonton menuju ke area permainan dan sekitarnya. Dengan tatanan garis dan ruang yang diciptakan, tata panggung dengan sendirinya telah menciptakan semangat dan suasana (atmosphere). Bentuk garis lengkung lembut memberi kesan tenang, garis yang membentuk kotak memberi kesan ketegasan, variasi bentuk yang diciptakan oleh garis dapat menimbulkan kesan tersendiri yang dapat mempengaruhi perasaan penonton. Rancangan garis dalam bentuk yang ditata secara seksama memberi ketegasan karakter yang dinginkan oleh pertunjukan.
Garis yang dibentuk akan menuntun mata penonton
Dimensi
Ukuran dari satu bentuk bidang/benda yang ada di atas pentas antara satu dengan yang lain memiliki hubungan dengan pemain karena semua benda yang ada di atas panggung pada dasarnya digunakan oleh pemain baik secara langsung ataupun hanya sebagai background. Oleh karena itu tatanan ruang di sekitar dan di antara bentuk-bentuk bangunan atau benda yang ada di atas panggung harus mempetimbangkan area permainan yang akan digunakan oleh aktor.
Aktor yang berada di atas panggunglah yang akan memberikan gambaran tentang ukuran sesungguhnya dari setiap benda atau ruang yang ada. Misalnya, set cerita berada di sebuah istana, maka tata panggung harus benar-benar menampakkan desain sebuah istana meskipun secara skala diperkecil. Perkecilan skala ini jika dibuat dengan tepat dapat digunakan oleh aktor untuk memberikan gambaran pada penonton ukuran sesungguhnya. Inilah yang disebut dimensi. Apa yang ada di atas panggung tidaklah datar tetapi penuh ruang dan berisi sehingga tatapan mata pemain menemukan titik fokus untuk setiap laku aksi yang dikerjakannya.
Dimensi memberikan gambaran ruang dan isi
Warna
Warna di atas panggung dapat menjadi daya rangsang yang hebat untuk semangat dan situasi yang digambarkannya. Mempelajari spektrum warna sangat dianjurkan sehingga penata panggung betul-betul paham karakter setiap warna. Selain membawa pengaruh suasana, warna juga membawa pengaruh secara emosional. Seorang aktor akan merasa kesulitan untuk melakukan akting sedih secara mendalam ketika seluruh ruang dan kostum yang dikenakannya berwarna cerah. Peletakkan atau perubahan warna yang tepat dalam setiap pergantian adegan akan memunculkan nuansa serta emosi yang dikehendaki. Demikian pula dengan karakter tokoh peran, warna membawa pengaruh bagi sang karakter. Karena itu, cermatilah penggunaan warna agar tampilan adegan per adegan memiliki jiwa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Warna mempertegas kedalaman ruang
Cahaya
Cahaya dengan warna, intensitas, arah serta distribusinya membawa pengaruh yang kuat terhadap mood (kondisi pikiran atau perasaan). Pertunjukan akan menjadi lebih hidup dengan cahaya. Fokus karakter atau tokoh dapat dimunculkan dengan cahaya. Demikian pula keseimbangan, dapat diciptakan melalui intesitas cahaya. Penonjolan tata panggung dapat pula dibentuk dari cahaya. Bahkan perubahan warna set dekor dapat diubah sesuai dengan mood cerita melalui cahaya. Yang paling mendasar di antara itu semua – secara teknik – tata cahaya dapat dijadikan arah laku aksi bagi para pemain. Sebelum pemain berpindah dari satu titik menuju titik berikutnya cahaya dapat menuntun sang pemain dengan memberikan panduan penerangan ke arah titik yang hendak dituju. Jadi selain memiliki fungsi artistik, cahaya dapat digunakan sebagai penunjuk arah laku aksi pemain.
Cahaya membuat semuanya nampak hidup
Komposisi dan Kesimbangan
Komposisi dalam tata panggung dapat diartikan sebagai pengaturan atau penyusunan keseluruhan unsur set dekor. Dalam menata semua piranti yang ada di atas pentas maka faktor utama yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan. Keseimbangan bukan berarti secara matematis penataan piranti benar-benar sama dalam jumlah maupun posisinya di setiap bagian panggung, meskipun tata letak simetris diperbolehkan dan tidak juga mengurangi keindahan. Secara mendalam, keseimbangan adalah penataan set yang dapat dilihat dengan enak dan hamonis dari setiap sudut pandang mata penonton. Jadi dengan memperhatikan komposisi dan keseimbangan tata letak piranti set dekor maka hasil tata panggung yang diperoleh enak dipandang dari manapun posisi penonton berada.
Komposisi yang seimbang
PERSPEKTIF

Perspektif menghadirkan objek tiga dimensi dan bentuk permukaan dua dimensi untuk menampakkan kesan tinggi, ketebalan, kedalaman, dan jarak yang relatif. Artinya, perspektif mengetengahkan pemandangan tata panggung seperti halnya mata manusia melihat pemandangan secara nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut pemahaman tentang prinsip-prissip dasar tata panggung harus benar-benar dikuasai. Dengan tata panggung yang mengikuti hukum perspektif, mata penonton dituntun seolah-olah menyaksikan kenyataan.
Sebagai dasar panduan untuk menciptakan dekorasi yang memenuhi hukum perspektif maka studi tentang tatapan mata manusia perlu dilakukan. Artinya, level, jarak pandang, batas pandangan manusia perlu diperhatikan. Untuk memahami hal tersebut cobalah letakkan beberapa benda di atas panggung dan amatilah dari berbagai sudut pandang dan catatlah perbedaannya. Dengan pengamatan semacam itu, tentunya memori kita akan mendapatkan gambaran bagaimana menciptakan tata panggung yang memiliki dimensi dan visi sebagai mana mata manusia melihat pemandangan. Jika digambarkan secara wantah, perspektif adalah menatap benda yang berada di kejauhan lebih kecil daripada yang ada di dekat  dan jika jarak pandang ditarik semakin jauh maka akan membentuk satu titik.
Gambar perspektif
Hukum perspektif mengikuti garis lengkung muka bumi, sehingga benda yang terlihat jauh nampak kecil. Jika mata dibiarkan menatap cakrawala – misalnya di pantai – maka akan kita lihat garis pertemuan antara laut dan pantai. Pada garis ini semua benda terlihat seperti titik. Kemudian ketika benda mendekat maka volumenya akan semakin membesar. Demikian pula ketika kita menatap puncak gedung bertingkat maka lantai paling atas akan semakin kecil karena berada di kejauhan. Demikianlah perspektif.
MEMULAI KERJA
Kerja tata panggung adalah kerja yang menyeluruh, artinya penata panggung tidak hanya menggunakan kemampuannya secara teori dan praktis tetapi juga harus mampu mengembangkan imajinasinya. Ketiga hal tersebut merupakan senjata ampuh bagi sang penata panggung untuk menciptakan kreasinya. Akan tetapi untuk menjadi penata panggung handal dibutuhkan proses yang tidak sebentar serta kontinyuitas dan konsistensi dalam profesi.
Studi Naskah
Membaca naskah lakon adalah proses wajib sebelum memutuskan segala sesuatu baik itu berkaitan dengan akting ataupun kerja artistik. Naskah lakon harus dibaca dengan pemahaman sebagai sebuah cerita sampai ditemukan apa maksudnya. Kata kerja operatif di sini adalah “APA”. Seorang pekerja artistik dalam hal ini penata panggung tidak akan bisa mengatakan “Bagaimana mewujudkan sebuah karya tata panggung sebelum ia tahu betul “APA”  yang akan dikerjakan. Banyak penata panggung yang lebih dahulu bertanya ‘bagaimana’ menciptakan karya di atas pentas sementara ia belum menangkap apa maksud naskah lakon yang hendak digarap. Keadaan ini membuat ia berada dalam kebingungan atau justru menciptakan imajinasi-imajinasi yang hasilnya melenceng jauh dari apa yang dikehendaki oleh naskah lakon.
Untuk itu membaca naskah berulang-ulang sangat diperlukan. Bukan dalam arti kajian yang mendalam tetapi dalam rangka menemukan “APA” yang dimaksud oleh lakon tersebut. Dengan menangkap maksud lakon maka gambaran global laku lakon di atas pentas akan didapatkan. Jadi, memang kerja tata panggung bukan dalam wilayah memahami makna teks ataupun sub teks, tetapi memahami maksud lakon tersebut, bercerita tentang apa lakon tersebut.
Setelah mengerti apa maksud lakon maka perlu diketahui pula “DIMANA” peristiwa itu berlangsung. “DIMANA” menggambarkan latar berlangsungnya cerita, menggambarkan ruang berlangsungnya cerita, menggambarkan keadaan/situasi cerita, dan menggambarkan waktu berlangsungnya cerita. Pemahaman tentang ruang dan waktu sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana peristiwa seperti yang dikehendaki oleh lakon. Dalam sebuah kasus jual beli misalnya, suasananya akan tampak sangat berbeda antara yang terjadi di pasar dengan yang terjadi di lingkungan pertokoan. Dengan memahami “DIMANA” peristiwa berlangsung maka penata panggung akan memiliki gambaran komplit setting cerita tersebut.
Berikutnya adalah wilayah kreatif si penata panggung untuk mewujudkan gambaran-gambaran tersebut dalam karyanya. Pada tahap ini barulah kata “bagaimana” digunakan. Jika sudah sampai di sini maka ini adalah medan merdeka untuk berekspresi sepanjang tidak lepas dari konteks “APA” maksud/makna cerita dan “DIMANA” cerita tersebut berlangsung sehingga keutuhan pesan cerita dapat disampaikan melalui bahasa dan kode-kode artistik yang hadir secara visual di atas pentas.
Konsep
Setelah menemukan ‘Apa’ dan ‘Dimana’ maka kerja berikutnya adalah menentukan konsep garapan. Untuk hal yang satu ini penata panggung berkonsultasi dengan sutradara atau produser karena merekalah yang memiliki wewenang terhadap konsep dasar pementasan. Selanjutnya, kreasi sang penata panggung mengikuti alur konsep dasar yang telah ditentukan tersebut. Tetapi dalam hal kreatifitas inipun penata panggung harus dapat bekerjasama dengan penata rias dan busana, serta penata cahaya. Semua dimaksudkan agar terjadi satu kesatuan (unity).
Lepas dari keterkaitan dengan sutradara dan penata artistik lain, ada dua hal mendasar dalam konsep tata panggung, yaitu; realisme dan simbolis. Kedua konsep ini mengacu pada gaya pementasan teater. Realisme adalah konsep pementasan yang mencoba menampilkan potongan kehidupan nyata di atas panggung sehingga penonton mendapat kesan bahwa yang ada di atas panggung benar-benar nyata. Sementara simbolisme menggunakan berbagai media (objek) untuk menampilkan makna yang hendak disampaikan kepada penonton. Simbolisme lebih menekankan makna  cerita yang ditampilkan. Semua pesan cerita dirangkum dalam tatanan set yang simbolik.
Kreasi sang penata panggung berikutnya merupakan perkembangan dari konsep yang telah ditentukan. Untuk menampilkan set relisme maka penata panggung harus mendasarkan karyanya pada kenyataan yang ada. Misalnya; untuk  membuat jembatan maka bentuknya diusahakan seoptimal mungkin mirip dengan jembatan yang ada secara nyata. Sementara itu simbolisme, mencoba menghadirkan makna yang menjadi pesan utama pementasan. Misalnya; penata panggung membuat palu besar sekali dan diletakkan sebagai fokus untuk menyampaikan makna pementasan ‘keadilan harus ditegakkan’.
Set realis
Set simbolis
Desain Lantai
Desain lantai adalah gambar tata letak piranti set tampak atas. Dengan demikian gambar desain lantai seolah-olah merupakan gambar komposisi bidang dan atau bentuk dimana setiap bidang dan atau bentuk tersebut mewakili piranti set. Desain lantai dibuat sebagai panduan tata letak set sehingga pada saat penataan yang sesungguhnya kerja menjadi lebih mudah. Pembuatan desain lantai, bisa dilakukan sebelum membuat sketsa ataupun setelahnya.



Contoh desain lantai di atas menggambarkan sebuah ruang resepsionis hotel. Tata letak kursi dan meja bulat di lobby hotel di letakkan di pojok sebelah kiri. Sisi kanan adalah meja dan kursi resepsionis serta di sampingnya adalah tangga menuju ke ruang atas. Dengan gambar tampak atas seperti ini dapat dibayangkan ruang yang dibentuk oleh letak piranti set dan area permainan yang dapat digunakan oleh para pemain.
Sketsa
Gambaran kasar tata panggung secara sederhana tetapi jelas sehingga maksud atau tujuan tata panggung yang sebenarnya dapat dibaca secara visual. Pada gambar sktesa ini, penata panggung memiliki kebebasan menuangkan berbagai ekspresi artsitik dalam desain karya tata panggung. Sketsa yang dibuat jumlah dan bentuknya bisa banyak untuk memberikan ragam pilihan. Kemudian dengan berbagai pertimbangan termasuk konsep dasar yang telah ditentukan maka sketsa yang paling cocok dipilih untuk selanjutnya disempurnakan dalam gambar desain tata panggung secara perspektif.
Gambar Desain Tata Panggung
Berdasar dari sketsa yang telah dipilih, gambar desain tata panggung dibuat secara perspektif. Untuk memberi gambaran yang jelas, sebaiknya gambar dibuat berwarna persis seperti apa yang nantinya dituangkan dalam tata panggung. Jika desain tata panggung menggunakan banyak piranti atau banyak konstruksi, biasanya desain dibuat dari berbagai sudut pandang.
Hal ini selain memudahkan kerja berikutnya, juga dapat memberikan gambaran sejelas-jelasnya rancangan yang telah dibuat sehingga, gambaran tata panggung asli dapat ditangkap.
Maket
Maket atau miniatur tata panggung dibuat untuk memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada produser, sutaradara serta pemain. Biasanya maket dibuat untuk kerja tata panggung dalam proyek yang besar yang melibatkan berbagai unsur pendukung sehingga semua orang yang terlibat dalam proyek tersebut mengetahui maksud dan tujuan dari tata panggung tersebut. Selain itu, untuk kepentingan studi tata panggung, maket merupakan satu bentuk kerja praktik yang jauh lebih murah dibanding membuat tata panggung yang sesungguhnya.
Pengerjaan
Setelah semua tahap dilakukan sekarang tiba saatnya kerja yang sesungguhnya. Sebelum memulai kerja, tentukan dulu teknik yang akan digunakan dalam pengerjaan. Tata panggung biasanya dibuat dengan teknik knockdown (bongkar pasang) jika nanti pada pementasan terjadi penggeseran tata letak dari adegan satu ke adegan yang lain.  Selain itu teknik bongkar pasang memudahkan pengangkatan piranti set, terutama ketika pentas dikerjakan secara keliling. Teknik yang kedua adalah permanen, dalam artian set tidak akan berpindah-pindah dan pentas dikerjakan hanya dalam satu tempat dalam waktu yang lama.   Pemilihan teknik ini mempengaruhi kebutuhan alat dan bahan. Dalam teknik bongkar-pasang bahan yang digunakan biasanya bersifat ringat dan mudah dibentuk serta ringkas dibawa. Sedangkan setting permanen menggunakan bahan yang lebih kuat dan solid serta biasanya berat.
Jadi, alat dan bahan pembuatan setting bersifat relatif. Hal mendasar yang paling penting untuk diketahui adalah karakter bahan yang digunakan serta alat yang tepat. Sebagai misal; untuk merekatkan antara papan yang satu dengan yang lain dapat menggunakan paku atau baut, tetapi untuk merekatkan kertas harus menggunakan lem. Demikian juga dalam hal pengerjaan, karakter bahan sangat menentukan pembentukan objek yang dinginkan. Oleh karena itu, kenalilah alat dan bahan dengan baik.
Dengan megenal karakter alat dan bahan maka pembuatan dan pembentukan objek akan lebih mudah. Selain itu, karakter bahan seringkali sangat khas sehingga membutuhkan kejelian serta ketelitian tersendiri dalam mengerjakannya. Misalnya penggunaan kertas tisu untuk membuat tekstur pada dinding, sangat berbeda kiranya dengan tekstur yang dibuat dari serbuk kayu.
Setelah semua dikerjakan maka langkah berikutnya adalah finishing atau penyelesaian.  Untuk menyelesaikan keseluruhan rangkaian kerja tata panggung, penata panggung tidak bisa bekerja sendiri. Pada saat ini peran penata artistik lain terutama tata cahaya dan busana dibutuhkan. Perbedaan karakter bahan tata busana dan tata panggung menimbulkan efek perbedaan warna, tekstur yang signifikan. Biasanya yang paling rumit adalah penggunaan warna, karena wana yang dihasilkan dari kain (busana), dengan warna yang ada pada set dan, warna cahaya sangat berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan waktu tersendiri untuk uji coba busana, set dekor, dan cahaya. Percobaan dilakukan berulang hingga perpaduan yang tepat ditemukan. Harmoni adalah kunci utama dari tata artistik pementasan.
Mengembangkan Pengetahuan
Seorang penata panggung sudah seharusnya memiliki referensi yang banyak tentang segala  hal yang berkaitan dengan penataan set. Oleh karena itu disarankan untuk banyak membaca buku sesuai dengan bidang atau buku-buku yang memiliki korelasi dengan tata artistik. Selain buku, menyaksikan film juga sangat dianjurkan karena dalam film juga terdapat tata artistik meskipun dengan karakter yang berbeda. Tidak jarang tata panggung dipengaruhi oleh tata artistik film atau sebaliknya.
Pergi ke museum untuk mengamati jenis dan bentuk bangunan juga sangat berguna untuk menambah referensi. Mengamati tekstur, bentuk, dan konstruksi bangunan akan memperkaya wawasan komposisi. Melihat gambar, lukisan, mengamati warna-warni alam selain menyegarkan juga akan mendongkrak daya imajinasi. Intinya, dalam setiap langkah, jika kita serius menjadi penata panggung maka daya yang ada dalam diri kita dapat kita bangkitkan untuk selalu mencermati hal-hal yang berkenaan dengan tata artistik. Berpikir tentang ruang, gerak, garis, warna, cahaya dan komposisi diantaranya adalah pengalaman artistik yang dapat disimpan dalam benak untuk kemudian satu waktu dilahirkan dalam bentuk karya di atas pentas. Gunakan setiap waktu untuk belajar karena sesungguhnya hidup adalah belajar, belajar, dan belajar. (+)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar