Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam
pertunjukan teater.Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat
menyaksikan apa-apa. Dalampertunjukan era primitif manusia hanya menggunakan
cahaya matahari, bulan atauapi untuk menerangi. Sejak ditemukannya lampu
penerangan manusia menciptakan modifikasi dan menemukan hal-hal baru yang dapat
digunakan untuk menerangi panggung pementasan.
Sebuah wadah bagi para mahsiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin yang memang benar-benar berminat dan berjiwa dalam bidang seni, khususnya seni teater dengan bertujuan berdakwah melalui jalan seni.
Senin, 24 Juni 2013
Sabtu, 22 Juni 2013
Langkah-Langkah Penulisan Naskah Teater
Pada
mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara.Pementasan teater
muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan
sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan
penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin
meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain.
Selasa, 18 Juni 2013
Menyentuh Tubuh Teater
Menyentuh Tubuh Teater
Saya mengibaratkan teater
sebagai tubuh manusia dan itu barangkali dapat menjadikan teater sebagai
sesuatu yang lumrah dan akrab bagi kita.
Kita tahu bahwa tubuh
kita bukanlah “barang jadi”. Ia senantiasa membutuhkan pengelolaan, penghidupan
sendiri, dari awal hingga akhir. Semenjak kita lahir hingga kita tutup usia,
bahkan ia terus bergulir: tumbuh dan berawal dari unsur renik lalu kembali ke
unsur renik secara biologis dan kimiawi. Berbagai penamaan, berbagai
kepentingan, berbagai makna, hingga berbagai material yang menerpa tubuh kerap
mengalami perubahan, perkembangan dari hari ke hari. Tak elak, tubuh tak pernah
mengalami keutuhan yang langgeng, ia fana, setidaknya sepanjang hirup nafas dan
detak jantung masih bisa kita rasakan hingga saat ini.
Meditasi di Atas Pentas (Teater Pohon)
Salah
satu legenda hidup yang bisa dijumpai di Taman Ismail Marzuki (TIM),
Jakarta, adalah Roedjito. Lelaki ini biasa dipanggil "Simbah" oleh siapa
saja. Buat teman-teman sesama perupa, ia nyaris tak diperhitungkan.
Bahkan kerap diejek sebagai pelukis tanpa lukisan. Tetapi, buat orang
teater yang membutuhkan lahan untuk mengembangkan imajinasi dalam tiga
dimensi, inilah "dukun"-nya.
Simbah seperti tukang sihir yang
turun dengan perangkat apa adanya, tapi selalu mampu memindahkan mimpi
para sutradara ke dalam panggung dengan nuansa-nuansa magis. Dengan
latar belakang seni rupa, tetapi berbeda dengan seni-rupawan lain yang
menjadi penata artistik, Roedjito tidak melukis atau mematung di atas
pentas, tetapi menjadi arsitek batin. Ia melakukan meditasi.
Teknik, Muncul, Tempo, Puncak, Improvisas
Teknik Muncul
Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan
–TEKNIK OF ENTRANCE - , yaitu teknik seorang pemain untuk pertama kalinya
tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak atau satu adegan. Barang
kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain sudah berada duluan di atas
pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul tepat waktu layar di buka,
barang kali juga ia munculo pertama kali seorang diri diatas pentas seorang iri
seorang diri di atas pentas sebagai pembuka
Olah Rasa (Jiwa)
Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi
focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan
dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha
menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana
ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap
tokohnya.
Konsentrasi
Pengertian :
konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi,
kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.
Sabtu, 15 Juni 2013
TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif;
dimana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu
koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang
sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti
sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai
keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia
Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan,
Musik dan unsur-unsur lain).
Rabu, 12 Juni 2013
Tata Panggung (part 2)
Oleh: Eko Santosa
Salah
satu unsur artistik dalam teater adalah tata panggung atau biasa
disebut set dekor. Fungsi tata panggung selain memperindah penampakan
pentas juga memberikan ruang bagi pemeran. Tetapi fungsi yang paling
penting dari tata panggung adalah memperkuat permainan para aktor.
Artinya, kehadiran tata panggung tidak hanya sekedar mempercantik tetapi
menegaskan laku aksi yang disajikan oleh para aktor di atas pentas.
Tidak ada gunanya menata dan menghias panggung dengan baik tetapi justru
menenggelamkan para pemain. |
Senin, 10 Juni 2013
Lamut Sebagai media dakwah agama Islam
Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar.
Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran.
Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.
Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.[1]
Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.[1]
Mamanda (teater tradisional Kal-Sel)
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong
dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton.
Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan
komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih
hidup.[1]
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).[1]
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.[1]
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya. Bahkan, beberapa waktu silam seni lakon Mamanda rutin menghiasi layar kaca sebelum hadirnya saluran televisi swasta yang turut menyaingi acara televisi lokal. Tak heran kesenian ini sudah mulai jarang dipentaskan.
Dialog Mamanda lebih kepada improvisasi pemainnya. Sehingga spontanitas yang terjadi lebih segar tanpa ada naskah yang mengikat. Namun, alur cerita Mamanda masih tetap dikedepankan. Disini Mamanda dapat dimainkan dengan naskah yang utuh atau inti ceritanya saja.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".[1]
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya melestarikan dengan menghadirkan di sejumlah even resmi seperti hari jadi kabupaten beberapa waktu lalu, tapi memang terbatas. Kendala lainnya banyak masyarakat kita kurang tertarik lagi.
Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak masyarakat jadi kurang mengenal.
Kendati begitu, kata dia, perlu adanya modifikasi agar kesenian tersebut dapat diterima semua kalangan lagi. Misalnya bahasa yang digunakan tidak melulu bahasa daerah setempat tapi dengan bahasa Indonesia.[2]
Ref : http://id.wikipedia.org/wiki/Mamanda
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).[1]
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.[1]
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya. Bahkan, beberapa waktu silam seni lakon Mamanda rutin menghiasi layar kaca sebelum hadirnya saluran televisi swasta yang turut menyaingi acara televisi lokal. Tak heran kesenian ini sudah mulai jarang dipentaskan.
Dialog Mamanda lebih kepada improvisasi pemainnya. Sehingga spontanitas yang terjadi lebih segar tanpa ada naskah yang mengikat. Namun, alur cerita Mamanda masih tetap dikedepankan. Disini Mamanda dapat dimainkan dengan naskah yang utuh atau inti ceritanya saja.
Sejarah
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".[1]
Aliran dan nilai budaya
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama adalah Aliran Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah Aliran Tubau yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar.Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Perkembangan Mamanda saat ini
Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu kesenian ini. Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat perhatian generasi muda, jangan heran nantinya benar-benar punah.Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya melestarikan dengan menghadirkan di sejumlah even resmi seperti hari jadi kabupaten beberapa waktu lalu, tapi memang terbatas. Kendala lainnya banyak masyarakat kita kurang tertarik lagi.
Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak masyarakat jadi kurang mengenal.
Kendati begitu, kata dia, perlu adanya modifikasi agar kesenian tersebut dapat diterima semua kalangan lagi. Misalnya bahasa yang digunakan tidak melulu bahasa daerah setempat tapi dengan bahasa Indonesia.[2]
Ref : http://id.wikipedia.org/wiki/Mamanda
Rabu, 05 Juni 2013
Tata Rias (Artistik)
j
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah
penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti
lebih spesifik. Yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh.
Tata rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng lebih besar
dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekpresinya dapat dilihat oleh
penonton. Beberapa teater primitive menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat
dari bahan-bahan alam, seperti tanah, tulang, tumbuhan, dan lemak binatang.
Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa teater.
Tata Panggung
Tata panggung disebut juga dengan
istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh
tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar
dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang
akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung.
Penataan panggungdisesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara,
dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum
melaksanakan penataan panggung seorang penatapanggung perlu mempelajari
panggung pertunjukan.
Tata Artistik
Tata
Artistik
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan
dari teater. Pertunjukan teater menjadi
tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini
meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata
musik yang dapat membantu pementasan
menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi
lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada
bagian-bagian tersebut sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian
yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang
utuh darisebuah pementasan.
Tata artistik antaralain:
1.
Tata
panggung adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya
permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan
suasana panggung.
2.
Tatacahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di
daerah sekitar panggung
yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakonyang
dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa.
3.
Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi
pementasan teater yangberguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan
dan mengiringi pergantian
babak dan adegan.
4.
Tata
suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam
sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara
diperlukan untuk menghasilkan harmoni.
5.
Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan
busana yang dikenakan pemain.
Gunanya untuk menonjolkan watak dan peran yang dimainkan, dan bentuk fisik
pemain bisa terlihat jelas penonton.
Keberadaan tata artistik dalam
pementasan teater sangatlah vital. Tanpa pengetahuan dasar artistik seorang
sutradara atau pemain teater tidak akan mampu menampilkan kemampuannya dengan baik.
Persesuaian dengan tata artistik yang menghasilkan wujud nyata keindahan
tampilan diatas pentas adalah pilihan wajib bagi para pelaku seni teater.
Gambaran tata artistik secara umum, sutradara harus menuliskan gambaran
(pandangan) tata artistiknya. Meski tidak
secara mendetil, tetapi gambaran tata artisitk berguna bagi para
desainer untuk mewujudkannya dalam desain. Jika sutradara mampu, maka ia bias memberikan
gambaran tata artistik melalui sketsa. Jika
tidak, maka ia cukup menuliskannya.
KONSEP PENYUTRADARAAN
1. Konsep Ide
Intimidasi adalah sebuah film tentang pelanggaran HAM .
“Kejahatan
terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah
salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : pembunuhan;
pemusnahan; perbudakan; pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional; penyiksaan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa, pemaksaan kehamilan,pemandulan atau sterilisasi secara
paksa atau bentuk-bentuk kekerasaan seksual lain yang setara;
penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah di,akui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; penghilangan
orang secara paksa; atau kejahatan apartheid;“
Bentuk
pelanggaran HAM yang ada pada film ini adalah bentuk pemberantasan
kejahatan oleh aparat keamanan dengan cara membunuh atau menembak korban
yaitu preman , gali , bromocorah , dan sejenisnya yang kesemuanya
adalah penduduk sipil dan korban tidak diberikan hak kesempatan untuk
mendapatkan proses peradilan terlebih dahulu.
“Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.”
Intimidasi
memilih tema pelanggaran HAM sesuai dengan arti dari judul tersebut
yaitu penekanan disertai ancaman. Penjabaran dari arti judul tersebut
apabila dihubungkan dengan cerita adalah penekanan terhadap preman dan
orang-orang bertato di tahun 1981 – 1985 dimana mereka mendapatkan
ancaman berupa pembunuhan (eksekusi penembakan) oleh aparat tanpa adanya
proses peradilan hukum terlebih dahulu karena mereka dianggap merugikan
Negara dan meresahkan warga masyarakat.
Satu ide ini yang kemudian menjadi dasar pembentukan struktur naratif dan konsep style film ini. Mengarah hanya pada satu hal: pelanggaran HAM.
2. Konsep Form
Film ini akan disajikan dengan genre Crime Thriler, karena mengetengahkan kasus kriminal yang disajikan dengan nuansa action.[3] Pesan
yang ingin disampaikan dalam film Intimidasi adalah bahwa memberantas
kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, dapat disampaikan
secara efektif dengan ditunjukkannya beberapa proses eksekusi penembakan
terhadap para korban (preman , gali , bromocorah , penjahat , dll)
tanpa adanya peradilan terlebih dahulu. Pesan ini kemudian diterapkan
dalam sebuah tema film secara utuh yaitu tentang Robert
(protagonist),seorang preman bertato pasar senen yang menjadi korban
intimidasi dari para penembak misterius, dan ia mencoba untuk bertahan
di hutan dengan mengajak teman-temannya yang juga seorang preman bertato
agar tidak menjadi korban karena mereka merasa terancam akan mati,
namun pada akhirnya Robert beserta teman-teman nya ikut mati akibat
eksekusi penembakan tersebut. Di Awal cerita akan ditunjukkan beberapa
eksekusi penembakan secara sadis kepada para preman yang juga bertato.
Pesan
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk stuktur naratif,
karakter-karakter, konsep ruang dan konsep waktu yang spesifik.
2.1 Struktur Naratif
Struktur
naratif Intimidasi dibuat berdasarkan proses penekanan dan ancaman yang
terjadi terhadap para preman dan orang – orang bertato yang dianggap
penjahat. Di tahap awal atau tahap penekanan dibuka oleh kekejaman hasil
eksekusi penembakan terhadap para korbannya disertai dengan beberapa
artikel yang menunjukkan telah terjadi peristiwa berdarah yang merenggut
nyawa para penjahat di Indonesia tahun 1981 – 1982 berfungsi untuk
memperkenalkan kepada penonton bahwa dahulu di Indonesia telah terjadi
penembakan secara misterius terhadap
para preman , gali , dan bromocorah,dll. Khusunya mereka yang bertato
demi alasan keamanan di Indonesia. Tahap kedua adalah tahap dimana
Robert merasa diguncang mental untuk pertama kalinya saat salah satu
teman premannya menjadi korban penembakan yang mayatnya di buang di
pasar tempat sebagai mana biasanya mereka menjadi preman, berfungsi
untuk menunjukan pembelokan opening cerita ke sebuah masalah. Tahap
ketiga adalah ancaman, yaitu saat diamana Robert dan kedua teman
premannya melarikan diri di hutan untuk berlindung dan mempertahankan
diri namun tetap saja mereka tidak bisa lolos dari kejaran para penembak
misterius.
Struktur ini sangat sesuai dengan Struktur Hollywood Klasik,dimana disitu ada Opening , Middle , dan Ending.
2.2 Karakter
Kedudukan
pelaku dalam cerita adalah yang terpenting. Karena tentang tokoh utama
dan para tokoh pendukunglah sebuah cerita dituturkan. Cerita adalah
kisah perjuangan protagonist dalam menyingkirkan problema utama dan
mencapai suatu tujuan.
Robert
(40) adalah tokoh central pada film ini, dia adalah seorang preman
pasar senen yang baik hati dan penyanyang. Ia adalah seorang keturunan
jawa yang lama tinggal di Jakarta akibat orang tuanya meninggal. Hal itu
lah yang membuat Robert berjiwa keras sebagai preman agar tetap hidup.
Robert mempunyai Istri bernama Suci (30) yang sangat ia sayangi. Robert adalah tipe seorang suami yang ramah dan sabar terhadap istri. Meskipun ia dikenal sebagai
preman di pasar, namun di kampunya Robert dikenal sebagai sosok yang
ringan tangan dan suka membantu warganya yang sedang kesusahan meskipun
dengan uang hasil jatah preman nya di pasar. Di film ini Robert
merasakan tekanan batin akibat ia adalah salah satu korban yang di incar
oleh para penembak misterius dikarenakan ia adalah seorang preman dan
bertato tengkorak, tato tengkorak menandakan ia adalah seorang kepala
para preman atau penjahat daerah wilayah kekuasaanya. Maka dari itu ia
memutuskan untuk bersembunyi bersama kedua temannya yang preman setelah
mengetahui istrinya ikut terbunuh karena melawan penembak misterius. Ia
mencoba bertahan dari kejaran petrus di hutan.
Suci
(30) adalah tokoh romance pada film ini. Dia adalah istri Robert yang
penyanyang dan penyabar. Ia adalah tokoh satu-satunya yang dicintai oleh
Robert. Suci diharapkan dapat melahirkan anak pertamanya yang tidak
lama lagi akan lahir ke dunia. Dalam keadaan akan melahrkan, Suci
ditinggal oleh Robert saat Robert berusaha menyelamatkan diri ketika di
sergap oleh para penembak misterius. Hal itu sangat membuat Robert
merasa terpukul.
Jhon
(37) dan Bram (40) adalah rekan Robert yang juga sesama preman di pasar
senen termasuk salah satu dari incaran para penembak misterius. Jhon
dan Bram adalah tokoh pembentuk karakter tokoh utama film ini. Disini
mereka juga digambarkan
sebagai tokoh yang tidak berdaya menghadapi kejaran para penembak
misterius sampai akhirnya mereka pun mati tertembak di hutan.
2.3 Konsep Ruang dan Waktu
Ruang
pada Intimidasi adalah ruang dalam kehidupan sehari-hari seperti Rumah ,
Lingkungan sekitar rumah , Pasar , Hutan , Sungai. Ruang tersebut
memiliki kontribusi untuk memperkuat proses ketika Robert yang tadi nya
merasa aman dan nyaman di rumah, menjadi merasa terancam setelah ia
mengetahui temannya terbunuh di pasar sehingga ia harus berlindung di
hutan bersama kedua temannya.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
3. Konsep Style
Untuk
menyampaikan pesan bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu
adalah melanggar HAM, maka pendekatan gaya yang dipilih Intimidasi
adalah pendekatan dengan kehidupan sehari-hari. Seorang korban
intimidasi dari para penembak misterius pasti akan mengalami sebuah rasa
takut dan gelisah yang teramat dalam, namun ia masih punya sisi optimis
untuk mepertahankan hidupnya. Rasa tersebut akan diwakilkan oleh mood pada film ini yang tentunya akan ditunjang oleh look film. Gaya keseharian akan ditampilkan melalui look film
secara natural , sederhana , dan tidak dilebih lebihkan. Sedangkan
warna film ini akan mengarah pada warna keseharian yaitu warna dasar
putih , hitam ,dan yang cenderung menimbulkan kesan hangat seperti
coklat kekuningan. Sedangkan mood yang dibentuk adalah mood
yang disesuaikan dengan kondisi psikologis tokoh utama, mengingat bahwa
ketakutan adalah proses pribadi dan personal yang berada secara
internal di dalam psikologis seseorang. Saat Robert merasa takut maka mood dari gaya film ini juga akan takut ditunjang look yang suram. Saat Robert menjadi penyanyang, maka mood film ini pun demikian. Dan demikian seterusnya mood gaya akan mengikuti mood Robert, tercakup di dalamnya, Sinematografi, Mise En Scene, Editing dan Suara.
3.1 Konsep Sinematografi
Film Intimidasi memilih format HDV (High Definition
Video) untuk mewujudkan visualnya. HDV dipilih karena bisa mencapai
karakteristik gambar yang lebih terkesan sehari-hari dan sederhana
dengan kualitas gambar yang bagus karena sudah dipakai dalam standar
bioskop digital.
Teknis
kamera yang menonjol pada film ini adalah penempatan dan pergerakkan
kamera yang menjadi pembentukkan point of view dari tokoh utama yaitu
Robert. Penempatan kamera difungsikan untuk membentuk rasa yang
dirasakan oleh Robert terhadap penonton meskipun tidak dengan satu frame
ekspresi wajah Robert, melainkan dengan memainkan komposisi dan framing
tertentu yang akan menunjukkan apa yang akan dirasakan oleh Robert.
a. Mood and Look
Mood
yang ingin ditampilkan pada film ini adalah mood yang dirasakan oleh
Robert di sepanjang film. Mood yang lebih dominan muncul adalah mood
ketakutan yang dirasakan oleh Robert. Ketakutan yang dialami karena ia
merasa terintimidasi oleh penembak misterius saat dirumah hingga ia
harus melarikan diri ke hutan untuk bersembunyi. Ketakutan disini juga
dibalut dengan mood kesedihan di saat Robert menyesalkan atas kematian
istrinya saat ia berlindung di balik batu besar di seungai sambil
menahan sakit akibat luka tembakan.
Look
yang ingin ditampilkan pada film ini adalah karakter-karakter gambar
dengan warna yang suram, mengingat Robert adalah tokoh yang merasa
dirinya terintimidasi. Warna yang muncul adalah coklat kekuningan saat
di rumah dan di pasar. Serta warna jingga sebagai khiasan cahaya
matahari daerah yang tropis dengan saturuasi yang diturunkan berguna
untuk membuat karakter warna yang suram dan mencekam ketika di hutan.
Menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss,
”Warna cokelat mewakili rasa aman, dan kepercayaan juga memberikan rasa
hangat dan nyaman. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena
memberikan efek aman dan kuat juga sifatnya yang membumi”.
Robert
masih memiliki semangat untuk hidup dengan membawa teman-teman nya
untuk bersembunyi dan berlindung di hutan. Meskipun ia tertembak di
hutan dia terus bertahan dengan berlindung di balik pepohonan dan batu
yang besar.
b. Komposisi
Komposisi
yang ingin ditampilkan adalah sebuah komposisi yang menunjang mood yang
dirasakan oleh protagonis. Komposisi adalah salah satu media
penyampaian pesan dari cerita Intimidasi ini, yaitu korban mengalami
ketertekanan dan merasa takut karena diancam. Maka komposisi yang ingin
di capai adalah tokoh berada seolah-olah terhimpit oleh ruang gerak atau
benda yang tampak pada frame, meskipun benda tersebut hanyalah
background
atau foreground. Tokoh akan berada seolah-olah terpojok ketika posisi
tokoh diletakkan di sisi kiri atau kanan frame. Tidak menutup pula untuk
memakai komposisi tidak seimbang karena ditunjang oleh teknis kamera
hand held. Kesemua hal tersebut semata-mata ditujukan untuk mendukung
mood korban yang mengalami ketakutan.
c. Konsep lighting
Lighting
sangat penting dalam film yang tujuannya tidak lepas sebagai penunjang
mood dan look film. Dalam film ini memakai konsep lighting yang natural.
Natural disini yang dimaksud adalah cahaya matahari dibuat berdasarkan
set lampu yang dibuat berdasarkan arah matahari yang sebenarnya untuk
scene interior namun tidak terkesan lighting planes.
Sedangkan untuk scene eksterior lighting yang digunakan adalah
available, tanpa bantuan sinar dari lampu, hanya memakai sinar yang
datang dari arah matahari. Digunakan agar gambar terkesan mentah dan
terkesan sehari-hari.[6]
d. Type Of Shot
Type Of Shot yang dominan dipakai adalah Full Shot
yang berfungsi untuk memperlihatkan lokasi dimana Robert berada,serta
untuk kebutuhan komposisi yaitu Robert berada di tengah hutan yang
sangat luas dengan pepohonan yang tinggi. Medium Shot
digunakan pada saat Robert melakukan beberapa aktifitasnya misal saat
membasuh muka di sungai,sedang menyandarkan dirinya ke batu. Serta Close Up
dipakai pada saat pedetailan luka akibat tembakan, serta untuk
memperjelas informasi benda yang dipegang Robert lebih untuk kebutuhan
dramatik seperti ketika Robert mengeluarkan topi bayi dan di genggam di
tangannya.
e. Angle
Penempatan angle
di fungsikan untuk mewakili psikologis tokoh dalam film ini. Seperti
contoh ketika ia berlari memasuki hutan maka angle yang dipakai adalah
high angle, menandakan ia tidak berdaya sebagai seorang preman ketika
berada di hutan yang liar. Ketika Petrus akan menembak, maka angle yang
dipakai adalah low angle, untuk menunjukkan bahwa Petrus adalah pembunuh yang ditakuti. Dan angle juga digunakan untuk memperlihatkan lokasi yang tetap ditujukan untuk menunjang mood dan look film.
f. Stagging Camera
Robert mengalami ketakutan dan kegelisahan maka stagging
kamera pada film ini dominan adalah bergerak mengukuti tokoh,
difungsikan untuk menunjukkan bahwa dia selalu diikuti oleh penembak
misterius. Teknis pengambilannya akan menggunakan steady cam
agar tidak terlalu shacking saat pengambilan gambar ketika berlari.
Tidak dipungkiri kamera moving menggunakan track yaitu berfungsi untuk
menunukkan geografis alam melalui foreground struktur bentuk alam sesuai
setting, misal batu kali, pohon pinus, rumput hijau, dan sebagainya.
Kamera still akan terpakai
ketika adegan berada di rumah, karena pada saat itu mood yang dirasakan
masih tenang. Tidak dipungkiri untuk menggabungkan kesemuanya di dalam
sabuah scene.
g. Aspect ratio
Intimidasi memilih aspect ratio 16:9 karena film ini akan banyak memakai wide shot, yang berfungsi untuk memperlihatkan setting lokasi hutan, sungai. Yang kesemuanya akan membentuk kesan kesendirian dari Robert ketika dalam frame wide shot.
3.2 Konsep Mise En Scene
Mise
En Scene dalam film ini ditujukan untuk membangun karateristik karakter
tiap tokohnya. Mise En Scene harus bisa menampilkan secara eksternal
kakateristik tokoh yang bersifat internal. Sehingga bisa menggambarkan
secara utuh siapa tokohnya, background keluarganya, pekerjaannya, serta
apa yang dilakukannya selama film berjalan.
a. Setting (Ruang dan Waktu)
Ruang
dalam film ini adalah ruang yang kita temui dalam kehidupan sehari
hari. Rumah Robert adalah rumah dimana dia dan istrinya membina rumah
tangga sampai mereka akan dikarunia seorang anak. Tipe rumah tersebut
golongan ke bawah, karena tidak tampak perabotan yang bernilai mewah,
bertujuan untuk memperkuat karakter Robert sehingga alasan faktor
ekonomi tersebut dia menjadi seorang preman. Pasar adalah tempat
masyarakat berbelanja, namun pada film ini pasar diceritakan sebagai
tempat mangkal Robert dengan pekerjaannya sebagai preman pasar tersebut.
Hutan dan sungai adalah sebuah tempat dimana Robert beranggapan bahwa
tempat itu adalah tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran
para penembak misterius.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
b. Kostum
Kostum
atau wardrobe berfungsi untuk membentuk dan menonjolkan karakter.
Setiap karakter memiliki keunikan dari ciri khas fashion nya
masing-masing. Pada zaman itu para preman khususnya yang bertato
termasuk seniman bertato sangat takut akibat shock teraphy yang
dilakukan para penembak misterius karena yang menjadi korban adalah
kebanyakan orang-orang yang bertato. Sehingga banyak dari mereka yang
menyetrika atau menyiram dengan air keras bagian tubuh mereka yang
bertato agar mereka terhindar dari penembak misterius. Ada pula yang
mencoba berpenampilan rapi seperi masyarakat pada umumnya agar tidak
terkesan seperti penjahat.
Dalam film ini Robert
memakai kostum yang rapi agar dia tersamar jati dirinya sebagai seorang
preman. Robert digambarakan dengan berpakaian kemeja lengan panjang
untuk menutupi tato di lenganya, serta celana jins panjang, dan juga
sepatu warna hitam.
Suci memakai kostum daster terusan dengan jaket tipis untuk mejaga kehangatan tubuhnya di saat hamil.
Jhon
dan Bram memakai pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Robert yaitu
memakai jaket kulit atau jeans dengan celana jeans atau berbahan kain.
Untuk
tokoh penembak misterius akan digambarkan memakai kostum serba gelap.
Memakai jaket hitam atau coklat dengan celana jeans hitam dena bersepatu
hitam atau coklat.
c. Make Up
Make
up difungsikan juga untuk menonjolkan keunikan dari tiap karakternya.
Film ini memilih konsep realis sehingga pada pendekatannya setiap tokoh
akan di make up secara natural dan tidak dilebih-lebihkan.
Robert
adalah seorang preman pasar namun dia adalah sosok kepala rumah tangga
yang baik hati serta ramah terhadap penduduk. Maka di film ini Robert
akan tampil dengan make up yang rapi dan sopan saat berada di rumah.
Namun ketika ia di pasar dan ketika ia dikejar di hutan, maka wujudnya
sebagai preman yang garang dan gesit akan tampak dengan make up yang
lusuh dan tidak beraturan. Pada saat di hutan Robert akan bermuka kotor,
penuh keringat dan kotoran dari tanah yang akan menempel di wajahnya.
Suci
adalah sosok istri yang penyanyang, maka dalam film ini Suci akan
ditampilkan dengan make up natural yang rapi, namun akan diberi kesan
pucat karena dia sedang hamil 35 minggu. Pada saat adegan air ketubannya
pecah, wajah Suci akan dipenuhi keringat dan dibikin lebih pucat karena
ia tidak kuat menahan sakit dari perutnya.
Jhon adalah teman robert sesama preman, pada wajah Jhon akan diberi special effect
make up berupa bekas goresan pisau, agar terkesan dia peranh berkelahi
dengan seseorang dan terkesan garang. Bram juga teman Robert yang juga
preman. Bram akan ditampilkan dengan make up natural seperti Robert.
d. Figure Expression dan Movement (acting)
Acting
pada film ini akan diarahkan kepada bentuk yang sangat alami sesuai
dengan karakter pada tiap tokohnya. Metode yang akan dipakai adalah
memberi pengarahan dan menjelaskan tiap karakter serta sebab dan akibat
dari ceritanya lalu membiarkan para pemain untuk menginterpretasikan
skenario setelah mereka membacanya, namun ketika mereka melebihi dari
karakter yang ada di skenario akan dibatasi ruang geraknya.
II.3.3 Konsep Editing
Berdasarkan
konsep untuk menunjukkan proses merasa tertekan dan tercancam oleh
penembak misterius yang dirasakan oleh Robert berlangsung dan berlanjut
serta bergerak maju maka struktur editing yang dipakai adalah Continuity Editing. Dengan harapan penonton akan dapat merasakan proses identifikasi terhadap protagonist.
Ritme
editing yang akan muncul pada film adalah Dinamis. Dinamis disini bukan
berarti bergerak cepat. Dalam hal ini Ritme dibawa oleh mood
yang dirasakan Robert ketika dia terancam maka dia harus bergerak cepat
untuk menyelamatkan diri. Ritme akan berganti-ganti sesuai dengan apa
yang dirasakan oleh Robert. Ritme editing berganti cepat ketika Robert
merasa ada yang mengejar di hutan atau ketika dia merasa terancam yang
nantinya akan di aplikasikan melalui Dynamic Cutting.
Gaya editing yang akan dipakai adalah Classical Cutting ,Penyambungan kepada tipe shot lebih padat berfungsi menekankan suatu informasi atau dramatik tertentu yang penting ditangkap oleh penonton.
Secara
keseluruhan editing dalam Intimidasi digunakan untuk merefleksikan
dramatic mood yang dirasakan oleh protagonist film ini.
II.3.4 Konsep Suara
Konsep
suara pada film Intimidasi secara keseluruhan akan menampilakn suara
yang berkesan seperti suara dalam keseharian karena film ini mengambil
konsep realis dan tidak di lebih-lebihkan. Yang dimaksud dengan realis
disini yaitu konsep suara ini adalah bersifat Realita atau kenyataan,
suara disini sangatlah mengutamakan dimensi suara yaitu Fidelity yang berarti ketepatan suara terhadap sumbernya.
Film ini mempunyai 3 aspek suara yaitu:
a. Speech.
Dialog
pada film ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang digunakan untuk
menyampaikan informasi pada alur cerita, dan juga untuk menunjang mood
yang dirasakan protagonist,dan juga sebagai pembentuk karakter tiap
tokoh yang muncul pada plot.
b. Music.
Dalam
film ini music digunakan untuk menunjang mood yang dirasakan oleh
protagonist, misalkan pada adegan dia berlari di hutan, maka music yang
akan dipakai adalah music bertempo cepat agar mendukung ketegangan yang
dialami oleh protagonist,begitu pula saat protagonist bersedih makan
akan diberi musik dengan sentuhan ritme yang mellow.
c. Effect.
Efek
suara dalam film ini merupakan unsur suara selain dialog dan music.
Efek suara dihasilkan dari suatu benda atau seseorang yang dapat
menghasilkan sebuah suara. Dalam film ini akan di dominasi oleh efek
suara yang realis dan fungsional. Misalkan pada saat terjadi tembakan
yang mengenai pohon atau batu pada kali, maka efek suara yang akan
dimunculkan adalah suara benturan atau ledakan peluru akibat gesekan
dari batu atau kayu sesuai dengan arah datangnya tembakan.
Langganan:
Postingan (Atom)