Pada
mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara.Pementasan teater
muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan
sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan
penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin
meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain.
Teater memiliki sekurang-kurangnya empat unsur penting dalam setiap pementasan,yaitu:
- Lakon atau cerita yang ditampilkan, bisa berwujud sebuah naskah atau skenario tertulis, skenario tak tertulis (dalam teater kerakyatan).
- Pemain adalah orang yang membawakan lakon tersebut.
- Sutradara sebagai penata pertunjukan di panggung.
- Penonton adalah sekelompok orang yang menyerahkan sebagian dari kemerdekaannya untuk menjadi bagian dari tokoh yang tampil dalam suatu lakon dan menikmatinya.
Lakon
ditulis oleh seorang penulis naskah lakon berdasarkan apa yang dilihat,
apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh
orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian kejadian, semakin lama
semakin rumit, sehingga pada puncaknya masuk ke dalam penyelesaian
cerita.
Penting
sekali bahwa dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
seorang penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke
kejadian lain dalam suatu perkembangan yang logis, tetapi semakin lama
semakin gawat sehingga akhirnya ia sampai ke puncak yang disebut
klimaks. Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu:
- Konflik.
- Tokoh atau tokoh yang terlibat dalam kejadiankejadian dalam lakon.
- Peristiwa atau kejadian dibuat oleh penulis naskah sebagai kerangka besar yang mendasari terjadinya suatu lakon. Peristiwa lakon tersebut menuntun seseorang untuk mengikuti laku kejadian mulai dari pemaparan, konlfik hingga penyelesaian.Konflik dalam lakon merupakan inti cerita.Tidaklah menarik sebuah cerita disajikan di atas panggung tanpa adanya konflik.Konflik dalam lakon bisa rumit bisa juga sederhana.
- Gagasan utama atau pesan lakon termaktub dalam konflik yang merupakan pertentangan antara satu pihak terhadap pihak lain mengenai sesuatu hal. Jalinan cerita menuju konflik dan cara penyelesainnya inilah yang menjadikan lakon menarik.
Tidak
ada acuan yang pasti terhadap konflik dalam lakon yang dapat membuat
cerita menjadi menarik. Terkadang konflik yang kecil dan sederhana jika
diselesaikan secara cerdas akan membuat penonton takjub. Sementara,
konflik yang berat, berliku, dan bercabang-cabang jika tidak disajikan
secara baik justru akan membosankan dan membuat laku lakon menjadi
lamban. Jadi, kalau ada anggapan bahwa semakin rumit konflik lakon
semakin menarik adalah anggapan yang salah, karena peristiwa yang
mengarahkan cerita kepada konflik membutuhkan tokoh sebagai pelaku.
Tokoh adalah orang yang menghidupkan kejadian atau peristiwa yang dibuat
oleh penulis naskah. Jadi dalam lakon ada dua hal penting yang
diciptakan oleh seorang penulis lakon, yaitu konflik dan tokoh yang
terlibat dalam kejadian.
Tema
Tema
ada yang menyebutnya sebagai premis, root idea, thought, aim, central
idea, goal, driving force dan sebagainya. Seorang penulis terkadang
mengemukakan tema dengan jelas tetapi ada juga yang secara tersirat.
Akan tetapi, tema harus dirumuskan dengan jelas, karena tema merupakan
sasaran yang hendak dicapai oleh seorang penulis lakon. Ketika tema
tidak terumuskan dengan jelas maka lakon tersebut akan kabur dan tidak
jelas apa yang hendak disampaikan.
Pengarang
atau penulis lakon menciptakan sebuah lakon bukan hanya sekedar
mencipta, tetapi juga menyampaikan suatu pesan tentang persoalan
kehidupan manusia. Pesan itu bisa mengenai kehidupan lahiriah maupun
batiniah. Keunggulan dari seorang pengarang ialah, dia mempunyai
kepekaan terhadap lingkungan sekelilingnya, dan dari lingkungan tersebut
dia menyerap segala persoalan yang menjadi ide-ide dalam penulisan
lakonnya. Pengarang adalah seorang warga masyarakat yang tentunya
mempunyai pendapat tentang masalah-masalah politik dan sosial yang
penting serta mengikuti zaman. Ide-ide, pesan atau pandangan terhadap
persoalan yang ada dijadikan ide sentral atau tema dalam menulis naskah
lakonnya.
Tema
adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh pengarang atau penulis
melalui karangannya. Tema bisa juga disebut muatan intelektual dalam
sebuah permainan, ini mungkin bisa diuraikan sebagai keseluruhan
pernyataan dalam sebuah permainan: topik, ide utama atau pesan, mungkin
juga sebuah keadaan. tema sebagai premis yaitu rumusan intisari cerita
sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan cerita.
Dengan
demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa tema adalah ide dasar, gagasan
atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya
cerita.Tema dalam naskah lakon ada yang secara jelas dikemukakan dan ada
yang samar-samar atau tersirat.Tema sebuah lakon bisa tunggal dan bisa
juga lebih dari satu.
Tema dapat diketahui dengan dua cara :
- Apa yang diucapkan tokoh-tokohnya melalui dialog-dialog yang disampaikan.
- Apa yang dilakukan tokoh-tokohnya.
Dengan
berpedoman dua hal tersebut analisis tema lakon dapat dikerjakan.
Dengan merangkai setiap persoalan melalui dialog para tokohnya maka
gambaran tema akan didapatkan. Detil tema selalu dapat ditemukan dari
baris-baris kalimat dialog tokoh cerita. Semua analisis lakon dikerjakan
dengan mencermati kalimat dialog tersebut serta hubungan antara kalimat
satu dengan yang lain. Jika hanya membaca cerita secara keseluruhan
tanpa meninjau kalimat dialog dengan teliti maka hasil akhir dari
analisis yang dilakukan belum tentu benar. Kadangkadang, dialog kecil
memiliki arti yang luas dan sanggup mempengaruhi tema cerita.
Plot
Plot
(ada yang menyebutnya sebagai alur) dalam pertunjukan teater mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola
pengadeganan dalam permainan teater, dan merupakan dasar struktur irama
keseluruhan permainan. Plot dapat dibagi berdasarkan babak dan adegan
atau berlangsung terus tanpa pembagian. Plot merupakan jalannya
peristiwa dalam lakon yang terus bergulir hinga lakon tersebut selesai.
Jadi plot merupakan susunan peristiwa lakon yang terjadi di atas
panggung.
Plot
menurut Panuti Sudjiman dalam bukunya Kamus Istilah Sastra (1984)
memberi batasan adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra (termasuk
naskah drama atau lakon) untuk mencapai efek-efek tertentu. Pautannya
dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal
(sebab-akibat). Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang direka
dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui
perumitan (penggawatan atau komplikasi) ke arah klimaks penyelesaian.
Menurut
J.A. Cuddon dalam Dictionary of Literaray Terms (1977), plot atau alur
adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari
peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk
peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang
dan ingin tahu.
Plot
atau alur menurut Hubert C. Heffner, Samuel Selden dan Hunton D.
Sellman dalam Modern Theatre Practice (1963), ialah seluruh persiapan
dalam permainan. Jadi plot berfungsi sebagi pengatur seluruh bagian
permainan, pengawas utama dimana seorang penulis naskah dapat menentukan
bagaimana cara mengatur lima bagian yang lain, yaitu karakter, tema,
diksi, musik, dan spektakel. Plot juga berfungsi sebagai bagian dasar
yang membangun dalam sebuah teater dan keseluruhan perintah dari seluruh
laku maupun semua bagian dari kenyataan teater serta bagian paling
penting dan bagian yang utama dalam drama atau teater.
Pembagian
plot dalam lakon klasik atau konvensional biasanya sudah jelas yaitu,
bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Seorang penulis seringkali
meletakkan berbagai informasi penting pada bagian awal lakon, misalnya
tempat lakon tersebut terjadi, waktu kejadiannya, pelaku-pelakunya, dan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Pada bagian tengah biasanya berisi
tentang kejadian-kejadian yang bersangkut paut dengan masalah pokok yang
telah disodorkan kepada penonton dan membutuhkan jawaban.Bagian akhir
berisi tentang satu persatu pertanyaan penonton terjawab atau sebuah
lakon telah mencapai klimaks besar.
Secara umum pembagian plot terkadang menggunakan tipe sebab akibat yang dibagi dalam lima pembagian sebagai berikut :
- Eksposisi adalah saat memperkenalkan dan membeberkan materi-materi yang relevan atau memberi informasi pada penonton tentang masalah yang dialami atau konflik yang terjadi dalam diri karakter-karakter yang ada di lakon.
- Aksi Pendorong adalah saat memperkenalkan sumber konflik di antara karakter-karakter atau di dalam diri seorang karakter.Krisis adalah penjelasan yang terperinci dari perjuangan karakter-karakter atau satu karakter untuk mengatasi konflik.
- Klimaks adalah proses identifikasi atau proses pengusiran dari rasa tertekan melalui perbuatan yang mungkin saja sifatnya jahat, atau argumentative atau kejenakaan atau melalui cara-cara lain.
- Resolusi adalah proses penempatan kembali kepada suasana baru. Bagian ini merupakan kejadian akhir dari lakon dan terkadang memberikan jawaban atas segala persoalan dan konflik-konflik yang terjadi.
Jenis Plot
Ketika
menonton atau melihat atau membaca sebuah lakon fiksi maka emosi kita
akan terpengaruh dengan apa yang kita tonton, lihat, atau baca tersebut.
Emosi ini timbul karena terpengaruh oleh jalinan peristiwa-peristiwa
dan jalannya cerita yang ditulis oleh penulis. Jalinan peristiwa dan
jalannya cerita inilah yang dimaksud dengan plot. Plot lakon banyak
sekali ragamnya tergantung dari penulis lakon mempermainkan emosi kita.
Secara
sederhana plot dapat dibagi menjadi dua yaitu simple plot (plot yang
sederhana) dan multi plot (plot yang lebih dari satu)
- Simple Plot atau plot lakon yang sederhana adalah lakon yang memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari awal sampai akhir. Simple plot ini terdiri dari plot linear dan linear-circular.
- Plot linear adalah alur cerita mulai dari awal sampai akhir cerita bergerak lurus sedangkan linear-circular adalah alur cerita mulai dari awal sampai akhir bergerak lurus secara melingkar sehingga awal dan akhir cerita akan bertemu dalam satu titik. Alur linear ini masih bisa dibagi-bagi lagi sesuai dengan sifat emosi yang terkandung dari plot linear ini, terdiri dari alur menanjak atau rising plot, alur menurun atau falling plot, alur maju atau progressive plot, alur mundur atau regressive plot, alur lurus atau straight plot, dan alur melingkar atau circular plot.Alur menanjak atau rising plot adalah alur dengan emosi lakon mulai dari tingkat emosi yang paling rendah menuju tingkat emosi lakon yang paling tinggi. Alur ini adalah alur cerita paling umum pada alur lakon.Alur menurun atau falling plot adalah alur dengan emosi lakon mulai dari tingkat emosi yang paling tinggi menuju tingkat emosi lakon yang paling rendah.Alur ini merupakan kebalikan dari alur menanjak atau rising plot. Alur maju atau progresive plot adalah alur cerita yang dimulai dari pemaparan peristiwa lakon sampai menuju inti peristiwa lakon.Jalinan jalan cerita dalam lakon bergerak mulai dari awal sampai akhir tanpa ada kilas balik. Alur mundur atau regresive plot adalah alur cerita yang dimulai dari inti cerita kemudian dipaparkan bagaimana sampai terjadi peristiwa tersebut. Alur ini merupakan kebalikan dari progressive plot.Contoh lakon dengan alur mundur adalah Opera Primadona karya Nano Riantiarno yang dimainkan oleh Teater Koma. Alur lurus atau straight plot hampir sama dengan alur maju.
- Multi Plot.Multi plot adalah lakon yang memiliki satu alur utama dengan beberapa sub plot yang saling bersambungan. Multi plot ini terdiri dari dua tipe yaitu alur episode atau episodic plot dan alur terpusat atau concentric plot.
- Alur episode atau episodic plot adalah plot cerita yang terdiri dari bagian perbagian secara mandiri, di mana setiap episode memiliki alur cerita sendiri. Setiap episode dalam lakon tersebut sebenarnya tidak ada hubungan sebab akibat dalam rangkaian cerita, tema, tokoh. Tetapi pada akhir cerita alur cerita yang terdiri dari episode-episode ini akan bertemu. Contoh lakon dengan alur episode atau episodic plot adalah lakon Panembahan Reso karya W.S. Rendra, Raja Lear karya William Shakespeare dan lain-lain.
- Concentric plot adalah cerita lakon yang memiliki beberapa plot yang berdiri sendiri, dimana pada akhir cerita semua tokoh yang terlibat dalam cerita yang terpisah tadi akhirnya menyatu guna menyelesaikan cerita. Plot-plot yang ada dalam cerita tersebut memiliki permasalah yang harus diselesaikan.
Anatomi Plot
Plot
atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang
lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat.Plot disusun oleh pengarang
dengan tujuan untuk mengungkapkan buah pikirannya yang secara khas.
Pengungkapan ini lewat jalinan peristiwa yang baik sehingga menciptakan
dan mampu menggerakkan alur cerita itu sendiri. Dengan demikian plot
memiliki anatomi atau bagian-bagian yang menyusun plot tersebut yang
disebut dengan anatomi plot sebagai berikut.
- Gimmick, bagian 5 menit pertama yang sengaja dibuat menarik untuk memikat penikmat.
- Fore Shadowing, pembayangan ke depan yang terjadi ketika tokoh meramalkan atau membayangkan keadaan yang akan datang.
- Dramatic Irony, aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dan tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri. Dalam lakon banyak dijumpai tokoh-tokoh ini, dan biasanya tidak disadari oleh tokoh tersebut.
- Flashback, kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini. Kilas balik ini berfungsi untuk mengingatkan kembali ingatan penonton pada peristiwa yang telah lampau tetapi masih dalam satu rangkaian peristiwa lakon. Kilas balik biasanya diceritakan melalui dialog tokoh, tetapi kilas balik pada film biasanya berupa nukilan-nukilan gambar.
- Suspen, berisi dugaan dan prasangka yang dibangun dari rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan keingintahuan penonton. Suspen akan menumbuhkan dan memelihara keingintahuan penonton dari awal sampai akhir cerita. Suspen ini biasanya diciptakan dan dijaga oleh penulis lakon dari awal sampai akhir cerita, supaya penonton bertanya-tanya apa akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sebelumnya ke peristiwa selanjutnya.Dengan menimbulkan pertanyaanpertanyaan ini penonton akan betah mengikuti cerita sampai selesai. Suspen ini biasanya dibangun melalui dialog-dialog serta laku para tokoh yang ada dalam naskah lakon. Kalau pemeran atau sutradara tidak cermat dalam menganalisisnya maka kemungkinan suspen terlewati dan tidak tergarap dengan baik.Hal ini akan menyebabkan kualitas pertunjukan dinilai tidak terlalu bagus, karena semuanya sudah bisa ditebak oleh penonton. Kalau cerita itu bisa ditebak oleh penonton maka perhatian penonton akan berkurang dan menganggap pertunjukan tersebut tidak menyuguhkan sesuatu untuk dipikirkan.
- Surprise, suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti. Namun peristiwa yang diharapkan tersebut, pada akhirnya mengarah ke sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnya.
- Gestus, aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antartokoh. Dalam sebuah lakon terkadang dijumpai aksi-aksi yang seperti ini dan akan menimbulkan suatu rasa simpati penonton kepada korbannya.
Setting
Membicarakan
tentang setting dalam mengkaji lakon tidak ada kaitan langsung dengan
tata teknik pentas, karena memang bukan persoalan scenery yang hendak
dibahas. Pertanyaan untuk setting atau latar cerita adalah kapan dan
dimana persitiwa terjadi. Pertanyaan tidak serta merta dijawab secara
global tetapi harus lebih mendetil untuk mengetahui secara pasti waktu
dan tempat kejadiannya.
Analisis
setting lakon ini merupakan suatu usaha untuk menjawab sebuah
pertanyaan apakah peristiwa terjadi di luar ruang atau di dalam ruang?
Apakah terjadi pada waktu malam, pagi hari, atau sore hari? Jika terjadi
dalam ruang lalu di mana letak ruang itu, di dalam gedung atau di dalam
rumah? Jam berapa kira-kira terjadi? Tanggal, bulan, dan tahun berapa?
Apakah waktu kejadiannya berkaitan dengan waktu kejadian peristiwa di
adegan lain, atau sudah lain hari? Pertanyaan-pertanyaan seputar waktu
dan tempat kejadian ini akan memberikan gambaran peristiwa lakon yang
komplit.
- Latar tempat adalah tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi. Peristiwa dalam lakon adalah peristiwa fiktif yang menjadi hasil rekaan penulis lakon.Menurut Aristoteles peristiwa dalam lakon adalah mimesis atau tiruan dari kehidupan manusia keseharian.Seperti diketahui bahwa sifat dari naskah lakon bisa berdiri sendiri sebagai bahan bacaan sastra, tetapi bisa sebagai bahan dasar dari pertunjukan.Sebagai bahan bacaan sastra, interpretasi tempat kejadian peristiwa ini terletak pada keterangan yang diberikan oleh penulis naskah lakon dan dalam imajinasi pembaca. Sedangkan sebagai bahan dasar pertunjukan, tempat peristiwa ini harus dikomunikasikan atau diceritakan oleh para pemeran sebagai komunikator kepada penonton. Analisis ini perlu dilakukan guna memberi suatu gambaran pada penonton tentang tempat peristiwa itu terjadi. Analisis ini juga sangat penting dilakukan karena berhubungan dengan tata teknik pentas. Gambaran tempat peristiwa dalam lakon kadang sudah diberikan oleh penulis lakon, tetapi kadang tidak diberikan oleh penulis lakon. Analisis latar tempat dapat dilakukan dengan mencermati dialog-dialog tokoh yang sedang berlangsung dalam satu adegan, babak atau dalam keseluruhan lakon tersebut.
- Latar waktu adalah waktu yang menjadi latar belakang peristiwa,`adegan, dan babak itu terjadi. Latar waktu terkadang sudah diberikan`atau sudah diberi rambu-rambu oleh penulis lakon, tetapi banyak latar`waktu ini tidak diberikan oleh penulis lakon. Tugas seorang sutradara dan`pemeran ketika menghadapi sebuah naskah lakon adalah menginterprestasi latar waktu dalam lakon tersebut. Dengan menggetahui latar waktu yang terjadi pada maka semua pihak akan bisa mengerjakan lakon tersebut. Misalnya, penata artistik akan menata perabot dan mendekorasi pementasan sesuai dengan latar waktu. Analisis latar waktu perlu dilakukan baik oleh seorang sutradara maupun oleh pemeran. Analisis latar waktu yang dilakukan oleh sutradara biasanya berhubungan dengan tata teknik pentas, sedangkan yang dilakukan oleh pemeran biasanya berhubungan dengan akting dan bisnis akting. Latar waktu dalam naskah lakon bisa menunjukkan waktu dalam arti yang sebenarnya (siang, malam, pagi, sore), waktu yang menunjukkan sebuah musim (musim hujan, musim kemarau, musim dingin dan lain-lain), dan waktu yang menunjukkan suatu zaman atau abad (Zaman Klasik, Zaman Romantik, zaman tokohg dan lain-lain). Analisis latar waktu bisa dilakukan dengan mencermati dialog-dialog yang disampaikan oleh tokoh dalam adegan atau babak yang sedang berlangsung.
- Latar Peristiwa Latar peristiwa adalah peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari lakon itu terjadi. Latar peristiwa ini bisa sebagai realita bisa juga fiktif yang menjadi imajinasi penulis lakon. Latar peristiwa yang nyata digunakan oleh penulis lakon untuk menggambar peristiwa yang terjadi secara nyata pada waktu itu sebagai dasar dari lakonnya.
Karakterisasi
Karakterisasi
merupakan usaha untuk membedakan tokoh satu dengan tokoh yang lain.
Perbedaan-perbedaan tokoh ini diharapkan akan diidentifikasi oleh
penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton
akan merasa terwakili oleh perasaan tokoh yang diidentifikasi tersebut.
Suatu misal kita mengidentifisasi satu tokoh, berbarti kita telah
mengadopsi pikiran-pikiran dan perasaan tokoh tersebut menjadi perasaan
dan pikiran kita. Karakterisasi atau perwatakan dalam sebuah lakon
memegang tokohan yang sangat penting. Bahkan Lajos Egri berpendapat
bahwa berperwatakanlah yang paling utama dalam lakon.Tanpa perwatakan
tidak akan ada cerita, tanpa perwatakan tidak bakal ada plot.Padahal
ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan,
konflik yang akhirnya melahirkan cerita.
Jenis-jenis Tokoh
Tokoh
merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya tokoh
maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon
melalui ucapan dan tingkah laku tokoh. Dalam teater, tokoh dapat
dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis
lakon.Motivasi-motivasi tokoh inilah yang dapat melahirkan suatu
perbuatan tokoh.Tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1. Protagonis
Protagonis
adalah tokoh utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita.
Keberadaan tokoh adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul
ketika mencapai suatu citacita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa
dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri.Tokoh ini juga
menentukan jalannya cerita.
2. Antagonis
adalah
tokoh lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan
konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan
menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai
klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif
terhadap tokoh protagonis.
3. Deutragonis
adalah
tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Tokoh ini ikut
mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh
protaganis.
4.Tritagonis
Tritagonis adalah tokoh penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.
5. Foil
adalah tokoh yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita.
6. Utility
adalah
tokoh pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian
cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa
penulis.
Jenis Karakter
Karakter
adalah jenis tokoh yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah
proses kerja untuk memainkan tokoh yang ada dalam naskah lakon.Penokohan
ini biasanya didahului dengan menganalisis tokoh tersebut sehingga bisa
dimainkan. Jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu flat
character, round charakter, teatrikal, dan karikatural.
1. Flat Character (perwatakan dasar)
Flat
character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh
penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter
tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai
dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi
dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika
sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan
lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada
pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang. Penulis
lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif,
sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu
perkembangan karakter
Flat
character ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun
derajat status sosial dalam sebuah lakon. Flat character biasanya ada
pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter tokoh
pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon.
2. Round Character (perwatakan bulat)
Karakter
tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya
dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam
lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian
maupun status sosialnya. Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada
perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan
inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan
jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik
tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
3. Teatrikal
Teatrikal
adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat
simbolis. Karakter-karakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon
realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non
realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana,
keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi
dilakukan oleh manusia. Misalnya karakter yang diciptakan oleh Putu
Wijaya pada lakon-lakonnya yang bergaya post-realistic, seperti tokoh A,
D, C, Si Gembrot, Si Tua, Kawan, Pemimpin (lakon LOS) dan lain-lain.
4. Karikatural
Karikatural
adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung
menyindir..arakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai
penyeimbang antara kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan
keriangan suasana.Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang
diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan
perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku.
…………………………………………
NASKAH
Disini
diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah
walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda,
naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau
beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat
berbeda mutunya.Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi,
kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut. Sebuah naskah
yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka
cerita. Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi
diatas, maka lakon yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku,
timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
- Pemaparan (eksposisi) Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
- Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
- Komplikasi awal atau konflik awal. Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
- Klimaks dan krisis dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
- Penyelesaian (denouement) Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
................................................
Pada
drama-drama atau naskah modern Indonesia ada sesuatu yang menarik untuk
disimak. Ada beberapa penulis naskah atau praktisi teater di Indonesia
yang mengabaikan sama sekali penjelasan pembuatan naskah itu. Salah
satunya adalah Putu Wijaya (tokoh teater Indonesia asal Tabanan-Bali).
Beliau dalam melahirkan karya-karya penulisan naskah bagi pementasan
dramanya (bersama Teater Mandiri) tidak mengikuti alur cerita seperti
biasanya yang kadang diawali dengan :'Pada suatu
ketika.....bla...bla...bla...'. Beliau malah acapkali memulai ceritanya
dengan mengangkat konflik-konflik itu di awal ceritanya.lalu kemudian
beliau bertutur tentang konflik itu. Bisa jadi flashback atau meneruskan
konflik itu. (Baca : 'Dah Dig Dug';'Tai';'Geerr',dan lain-lain). Bahkan
di salah satu naskahnya yang terkenal yaitu 'Aduh' sudah samar lagi
mana awal mana akhir.Adegan di awali dengan orang yang mengerang
'Aduh...aduh...aduh....' Lalu berkonflik rialah sesama pemain
disitu....lalu diakhiri dengan 'Aduh...aduh...aduh....'
Terkenang
ketika mengikuti workshop bersama Alm.Arifin C Noor di kampus
ASTI(Sekarang STSI)-Bandung. Dia bertutur bagaimana sebuah penulis bisa
memaksa pemain bisa 'memainkan' lakon atau bisa 'dimainkan' oleh lakon,
bisa pula 'dimain-mainkan' bahkan memberi keleluasaan bagi aktor untuk
'bermain-main' dengan lakon itu. Hal itu tidak ada pada pakem naskah
dunia Barat klasik. Salah satunya lakon-lakon William Skakespeare (King
Lear;Othello;Machbeth dan lain-lain)
Naskah
hanya sebuah guidance bagi keseluruhan kerja tim bagi pementasan
teater. walau bagaimanapun peran Sutradara sebagai Jendral yang
menentukan visualnya di atas panggung. dan aktor pun punya hak dan
kewajiban untuk memberikan roh dari lakon yang tertulis di naskah
tersebut. Sebuah proses kreatif bersama....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar