bersama dalam bahagia bersatu dalam duka

Senin, 24 Juni 2013

Tata Cahaya (Artistik)




Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater.Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Dalampertunjukan era primitif manusia hanya menggunakan cahaya matahari, bulan atauapi untuk menerangi. Sejak ditemukannya lampu penerangan manusia menciptakan modifikasi dan menemukan hal-hal baru yang dapat digunakan untuk menerangi panggung pementasan. 

Sabtu, 22 Juni 2013

Langkah-Langkah Penulisan Naskah Teater

Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara.Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain.

Selasa, 18 Juni 2013

Menyentuh Tubuh Teater



Menyentuh Tubuh Teater

Saya mengibaratkan teater sebagai tubuh manusia dan itu barangkali dapat menjadikan teater sebagai  sesuatu yang lumrah dan akrab bagi kita.
 Kita tahu bahwa tubuh kita bukanlah “barang jadi”. Ia senantiasa membutuhkan pengelolaan, penghidupan sendiri, dari awal hingga akhir. Semenjak kita lahir hingga kita tutup usia, bahkan ia terus bergulir: tumbuh dan berawal dari unsur renik lalu kembali ke unsur renik secara biologis dan kimiawi. Berbagai penamaan, berbagai kepentingan, berbagai makna, hingga berbagai material yang menerpa tubuh kerap mengalami perubahan, perkembangan dari hari ke hari. Tak elak, tubuh tak pernah mengalami keutuhan yang langgeng, ia fana, setidaknya sepanjang hirup nafas dan detak jantung masih bisa kita rasakan hingga saat ini.

Meditasi di Atas Pentas (Teater Pohon)


Salah satu legenda hidup yang bisa dijumpai di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, adalah Roedjito. Lelaki ini biasa dipanggil "Simbah" oleh siapa saja. Buat teman-teman sesama perupa, ia nyaris tak diperhitungkan.­ Bahkan kerap diejek sebagai pelukis tanpa lukisan. Tetapi, buat orang teater yang membutuhkan lahan untuk mengembangkan imajinasi dalam tiga dimensi, inilah "dukun"-nya.

Simbah seperti tukang sihir yang turun dengan perangkat apa adanya, tapi selalu mampu memindahkan mimpi para sutradara ke dalam panggung dengan nuansa-nuansa magis. Dengan latar belakang seni rupa, tetapi berbeda dengan seni-rupawan lain yang menjadi penata artistik, Roedjito tidak melukis atau mematung di atas pentas, tetapi menjadi arsitek batin. Ia melakukan meditasi.

Teknik, Muncul, Tempo, Puncak, Improvisas



Teknik Muncul


Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan –TEKNIK OF ENTRANCE - , yaitu teknik seorang pemain untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia munculo pertama kali seorang diri diatas pentas seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka

Olah Rasa (Jiwa)



Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.

Konsentrasi
Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.

Sabtu, 15 Juni 2013

TEATER SEBAGAI ORGANISASI



Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain).

Rabu, 12 Juni 2013

Tata Panggung (part 2)

Oleh: Eko Santosa
Salah satu unsur artistik dalam teater adalah tata panggung atau biasa disebut set dekor. Fungsi tata panggung selain memperindah penampakan pentas juga memberikan ruang bagi pemeran. Tetapi fungsi yang paling penting dari tata panggung adalah memperkuat permainan para aktor. Artinya, kehadiran tata panggung tidak hanya sekedar mempercantik tetapi menegaskan laku aksi yang disajikan oleh para aktor di atas pentas. Tidak ada gunanya menata dan menghias panggung dengan baik tetapi justru menenggelamkan para pemain.

Senin, 10 Juni 2013

Lamut Sebagai media dakwah agama Islam

Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.
Mereka yang baru melihat seni lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah. Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.[1]

Mamanda (teater tradisional Kal-Sel)

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.[1]
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).[1]
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.[1]
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya. Bahkan, beberapa waktu silam seni lakon Mamanda rutin menghiasi layar kaca sebelum hadirnya saluran televisi swasta yang turut menyaingi acara televisi lokal. Tak heran kesenian ini sudah mulai jarang dipentaskan.
Dialog Mamanda lebih kepada improvisasi pemainnya. Sehingga spontanitas yang terjadi lebih segar tanpa ada naskah yang mengikat. Namun, alur cerita Mamanda masih tetap dikedepankan. Disini Mamanda dapat dimainkan dengan naskah yang utuh atau inti ceritanya saja.

Sejarah

Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".[1]

Aliran dan nilai budaya

Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama adalah Aliran Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah Aliran Tubau yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.

Perkembangan Mamanda saat ini

Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu kesenian ini. Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat perhatian generasi muda, jangan heran nantinya benar-benar punah.
Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya melestarikan dengan menghadirkan di sejumlah even resmi seperti hari jadi kabupaten beberapa waktu lalu, tapi memang terbatas. Kendala lainnya banyak masyarakat kita kurang tertarik lagi.
Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak masyarakat jadi kurang mengenal.
Kendati begitu, kata dia, perlu adanya modifikasi agar kesenian tersebut dapat diterima semua kalangan lagi. Misalnya bahasa yang digunakan tidak melulu bahasa daerah setempat tapi dengan bahasa Indonesia.[2]

Ref : http://id.wikipedia.org/wiki/Mamanda

Rabu, 05 Juni 2013

Tata Rias (Artistik)



j
Tata Rias 
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik. Yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekpresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitive menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah, tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa teater.

Tata Panggung



Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung.
Penataan panggungdisesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penatapanggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.

Tata Artistik



Tata Artistik
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh darisebuah pementasan.
Tata artistik antaralain:
1.      Tata panggung adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung.
2.      Tatacahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakonyang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa.
3.      Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yangberguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.
4.      Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.
5.      Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak dan peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.
Keberadaan tata artistik dalam pementasan teater sangatlah vital. Tanpa pengetahuan dasar artistik seorang sutradara atau pemain teater tidak akan mampu menampilkan kemampuannya dengan baik. Persesuaian dengan tata artistik yang menghasilkan wujud nyata keindahan tampilan diatas pentas adalah pilihan wajib bagi para pelaku seni teater. Gambaran tata artistik secara umum, sutradara harus menuliskan gambaran (pandangan) tata artistiknya. Meski tidak secara mendetil, tetapi gambaran tata artisitk berguna bagi para desainer untuk mewujudkannya dalam desain. Jika sutradara mampu, maka ia bias memberikan  gambaran  tata  artistik  melalui  sketsa.  Jika  tidak,  maka  ia  cukup menuliskannya.

KONSEP PENYUTRADARAAN

 
1.     Konsep Ide
            Intimidasi adalah sebuah film tentang pelanggaran HAM     .
“Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : pembunuhan; pemusnahan; perbudakan; pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional; penyiksaan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasaan seksual lain yang setara; penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah di,akui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; penghilangan orang secara paksa; atau kejahatan apartheid;“
Bentuk pelanggaran HAM yang ada pada film ini adalah bentuk pemberantasan kejahatan oleh aparat keamanan dengan cara membunuh atau menembak korban yaitu preman , gali , bromocorah , dan sejenisnya yang kesemuanya adalah penduduk sipil dan korban tidak diberikan hak kesempatan untuk mendapatkan proses peradilan terlebih dahulu.

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.”

Intimidasi memilih tema pelanggaran HAM sesuai dengan arti dari judul tersebut yaitu penekanan disertai ancaman. Penjabaran dari arti judul tersebut apabila dihubungkan dengan cerita adalah penekanan terhadap preman dan orang-orang bertato di tahun 1981 – 1985 dimana mereka mendapatkan ancaman berupa pembunuhan (eksekusi penembakan) oleh aparat tanpa adanya proses peradilan hukum terlebih dahulu karena mereka dianggap merugikan Negara dan meresahkan warga masyarakat.
Satu ide ini yang kemudian menjadi dasar pembentukan struktur naratif dan konsep style film ini. Mengarah hanya pada satu hal: pelanggaran HAM.
2. Konsep Form
Film ini akan disajikan dengan genre Crime Thriler, karena mengetengahkan kasus kriminal yang disajikan dengan nuansa action.[3] Pesan yang ingin disampaikan dalam film Intimidasi adalah bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, dapat disampaikan secara efektif dengan ditunjukkannya beberapa proses eksekusi penembakan terhadap para korban (preman , gali , bromocorah , penjahat , dll) tanpa adanya peradilan terlebih dahulu. Pesan ini kemudian diterapkan dalam sebuah tema film secara utuh yaitu tentang Robert (protagonist),seorang preman bertato pasar senen yang menjadi korban intimidasi dari para penembak misterius, dan ia mencoba untuk bertahan di hutan dengan mengajak teman-temannya yang juga seorang preman bertato agar tidak menjadi korban karena mereka merasa terancam akan mati, namun pada akhirnya Robert beserta teman-teman nya ikut mati akibat eksekusi penembakan tersebut. Di Awal cerita akan ditunjukkan beberapa eksekusi penembakan secara sadis kepada para preman yang juga bertato.
Pesan ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk stuktur naratif, karakter-karakter, konsep ruang dan konsep waktu yang spesifik.

2.1 Struktur Naratif
Struktur naratif Intimidasi dibuat berdasarkan proses penekanan dan ancaman yang terjadi terhadap para preman dan orang – orang bertato yang dianggap penjahat. Di tahap awal atau tahap penekanan dibuka oleh kekejaman hasil eksekusi penembakan terhadap para korbannya disertai dengan beberapa artikel yang menunjukkan telah terjadi peristiwa berdarah yang merenggut nyawa para penjahat di Indonesia tahun 1981 – 1982 berfungsi untuk memperkenalkan kepada penonton bahwa dahulu di Indonesia telah terjadi penembakan secara misterius  terhadap para preman , gali , dan bromocorah,dll. Khusunya mereka yang bertato demi alasan keamanan di Indonesia. Tahap kedua adalah tahap dimana Robert merasa diguncang mental untuk pertama kalinya saat salah satu teman premannya menjadi korban penembakan yang mayatnya di buang di pasar tempat sebagai mana biasanya mereka menjadi preman, berfungsi untuk menunjukan pembelokan opening cerita ke sebuah masalah. Tahap ketiga adalah ancaman, yaitu saat diamana Robert dan kedua teman premannya melarikan diri di hutan untuk berlindung dan mempertahankan diri namun tetap saja mereka tidak bisa lolos dari kejaran para penembak misterius.
Struktur ini sangat sesuai dengan Struktur Hollywood Klasik,dimana disitu ada Opening , Middle , dan Ending.
            2.2 Karakter
Kedudukan pelaku dalam cerita adalah yang terpenting. Karena tentang tokoh utama dan para tokoh pendukunglah sebuah cerita dituturkan. Cerita adalah kisah perjuangan protagonist dalam menyingkirkan problema utama dan mencapai suatu tujuan.
Robert (40) adalah tokoh central pada film ini, dia adalah seorang preman pasar senen yang baik hati dan penyanyang. Ia adalah seorang keturunan jawa yang lama tinggal di Jakarta akibat orang tuanya meninggal. Hal itu lah yang membuat Robert berjiwa keras sebagai preman agar tetap hidup. Robert mempunyai Istri bernama Suci (30) yang sangat ia sayangi. Robert adalah tipe seorang suami yang ramah dan sabar terhadap istri. Meskipun ia dikenal sebagai preman di pasar, namun di kampunya Robert dikenal sebagai sosok yang ringan tangan dan suka membantu warganya yang sedang kesusahan meskipun dengan uang hasil jatah preman nya di pasar. Di film ini Robert merasakan tekanan batin akibat ia adalah salah satu korban yang di incar oleh para penembak misterius dikarenakan ia adalah seorang preman dan bertato tengkorak, tato tengkorak menandakan ia adalah seorang kepala para preman atau penjahat daerah wilayah kekuasaanya. Maka dari itu ia memutuskan untuk bersembunyi bersama kedua temannya yang preman setelah mengetahui istrinya ikut terbunuh karena melawan penembak misterius. Ia mencoba bertahan dari kejaran petrus di hutan.
Suci (30) adalah tokoh romance pada film ini. Dia adalah istri Robert yang penyanyang dan penyabar. Ia adalah tokoh satu-satunya yang dicintai oleh Robert. Suci diharapkan dapat melahirkan anak pertamanya yang tidak lama lagi akan lahir ke dunia. Dalam keadaan akan melahrkan, Suci ditinggal oleh Robert saat Robert berusaha menyelamatkan diri ketika di sergap oleh para penembak misterius. Hal itu sangat membuat Robert merasa terpukul.
Jhon (37) dan Bram (40) adalah rekan Robert yang juga sesama preman di pasar senen termasuk salah satu dari incaran para penembak misterius. Jhon dan Bram adalah tokoh pembentuk karakter tokoh utama film ini. Disini mereka juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak berdaya menghadapi kejaran para penembak misterius sampai akhirnya mereka pun mati tertembak di hutan.
            2.3 Konsep Ruang dan Waktu
Ruang pada Intimidasi adalah ruang dalam kehidupan sehari-hari seperti Rumah , Lingkungan sekitar rumah , Pasar , Hutan , Sungai. Ruang tersebut memiliki kontribusi untuk memperkuat proses ketika Robert yang tadi nya merasa aman dan nyaman di rumah, menjadi merasa terancam setelah ia mengetahui temannya terbunuh di pasar sehingga ia harus berlindung di hutan bersama kedua temannya.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
3. Konsep Style
Untuk menyampaikan pesan bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, maka pendekatan gaya yang dipilih Intimidasi adalah pendekatan dengan kehidupan sehari-hari. Seorang korban intimidasi dari para penembak misterius pasti akan mengalami sebuah rasa takut dan gelisah yang teramat dalam, namun ia masih punya sisi optimis untuk mepertahankan hidupnya. Rasa tersebut akan diwakilkan oleh mood pada film ini yang tentunya akan ditunjang oleh look  film. Gaya keseharian akan ditampilkan melalui look film secara natural , sederhana , dan tidak dilebih lebihkan. Sedangkan warna film ini akan mengarah pada warna keseharian yaitu warna dasar putih , hitam ,dan yang cenderung menimbulkan kesan hangat seperti coklat kekuningan. Sedangkan mood yang dibentuk adalah mood yang disesuaikan dengan kondisi psikologis tokoh utama, mengingat bahwa ketakutan adalah proses pribadi dan personal yang berada secara internal di dalam psikologis seseorang. Saat Robert merasa takut maka mood dari gaya film ini juga akan takut ditunjang look yang suram. Saat Robert menjadi penyanyang, maka mood film ini pun demikian. Dan demikian seterusnya mood gaya akan mengikuti mood Robert, tercakup di dalamnya, Sinematografi, Mise En Scene, Editing dan Suara. 

            3.1 Konsep Sinematografi
Film Intimidasi memilih format HDV (High Definition Video) untuk mewujudkan visualnya. HDV dipilih karena bisa mencapai karakteristik gambar yang lebih terkesan sehari-hari dan sederhana dengan kualitas gambar yang bagus karena sudah dipakai dalam standar bioskop digital.
Teknis kamera yang menonjol pada film ini adalah penempatan dan pergerakkan kamera yang menjadi pembentukkan point of view dari tokoh utama yaitu Robert. Penempatan kamera difungsikan untuk membentuk rasa yang dirasakan oleh Robert terhadap penonton meskipun tidak dengan satu frame ekspresi wajah Robert, melainkan dengan memainkan komposisi dan framing tertentu yang akan menunjukkan apa yang akan dirasakan oleh Robert.
a. Mood and Look
Mood yang ingin ditampilkan pada film ini adalah mood yang dirasakan oleh Robert di sepanjang film. Mood yang lebih dominan muncul adalah mood ketakutan yang dirasakan oleh Robert. Ketakutan yang dialami karena ia merasa terintimidasi oleh penembak misterius saat dirumah hingga ia harus melarikan diri ke hutan untuk bersembunyi. Ketakutan disini juga dibalut dengan mood kesedihan di saat Robert menyesalkan atas kematian istrinya saat ia berlindung di balik batu besar di seungai sambil menahan sakit akibat luka tembakan.
Look yang ingin ditampilkan pada film ini adalah karakter-karakter gambar dengan warna yang suram, mengingat Robert adalah tokoh yang merasa dirinya terintimidasi. Warna yang muncul adalah coklat kekuningan saat di rumah dan di pasar. Serta warna jingga sebagai khiasan cahaya matahari daerah yang tropis dengan saturuasi yang diturunkan berguna untuk membuat karakter warna yang suram dan mencekam ketika di hutan.
Menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss, ”Warna cokelat mewakili rasa aman, dan kepercayaan juga memberikan rasa hangat dan nyaman. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena memberikan efek aman dan kuat juga sifatnya yang membumi”.
Robert masih memiliki semangat untuk hidup dengan membawa teman-teman nya untuk bersembunyi dan berlindung di hutan. Meskipun ia tertembak di hutan dia terus bertahan dengan berlindung di balik pepohonan dan batu yang besar.
b. Komposisi
Komposisi yang ingin ditampilkan adalah sebuah komposisi yang menunjang mood yang dirasakan oleh protagonis. Komposisi adalah salah satu media penyampaian pesan dari cerita Intimidasi ini, yaitu korban mengalami ketertekanan dan merasa takut karena diancam. Maka komposisi yang ingin di capai adalah tokoh berada seolah-olah terhimpit oleh ruang gerak atau benda yang tampak pada frame, meskipun benda tersebut hanyalah background atau foreground. Tokoh akan berada seolah-olah terpojok ketika posisi tokoh diletakkan di sisi kiri atau kanan frame. Tidak menutup pula untuk memakai komposisi tidak seimbang karena ditunjang oleh teknis kamera hand held. Kesemua hal tersebut semata-mata ditujukan untuk mendukung mood korban yang mengalami ketakutan.
c. Konsep lighting
Lighting sangat penting dalam film yang tujuannya tidak lepas sebagai penunjang mood dan look film. Dalam film ini memakai konsep lighting yang natural. Natural disini yang dimaksud adalah cahaya matahari dibuat berdasarkan set lampu yang dibuat berdasarkan arah matahari yang sebenarnya untuk scene interior namun tidak terkesan lighting planes. Sedangkan untuk scene eksterior lighting yang digunakan adalah available, tanpa bantuan sinar dari lampu, hanya memakai sinar yang datang dari arah matahari. Digunakan agar gambar terkesan mentah dan terkesan sehari-hari.[6]
d. Type Of Shot
Type Of Shot yang dominan dipakai adalah Full Shot yang berfungsi untuk memperlihatkan lokasi dimana Robert berada,serta untuk kebutuhan komposisi yaitu Robert berada di tengah hutan yang sangat luas dengan pepohonan yang tinggi. Medium Shot digunakan pada saat Robert melakukan beberapa aktifitasnya misal saat membasuh muka di sungai,sedang menyandarkan dirinya ke batu. Serta Close Up dipakai pada saat pedetailan luka akibat tembakan, serta untuk memperjelas informasi benda yang dipegang Robert lebih untuk kebutuhan dramatik seperti ketika Robert mengeluarkan topi bayi dan di genggam di tangannya.
e. Angle
Penempatan angle di fungsikan untuk mewakili psikologis tokoh dalam film ini. Seperti contoh ketika ia berlari memasuki hutan maka angle yang dipakai adalah high angle, menandakan ia tidak berdaya sebagai seorang preman ketika berada di hutan yang liar. Ketika Petrus akan menembak, maka angle yang dipakai adalah low angle, untuk menunjukkan bahwa Petrus adalah pembunuh yang ditakuti. Dan angle juga digunakan untuk memperlihatkan lokasi yang tetap ditujukan untuk menunjang mood dan look film.
f. Stagging Camera
Robert mengalami ketakutan dan kegelisahan maka stagging kamera pada film ini dominan adalah bergerak mengukuti tokoh, difungsikan untuk menunjukkan bahwa dia selalu diikuti oleh penembak misterius. Teknis pengambilannya akan menggunakan steady cam agar tidak terlalu shacking saat pengambilan gambar ketika berlari. Tidak dipungkiri kamera moving menggunakan track yaitu berfungsi untuk menunukkan geografis alam melalui foreground struktur bentuk alam sesuai setting, misal batu kali, pohon pinus, rumput hijau, dan sebagainya. Kamera still akan terpakai ketika adegan berada di rumah, karena pada saat itu mood yang dirasakan masih tenang. Tidak dipungkiri untuk menggabungkan kesemuanya di dalam sabuah scene.
g. Aspect ratio
Intimidasi memilih aspect ratio 16:9 karena film ini akan banyak memakai wide shot, yang berfungsi untuk memperlihatkan setting lokasi hutan, sungai. Yang kesemuanya akan membentuk kesan kesendirian dari Robert ketika dalam frame wide shot.
3.2 Konsep Mise En Scene
Mise En Scene dalam film ini ditujukan untuk membangun karateristik karakter tiap tokohnya. Mise En Scene harus bisa menampilkan secara eksternal kakateristik tokoh yang bersifat internal. Sehingga bisa menggambarkan secara utuh siapa tokohnya, background keluarganya, pekerjaannya, serta apa yang dilakukannya selama film berjalan.
            a. Setting (Ruang dan Waktu)
Ruang dalam film ini adalah ruang yang kita temui dalam kehidupan sehari hari. Rumah Robert adalah rumah dimana dia dan istrinya membina rumah tangga sampai mereka akan dikarunia seorang anak. Tipe rumah tersebut golongan ke bawah, karena tidak tampak perabotan yang bernilai mewah, bertujuan untuk memperkuat karakter Robert sehingga alasan faktor ekonomi tersebut dia menjadi seorang preman. Pasar adalah tempat masyarakat berbelanja, namun pada film ini pasar diceritakan sebagai tempat mangkal Robert dengan pekerjaannya sebagai preman pasar tersebut. Hutan dan sungai adalah sebuah tempat dimana Robert beranggapan bahwa tempat itu adalah tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran para penembak misterius.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
 
            b. Kostum
Kostum atau wardrobe berfungsi untuk membentuk dan menonjolkan karakter. Setiap karakter memiliki keunikan dari ciri khas fashion nya masing-masing. Pada zaman itu para preman khususnya yang bertato termasuk seniman bertato sangat takut akibat shock teraphy yang dilakukan para penembak misterius karena yang menjadi korban adalah kebanyakan orang-orang yang bertato. Sehingga banyak dari mereka yang menyetrika atau menyiram dengan air keras bagian tubuh mereka yang bertato agar mereka terhindar dari penembak misterius. Ada pula yang mencoba berpenampilan rapi seperi masyarakat pada umumnya agar tidak terkesan seperti penjahat.
Dalam film ini Robert memakai kostum yang rapi agar dia tersamar jati dirinya sebagai seorang preman. Robert digambarakan dengan berpakaian kemeja lengan panjang untuk menutupi tato di lenganya, serta celana jins panjang, dan juga sepatu warna hitam.
Suci memakai kostum daster terusan dengan jaket tipis untuk mejaga kehangatan tubuhnya di saat hamil.
Jhon dan Bram memakai pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Robert yaitu memakai jaket kulit atau jeans dengan celana jeans atau berbahan kain.
Untuk tokoh penembak misterius akan digambarkan memakai kostum serba gelap. Memakai jaket hitam atau coklat dengan celana jeans hitam dena bersepatu hitam atau coklat.
            c. Make Up
Make up difungsikan juga untuk menonjolkan keunikan dari tiap karakternya. Film ini memilih konsep realis sehingga pada pendekatannya setiap tokoh akan di make up secara natural dan tidak dilebih-lebihkan.
Robert adalah seorang preman pasar namun dia adalah sosok kepala rumah tangga yang baik hati serta ramah terhadap penduduk. Maka di film ini Robert akan tampil dengan make up yang rapi dan sopan saat berada di rumah. Namun ketika ia di pasar dan ketika ia dikejar di hutan, maka wujudnya sebagai preman yang garang dan gesit akan tampak dengan make up yang lusuh dan tidak beraturan. Pada saat di hutan Robert akan bermuka kotor, penuh keringat dan kotoran dari tanah yang akan menempel di wajahnya.
Suci adalah sosok istri yang penyanyang, maka dalam film ini Suci akan ditampilkan dengan make up natural yang rapi, namun akan diberi kesan pucat karena dia sedang hamil 35 minggu. Pada saat adegan air ketubannya pecah, wajah Suci akan dipenuhi keringat dan dibikin lebih pucat karena ia tidak kuat menahan sakit dari perutnya.
Jhon adalah teman robert sesama preman, pada wajah Jhon akan diberi special effect make up berupa bekas goresan pisau, agar terkesan dia peranh berkelahi dengan seseorang dan terkesan garang. Bram juga teman Robert yang juga preman. Bram akan ditampilkan dengan make up natural seperti Robert.
            d. Figure Expression dan Movement (acting)
Acting pada film ini akan diarahkan kepada bentuk yang sangat alami sesuai dengan karakter pada tiap tokohnya. Metode yang akan dipakai adalah memberi pengarahan dan menjelaskan tiap karakter serta sebab dan akibat dari ceritanya lalu membiarkan para pemain untuk menginterpretasikan skenario setelah mereka membacanya, namun ketika mereka melebihi dari karakter yang ada di skenario akan dibatasi ruang geraknya.
II.3.3 Konsep Editing
Berdasarkan konsep untuk menunjukkan proses merasa tertekan dan tercancam oleh penembak misterius yang dirasakan oleh Robert berlangsung dan berlanjut serta bergerak maju maka struktur editing yang dipakai adalah Continuity Editing. Dengan harapan penonton akan dapat merasakan proses identifikasi terhadap protagonist.
Ritme editing yang akan muncul pada film adalah Dinamis. Dinamis disini bukan berarti bergerak cepat. Dalam hal ini Ritme dibawa oleh mood yang dirasakan Robert ketika dia terancam maka dia harus bergerak cepat untuk menyelamatkan diri. Ritme akan berganti-ganti sesuai dengan apa yang dirasakan oleh Robert. Ritme editing berganti cepat ketika Robert merasa ada yang mengejar di hutan atau ketika dia merasa terancam yang nantinya akan di aplikasikan melalui Dynamic Cutting.
Gaya editing yang akan dipakai adalah Classical Cutting ,Penyambungan kepada tipe shot lebih padat berfungsi menekankan suatu informasi atau dramatik tertentu yang penting ditangkap oleh penonton.
Secara keseluruhan editing dalam Intimidasi digunakan untuk merefleksikan dramatic mood yang dirasakan oleh protagonist film ini.
II.3.4 Konsep Suara
Konsep suara pada film Intimidasi secara keseluruhan akan menampilakn suara yang berkesan seperti suara dalam keseharian karena film ini mengambil konsep realis dan tidak di lebih-lebihkan. Yang dimaksud dengan realis disini yaitu konsep suara ini adalah bersifat Realita atau kenyataan, suara disini sangatlah mengutamakan dimensi suara yaitu Fidelity yang berarti ketepatan suara terhadap sumbernya.
            Film ini mempunyai 3 aspek suara yaitu:
a. Speech.
Dialog pada film ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang digunakan untuk menyampaikan informasi pada alur cerita, dan juga untuk menunjang mood yang dirasakan protagonist,dan juga sebagai pembentuk karakter tiap tokoh yang muncul pada plot.
b. Music.
Dalam film ini music digunakan untuk menunjang mood yang dirasakan oleh protagonist, misalkan pada adegan dia berlari di hutan, maka music yang akan dipakai adalah music bertempo cepat agar mendukung ketegangan yang dialami oleh protagonist,begitu pula saat protagonist bersedih makan akan diberi musik dengan sentuhan ritme yang mellow.
c. Effect.
Efek suara dalam film ini merupakan unsur suara selain dialog dan music. Efek suara dihasilkan dari suatu benda atau seseorang yang dapat menghasilkan sebuah suara. Dalam film ini akan di dominasi oleh efek suara yang realis dan fungsional. Misalkan pada saat terjadi tembakan yang mengenai pohon atau batu pada kali, maka efek suara yang akan dimunculkan adalah suara benturan atau ledakan peluru akibat gesekan dari batu atau kayu sesuai dengan arah datangnya tembakan.