bersama dalam bahagia bersatu dalam duka

Kamis, 27 Desember 2012

Minggu Ceria KERETA

Minggu, 16 Desember 2012
      ketika matahari mulai menyinari bumi, ada tiga orang anak manusia yang berjalan menuju kampus tercinta. teryata mereka adalah Ketum (Benalu), Mantan Ketum (Tungau), dan Sorang anggota (Timpakul). dan sungguh kasihan karena si timpakul hanya seorang dan yang paling muda, ia disuruh membawa sound sistem (Salon) kesanggar, untuk keperluan kegiatan di hari libur ini.

          sebanarnya agenda kegiatan minggu ini ada 3, yaitu, Senam Pagi, Gotong Royong Membersihkan Sanggar, dan Syukuran dalam rangka telah terlaksananya WorkShop dan Latihan Alam XIII. namun ada agenda dadakan pada hari ini, karena ada keluarga salah seorang anggota sanggar yang melangsungkan acara pernikahah. jadi tambahan agenda kegiatan hari ini ialah pergi KONDANGAN bersama-sama. :-).
dimulai dari senam pagi. dalam kegiatan, hampir semua anggota sanggar (dalam sanggar semua adalah keluarga"dangsanak") mengikuti senam pagi, dari kegiatan pertama ini telah keceriaan yang terpancar diwajah-wajah dangsanak sanggar semua.
.
09:00 Wita, setelah semua beristirahat sehabis senam pagi, kegiatan pun dilanjutkan dengan gotong royong membersihkan sanggar tercinta. dalam proses gotong royong terlihat kerjasama dan kebersamaa dangsanak. itulah sebenarnya yang diharapkan dalam rasa kekeluargaan dalam sanggar kereta.
kemudian kegiatan pun dilanjutkan dengan KONDANGAN bersama. demi memenuhi undangan dangsanak sanggar juga, semua dangsanak sanggar yang lainpun ikut serta pergi ketempat acara. sesampai disana, ternyata keceriaan anggota sanggar tidak hanya terbatas dalam lingkup dangsanak sanggar saja. hal tersebut dapat terbukti dengan dapat meenularkan keceriaan tersebut dengan memeriahkan acara perkawinan tersebut (sumbangan lagu :-) ). padahal sih berangakat kesana hanya mau makan gratis > hihihiihihihi . :-p

ketika semua sudah kenyang, habis makan gratis,,,,,, kegiatan syukuran pun terancam batal, karena semua sudah kecapean, terjadi tarik ulur jadi atau tidaknyaa makan bersamaa, dan akhirnya syukuran tetap dijalankan. dengan bahan baku yang ada, para koki sanggar pun meraciknya dengan telaten, sehingga menghasilkan makanan yang sungguhh nikmat..... mmmmmm SEDAAAAAAAP.. hiihii.
meskipun gerimis turun dan datang tak diundang sore itu, dengan rasa kebersamaan akhirnya semuanya sudah siap (tinggal Manyuap ja ge ppp). 
dengan ditemani gemercik air hujan yang jatuh kebumi, yang berlaku sebagai musik dari nyanyian gelak tawa kecerian anggota sanggar tersebut, makan-makan pun sangat terasa kental rasa kekeluargaannya, ketika semua merasakan BERSAMA DALAM BAHAGIA dan BERSATU DALAM DUKA..

semua telah selesaia dibereskan. dan semua dangsanak siap pulang kehabitatnya masing-masing. dan adzan magrib pun berkumandang, menandakan berakhirnya hari ini. dan semua kegiatan pun telah terselaikan serta terlaksana dengan baik. 

semoga persaudaraan dalam sanggar bertambah kuat dan tak dapat goyahkan oleh apapun. Amieeeeen !


Jumat, 21 Desember 2012

SEJARAH TEATER

Pada masa Yunani kuno manusia saat itu mempunyai kepercayaan kepada dewa-dewa. Diantara dewa-dewa itu menurut kepercayaannya, dewa utama yang paling ditakuti adalah dewa Zeus, yang menurut keyakinan mereka mempunyai dua orang putera, yaitu dewa Dyonesos dan dewa Apollo. Sifat kedua dewa bersaudara itu jauh berbeda, dewa Dyonesos dikenal sebagai dewa penghancur, karena itu amat ditakuti. Sebab bila dewa Dyonesos murka, maka terjadilah bemacam-macam bencana seperti kemarau yang panjang, wabah penyakit menular, kematian dimana-mana, dan sebagainya. Sebaliknya dewa Apollo inilah yang memberikan kesuburan, kemakmuran dalam bentuk musim hujan dan panen yang melimpah. Bila tanaman subur, hewan-hewan gemuk, manusia sehat, makmur dan hidup tenteram, maka ini merupakan tanda bahwa dewa Apollo sedang singgah di dunia.
Untuk kedua dewa tersebut, rakyat Yunani amat memuliakannya dengan tata cara persembahan yang berbeda. Dalam waktu-waktu tertentu rakyat mengadakan pesta ria di suatu tempat yang telah ditentukan. Mereka yang tidak datang dianggap berdosa dan akan menerima kutukan. Karena itu pada pesta itu, rakyat dari berbagai penjuru daerah datang beramai-ramai ke suatu tempat pesta. pesta ria ini diadakan di tanah lapang luas, biasanya diapit oleh gundukan-gundukan tanah atau dikelilingi oleh gundukan tanah. Pesta ini memakan waktu cukup lama sampai berminggu-minggu, sehingga mereka membawa perbekalan dari rumahnya masing-masing. Tempat pesta tersebut dapat menampung orang dalam jumlah yamg banyak sekali, dan berbentuk arena. Di tengah-tengah arena tersebut terdapat "pusat persembahan" yang disebut "teatron".
Teatron ini berupa podium tanah yang dibentuk semacam ruangan. Di sinilah orang-orang berkumpul mempersembahkan "sesajen" (persembahan) untuk para dewa. Agar doa dan sesaji (persembahan) mereka diterima oleh dewa, maka orang-orang menari-nari di sekeliling persembahan tersebut. Tari-tarian untuk dewa Apollo dilakukan secara meriah. Orang-orang menirukan gerak-gerik binatang. Ada yang berselubung kulit domba sekaligus menirukan gerakan domba, ada yang berselubung kulit harimau sekaligus menirukan gerakan harimau, dan sebagainya. Baik para penonton maupun para penari diperbolehkan saling mengejek sesuka hati, sehingga suasana betul-betul meriah dan gembira. Suasana demikian disebut "co-mos", yang berarti "gembira". Bertolak dari kisah tersebut, maka segala bentuk cerita yang bersifat gembira atau pertunjukan yang bersifat humor disebut "comedy" (komedi). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dewa Apollo-lah yang melahirkan cerita "komedi".
Berbeda halnya dengan kisah persembahan kepada dewa Dyonesos. Persembahan kepada dewa Dyonesos ini dilakukan dengan penyembelihan seekor domba jantan, yang oleh orang Yunani disebut "tragos". Didasarkan pada waktu pelaksanaannya, persembahan ini (tragos) biasanya dilaksanakan pada musim rontok atau musim gugur. Menurut anggapan orang Yunani kuno, pada musim inilah dewa Dyonesos sedang murka, karena itu mereka perlu mengadakan persembahan, upacara doa dengan tari-tarian, dengan menghilangkan (tanpa) acara ejek-mengejek. Semua jenis tari-tarian tersebut menggambarkan "suasana berkabung", kemudian dilangsungkan upacara penyembelihan " tragos " tersebut. Ratap-tangis dan teriakan tragos itu disebut "tragedia". Tujuan dari persembahan tragos itu, agar musim rontok dan segala bencana segera berakhir. Kesedihan seluruh rakyat digambarkan melalui teriakan tragos waktu disembelih, sedih dan mengerikan.
Dari kisah persembahan itulah, lahirlah istilah "tragedia", yaitu kisah-kisah yang bersifat menyedihkan. Dan perlu juga diketahui bahwa dalam upacara persembahan tragos untuk dewa Dyonesos ini, para penari mencorang-coreng wajahnya serta diiringi dengan iringan musik yang sesuai dengan suasananya. Tradisi mencorang-coreng wajah ini akhirnya berkembang, dan kemudian kita kenal dengan istilah "make up" (tata rias).
Dalam perkembangan selanjutnya, bangsa yang berkuasa ialah bangsa Romawi, pada jaman Romawi, tradisi tersebut diadakan perubahan-perubahan. Bentuk arena persembahan diubah menjadi "gelanggang pertunjukan". Fungsi gelanggang arena tidak berfungsi untuk persembahan kepada para dewa, melainkan digunakan untuk "arena/gelanggang pertarungan". Yang dipertarungkan atau diadu ialah tawanan perang dengan singa atau binatang buas yang lain. Tempat penonton yang disusun bertingkat itu dapat memberikan kesempatan kepada para penonton untuk menyaksikan jalannya pertarungan dengan jelas.
Bentuk-bentuk "teatron" (pusat gelanggang atau pusat arena) itu kemudian mengalami perkembangan, misalnya dari bentuk arena lingkaran berubah menjadi segi empat, menjadi setengah lingkaran, dan sebagainya. Menurut Harymawan dalam bukunya Dramaturgi, menurut etimologisnya, teater adalah gedung pertunjukan (auditorium). Dalam arti luas teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya, wayang orang, ketoprak, ludruk, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.
Dalam arti sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (layar dan sebagainya), didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian atau tarian.
Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. Kata sandiwara itu dibuat oleh P.K.G. Mangkunegara VII almarhum sebagai pengganti kata toneel, yang pada hayatnya sudah mulai mendapat perhatian di kalangan kaum terpelajar. Tetapi, pada waktu itu di lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan masih bahasa Belanda. Kata baru "sandiwara" dibentuk dari kata "sandi" dan "wara", sandi (Jawa sekarang) berarti rahasia, dan wara (warah Jawa) adalah pengajaran. Demikian menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.




http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-drama.

Kamis, 13 Desember 2012

dibalik layar Workshop Dan Latihan Alam XIII

segala puji dan syukur kepada tuhan semesta alam
ALHAMDULILLAH semua anggota sanggar bersyukur denga terlaksananya kegiatan yang rutin dilaksanakaan yaitu Workshop dan Latihan Alam XIII yang diadakan pada tanggal 2 yang bertempat diruang kuliah IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Syariah dan Tanggal 7-9 desember 2012 yang bertempat dibendungan riam kiwa desa mandi kapau karang intan martapura.

Senin, 10 Desember 2012

Proses Regenerasi dalam KERETA

regenarasi ialah sebuah kata yang selama ini tentunya telah kita ketahui bersama, yaitu menyambung tali perjuangan dengan proses menjaring kembali penerus tongkat estafet perjuangan tersebut. sebuah proses regenerasi yang dilaksakan saat ini oleh sanggar kereta, dimulai dengan penerimaan anggota baru sanggar. yang mana melalui proses tingkatan-tingkatan yang harus dilewati. sesuai dengan AD-ART yang dimiliki.
dimulai dari tahun 2000, proses calon anggota mendapatkan status anggota penuh, sedikitnya harus melalui empat tahapan, yaitu :

1. tes wawancara
sebelum memasuki tes wawan cara ini, sicalon anggota diharuskan mengisi soal-soal psikotes. hal tersebut dilakukan guna mengetahui bagaimana keadaan kejiwaan calon anggota. dalam tes wawancara ini pada dasarnya terdapat tiga pokok poin yang dipertanyakan kepada sang calon anggota, hal tersebut meliputi motivasi (alasan yang mendasari kenginan masuk sanggar), Organisasi (mengapa hal ini dipertanyakan, karena pada dasarnya sanggar kereta bukan hanya sekedar wadah para seniman muda "mahasiswa Fak. Syariah IAIN Antasari Banjarmasin", Melainkan Ialah Sebuah Organisasi yang memiliki sebuah tujuan yang jelas sebagaimana organisasi lainnya, serta struktur organisasi yang jelas), dan MinatBakat (agar para pengurus   dapat mengetahui dibidang mana sih bakat dan minatnya sicalon anggota agar dapat disalurkan dengan baik).
2.WorkShop Ruangan
setelah melalui tahap pertama, baru calon anggota berhak mengikuti tahap ke-2 ini. tahap ini pada garis besarnya ialah pengenalan dan pemberian materi tentang hal-hal yang berkaitan dengan seni teater, semisal penataan artististik, teknik vokal, hukum panggung, penggunaan properti dan lain sebagainya. dan materi yang tak pernah tertinggal dalam proses ini ialah sejarah sanggar kereta sendiri.
3.Latihan Alam
Proses Latihan Alam XIII
dalam latihannya ini, sebagaimana materi yang diberikan dalam workshop ruangan materinya tidak jauh berbeda, bahkan hampir sama semuanya. yang memedakannya ialah, kalau dalam workshop ruangan hanya sekedar pemberian materi, sedang dalam latihan alam adalah pemahaman yang mendalam tentang teori-teori atau materi-materi yang telah diberikan. agar para calon anggota nantinya dapat mengerti dan memahami dengan makna dan arti dalam teori-teori tersebut.



4.Pentas Perdana
setelah mereka memahami dan mengerti dengan teori-teori yang mereka dapatkan, dalam pentas perdana inilah pembuktian pemahaman mereka tersebut, dengan kata lain praktik langsung diatas pentas yang sebenarnya.

setelah melewati kesemua tahap tersebut, barulah sang calon anggota sah menjadi anggota sanggar kereta sepenuhnya. dengan cara itulah proses regenarasi sanggar kereta yang dijalankkan saat ini.
meskipun demikian proses pembelajaran disanggar terus berlanjut, bukan hanya sekedar pelajaran dalam workshop saja.


*lampiran :
LAtihan Pengambilan Nafas, sebelum AMbil VOKAL

Kontemplasi
olah tubuh
 

Rabu, 05 Desember 2012

Buku Kereta


JUDUL BUKU

                                                      “ARS LONGA VITA BREVIS”

(Hidup Itu Singkat Dan Seni Itu Abadi)



Penulis

YASIR ARAFAT HZ





Editor
Muhammad Raihan MZ




Setting dan Design Cover
TIM Teater Kereta



Diterbitkan
2006








DAFTAR ISI


Cover depan...........................................................................     i
Daftar isi      ..........................................................................     iii
Ucapan Terima Kasih............................................................      1
Puisi           (1)  .....................................................................      3
Puisi          (2)  ......................................................................      4
Pengantar Penulis  ................................................................      5
Sambutan Ketua Umum Teater Kereta  ...............................      7     
Sambutan Presiden BEM Fakultas Syariah   .......................      9
Sambutan PB Dekan III Fakultas Syariah   ..........................    11
Iftitah    .................................................................................    12
Sekilas Tentang Drama   .......................................................     15
Sejarah Teater Kereta       ......................................................     18
Antara Kereta dengan Legenda   ...........................................    22
Kereta dari Pentas ke Pentas    ..............................................     23
Kaderisasi di Tubuh Kereta     ..............................................     30
Kereta dengan Paradigma Baru    .........................................     39
Diafragma        ......................................................................     42
Khatimah        .......................................................................      53
Tentang Penulis            .........................................................      54
Lampiran-lampiran    ...........................................................       57
Daftar Bacaan    ....................................................................     65


UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ini disampaikan untuk :
Mahmud Zaky Fuad, Muhammad Ramli, Tajuddin Noor dan Abdul Kariem, dengan kebaikan hati mereka saya dikenalkan teater dan seni peran lainnya.
Zainal Muttaqin, Shofiah, Lisna, Lisnawati, Ahmad Barkati, Khairani, Subhan, Syaikhu, Sa’adah, Sarmuji Arjan, Rasyidah, Wahidah Ibrahim, Nor Ifansyah, Fitriansyah, Abdul Latif,dan Halimi,yang dari mereka saya mengenal arti persahabatan dan persaudaraan
Abdurrahim al-Audah, Rusdiansyah, Wahyudi, Al-Fahmi, Tery Jaya, Khairillah, Tursinawati, Iffah Iqbal, Khairannur, Rabiatul Adawiyah,Syarifah, Normansyah,Rahmad Ridho, Arif Fahri, Abdul Halim, dan Johansyah, berkat mereka saya percaya bahwa pengorbanan dengan niat lillahi ta’ala, tidak pernah sia-sia.
Ahmad Sayuti, Husniansyah, M.Ali Fahmi, Dihyatul Qalbi, Mara Aswin, Arbaja, Husairin, Hamsan, Eka, Noryana, Agus dan Khairuddin, yang dari mereka saya mendapat kepercayaan diri hingga batas tak bertepi. 
Muhammad Rezani, Hidayatullah, dan, Muhammad Raihan, dari mereka saya mendapat banyak data dan informasi.
Ferry Ayatillah dan Presiden BEM Fakultas Syariah, yang berkenan memberikan sambutan.
Bapak Drs M.Nur Maksum, M.Si, selaku PB Dekan III Fakultas Syariah yang berkenan memberi arahan, motivasi, spirit dan sambutannya atas penerbitan buku ini.
Siapa saja yang pernah menjadi jembatan kebaikan guna perkembangan dan kemajuan Teater Kereta.
Saya hanya bisa berdoa  Jazaakumullah Khairan Katsira
     
      


















(I)







air bagi ikan
bahasa bagi manusia
oksigen bagi ikan
sastra bagi manusia

(Taufiq Ismail)



















(II)



Dengan Puisi, Aku


dengan puisi aku bernyanyi
sampai senja umurku nanti
dengan puisi aku bercinta
berbatas cakrawala

dengan puisi aku mengenang
keadaan yang akan datang
dengan puisi aku menangis
jarum waktu bila kejam mengiris

dengan puisi aku mengutuk
nafas zaman yang busuk
dengan puisi aku berdoa
perkenankanlah kiranya

(Taufiq Ismail)














PENGANTAR PENULIS


Bismillah ar-rahman ar-rahiem
     Mari kita mengucap syukur yang tulus kepada Allah swt., Tuhan Yang Maha Indah dan menyukai keindahan. Salawat dan salam, semoga selalu terucap dari bibir umat sedunia untuk Rasulullah saw.,tanpa beliau kita tak beda dengan debu, tanpa beliau kita sama dengan buih, tanpa beliau kita tak lebih dari asap yang menguap.
     Teater Kereta adalah sebuah komunitas mahasiswa Syariah yang “kebetulan”diberi Allah swt kemampuan menghibur. Sebab tidak semua mahasiswa atau dapat dikatakan tidak semua komunitas dapat menghibur orang lain. Kemampuan ini tidak terlepas dari minat yang ditopang oleh bakat. Bakat saja tidak cukup dan minat saja tidak menjamin, kedua-duanya saling berjalin kelindan.
     Usia dua puluh satu tahun (15 Oktober 1985 – 15 Oktober 2006) bukanlah perjalanan yang mudah. Tentu banyak rintangan, tantangan dan cobaan yang dihadapi. Dan setiap kepengurusan pasti mempunyai problem yang berbeda dengan solusi yang berbeda pula. Satu hal yang patut dibanggakan adalah, eksistensi Teater Kereta tidak pernah surut apalagi mundur ke belakang. Ada kemajauan dan terobosan baru yang dirintis. Itulah barangkali yang membedakan Teater Kereta dengan teater atau sanggar yang ada di Bumi Antasari.
      Buku dengan judul ARS LONGA VITA BREVIS diambil dari Bahasa Latin mempunyai arti HIDUP ITU SINGKAT DAN SENI ITU ABADI sekadar refleksi sejarah untuk memperingati HUT Teater Kereta XXI Fakultas Syariah. Dan juga untuk meyakinkan anggotanya bahwa setiap seni yang dipentaskan akan bersifat abadi. Seni yang baik dan berkualitas akan dikenang dan tak terlupakan. Apalagi bila pentas yang diusung ber-nuansa religiusitas Islami, insan seni dapat berdakwah dengan media drama.
      Saya berharap kehadiran buku ini dapat merajut kembali kenangan, pengorbanan, dan kebersamaan antara satu generasi dengan genarasi berikutnya. Jangan pernah melupakan sejarah. Sebab kita ada karena sejarah dan kita tiada pun akibat sejarah. Sejarah sepatutnya menjadi simbol perubahan. Sesuatu yang tidak berubah dalam diri dan sejarah manusia, hanyalah perubahan itu sendiri
       Selamat membaca. Selamat membuka lagi kenangan lama. Jika pembaca tidak puas dengan tulisan ini, saya dapat memakluminya, sebab saya memang bukan alat pemuas (?)
      Congratulation......                                           
                                                           Kemiri, 27 Ramadhan 1427 H
                                                                                                           Penulis,                     









SAMBUTAN KETUA UMUM
TEATER KERETA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Mari kita panjatkan syukur  kehadirat Allah Swt. Yang meciptakan langit dan bumi dengan seni yang begitu menakjubkan, tak ada satupun seniman yang mampu mengukir bentuk bumi dan langit seindah ciptaan-Nya. Pohon-pohon ciptaan-Nya bagaikan pena-pena yang siap dipakai untuk menulis semua karunia-Nya. Air laut bagaikan tinta yang selalu siap dalam mempatri keindahan ciptaan-Nya. Semua itu tidaklah akan mampu menuliskan, mengapresiasikan, meluapkan seluruh perasaan akan keindahan ciptaan-Nya.
Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, pelantun indah ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam berbagai bentuk seninya, yang mengajarkan keindahan, termasuk indahnya iman dan Islam.
Pada tahun 2006 ini tepatnya pada bulan oktober, Teater Kereta Fakultas Syari’ah IAIN Antasari Banjarmasin genap berusia dua puluh satu tahun (15 Oktober 1985 – 15 Oktober 2006). Usia yang lumayan lama, tentunya banyak liku-liku perjalanan kehidupan, baik suka maupun duka yang telah dilalui. Bagaimana sebuah perjalanan yang cukup panjang ini ada baiknya kalau terpatri, tercatat dalam sejarah sebagai suatu kenangan dan pelajaran yang baik untuk disimak dan dihayati.
Seni itu indah dan akan terus berlanjut sampai dunia ini berakhir, hanya kehidupanlah yang akan terpisahkan oleh yang namanya maut. Untuk itulah pada usia yang ke 21 tahun ini Teater Kereta meluncurkan sebuah buku yang berjudul “ARS LONGA VITA BREVIS” (Hidup Itu Singkat Dan Seni Itu Abadi).
Di dalam buku ini akan dipaparkan tentang apa itu drama secara umum dan lebih khusus lagi pembahasannya tentang liku-liku kehidupan Teater Kereta sejak berdirinya sampai sekarang, yang tentunya banyak rintangan dan tantangan, suka duka, pasang surutnya dan lain sebagainya yang akan dibahas lebih rinci dalam buku ini.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan, semoga buku ini akan mampu memberikan keyakinan khususnya bagi rekan-rekan dan saudara saya di dalam Teater Kereta dan para seniman teater umumnya bahwa perjuangan takkan pernah sia- sia, dan akan selalu menemukan kemenangan.
“Bersama Dalam Bahagia Bersatu Dalam Duka”
wassalamu’alaikum Wr.Wb.


FERY AYATILLAH
Ketua Umum TEATER KERETA




SAMBUTAN PRESIDEN MAHASISWA
BEM FAKULTAS SYARIAH

Bismillah ar-rahman ar-rahiem
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil A’alamin, Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam yang degan rahmat, taufik dan hidayah Nya kita semua masih diberikan Nya nafas untuk dapat merasakan nikmatnya hidup. Puji syukur juga harus kita ucapkan, karena kita masih diberikan Tuhan kesempatan untuk merayakan Ulang Tahun Teater Kereta yang ke-21. Tentunya, rasa syukur ini haruslah kita barengi dengan senantiasa mengevaluasi diri dan berbuat yang lebih baik di masa yang akan datang.
Do’a dan keselamatan semoga senantiasa kita sematkan kepada Baginda Mulia Rasulullah Muhammad Saw. Perjuangan seni yang mencintai keindahan dan memberikan jalan dan pedoman untuk memudahkan kita dalam mencapai Ridha Ilahi.
Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pengurus Teater Kereta Fakultas Syari’ah yang memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat sedikit mengukir kata-kata hiasan sebagai sambutan dalam terbitnya buku teater kereta yang berjudul “ARS LONGA VITA BREVIS” (Hidup Itu Singkat Dan Seni Itu Abadi). Dengan kegiatan Festival Drama Komedi (FDK) se-Kalimantan Selatan dalam rangka Ulang Tahun ke-21 Plus terbitnya buku ini, menandakan bahwa Teater Kereta sepanjang perjalanannya tidak hanya mewarnai kehidupan seni di lingkungan kampus, tetapi juga tetap eksis dalam memperjuangkan seni di tingkat kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan umumnya.
Sebagaimana kita tahu, bahwa seni adalah hasil kerja manusia untuk menampilkan keindahan. Dengan seni orang akan menjadi kreatif, dan dengan seni orang akan menjadi lebih baik dalam menghargai kehidupan. Seni tidak hanya menghasilkan hiburan bagi kebanyakan orang, tetapi seni juga dapat menjadi media penyampaian saran dan kritik positif untuk pembangunan. Oleh karena itu para pencinta dan pejuang seni layak diberikan penghargaan dan posisi yang tinggi dalam kehidupan.
Hal itulah yang juga dihasilkan oleh Teater Kereta selama 21 tahun umurnya.. senantiasa berkreasi dan menjadi corong kritik terhadap kebijakan-kebijakan-kebijakan negatif pemerintah baik di dunia kampus maupun Pemerintah Daerah dan pusat. Maka, sudah selayaknya jika Teater  kereta mendapatkan penghargaan yang tinggi dari para pencinta seni di seluruh dunia.
Di Fakultas Syari’ah sendiri, hadirnya Teater Kereta merupakan sebuah keuntungan bagi semua Civitas akademika Fakultas, baik Dekanat, BEM, HMJ, khususnya seluruh mahasiswa Fakultas Syari’ah. Teater Kereta telah banyak menghasilkan karya-karya seni yang indah dan memberikan nuansa baru di bidang seni. Teater Kereta juga menjadi motor dan penggerak seluruh mahasiswa untuk mencintai dan berkreasi dibidang seni. Karena itu BEM Fakultas Syariah selaku “Kakak” merasa beruntung dan terbantu dalam pelaksanaan program kerja dengan eksistensi Teater Kereta di bidang seni.
Sebagai pengayom seluruh HMJ dan UKM di tingkat Fakultas, BEM Fakultas Syari’ah senantiasa mendukung semua kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, termasuk kegiatan-kegitan seni yang telah, sedang, dan akan terus dikembangkan oleh seluruh elemen kemahasiswaan.
Akhirnya dengan ketulusan hati seraya memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt. Atas nama seluruh Pengurus BEM Fakultas Syari’ah mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-21 Bagi Teater Kereta Fakultas Syari’ah. Semoga senantiasa sukses dan bermanfaat bagi umat.
”Tetaplah Melaju dan Menjadi Lokomotif Bagi Perkembangan Seni & Potensi Mahasiswa”

Billahittaufiq Wal Hidayah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
“Kabinet Pemberdayaan”
  BEM Fakultas Syari’ah

Ahda Muyassir
Presiden Mahasiswa

SAMBUTAN PEMBANTU DEKAN III FAKULTAS SYARIAH 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
BERKAT RAHMAT, TAUFIK DAN HIDAYAH Allah Swt, Alhamdulillah kita sambut peluncuran buku tentang Teater Kereta yang berjudul:
ARS LONGA VITA BREVIS”
(Hidup Itu Singkat Dan Seni Itu Abadi).

Buku ini tentunya merupakan rangkaian dari program Teater Kereta Fakultas Syari’ah IAIN Antasari dan merupakan prestasi tersendiri dari mahasiswa Fakultas Syari’ah di dunia tulis menulis di bidang Sastra dan Budaya, khususnya dibidang seni Islam yang sangat banyak dikembangkan oleh kawula muda.
Penerbitan karya seni ini tidak hanya sekedar untuk memperkaya Khazanah kepustakaan, tetapi juga besar harapan saya dapat menjadi Refrensi tentang seni Budaya Islam di Tanah Banjar. Disamping itu buku ini dapat pula menjadi inspirasi untuk penulisan sejarah.
Saya ucapkan selamat pada pengurus Teater Kereta, teruslah berkreasi, berkarya dengan niat ibadah kepada Allah Swt. Semoga Teater Kereta tetap jaya di panggung Seni Budaya Islam di Tanah Banjar. Sekian.

Wassalam
Pembantu Dekan III
Fakultas Syari’ah


Drs. H.M. Nur Maksum, MSI.


 

IFTITAH


Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia, didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia, atau fitrah manusia yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Merupakan suatu hal yang mustahil, bila Allah yang menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati serta mengekspresikan keindahan kemudian Dia melarangnya. Kemampuan berseni merupakan satu dari seian banyak perbedaan manusia dengan makhluk yang lain. Jika demikian, Islam pasti mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, dan karena itu pula Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam Islam.
Imam al-Ghazali menyatakan: “Siapa yang tidak terkesan hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya atau oleh alat musik dan getaran nada, maka fitrahnya telah mengindap penyakit parah yang sulit diobati”.
Kesenian dalam Islam tidak harus berbicara tentang Islam. Ia tidak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebaikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang Islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujudnya dengan “bahasa” yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Apapun jenis dan aliran dalam seni, dapat dengan mudah dibingkai dengan nuansa Islam. Dalam hal ini sosok seniman atau pecinta seni harus mempunyai modal yang baik dan benar tentang Islam dan ajarannya. Jika tidak, maka seni yang dipentaskan (pasti) jauh dari nilai-nilai Islami, meskipun ia yakini sebagai seni yang Islami.
Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan oleh agama, serta mengembangkan dan memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah nabi pasti mendukung, tidak menentangnya (Muhammad Imaroh)
Ali Audah dalam bukunya Dari Khazanah Dunia Islam, mengatakan bahwa konsep dasar pemikiran manusia ialah kebebasan dan kebebasan ini dalam membedakan yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah, yang dalam al-qur-an karya manusia itu diumpamakan air yang bermanfaat atau buih yang tak berguna (ar-Ra’ad;17). Paham seni untuk seni sudah pasti ditolak. Seni yang tak ada gunanya hanya merupakan buih saja atau zabad menurut al-qur-an tadi, atau disebut juga dengan seni kitsh, seni trash yang tak memiliki guna sama sekali. Islam mendambakan seluruh kebudayaan yang isinya menjunjung tinggi martabat dan harkat manusia. Tuhan menciptakan segalanya dari yang tidak ada menjadi ada, sementara manusia menciptakan dari ciptaan Tuhan dari yang sudah ada.
Di sinilah bedanya konsep seni dan budaya yang dianut Islam dengan bangsa Yahudi dan Barat. Mereka menganut aliran ethocentrism, yaitu karya seni yang lahir kerena sikap-sikap emosinal berdasarkan ras, bangsa, atau kultur yang merasa lebih super. 
Umat Islam yang berpegang dengan kitab Al-qur-an sebagai pedoman hidup sungguh sangat beruntung. Karena apa ? karena al-qur-an disepakati oleh seluruh umat manusia memiliki ketinggian sastra hingga saat ini, meski pun bukan sebagai “kitab sastra’. Ketinggian sastra di dalam al-qur-an mencerminkan bahwa, Yang Maha Indah, ingin menunjukkan kepada umat manusia bagaimana caranya menyikapi dan menikmati sebuah keindahan itu.
Menurut Muhammad Ahmad Khalafullah, tujuan terpenting dari kisah (seni bertutur / naratif) dan bahkan menduduki tujuan utama adalah meringankan beban jiwa para nabi dan orang-orang beriman kepada Allah swt. Selain itu ada juga tujuan lainnya, yaitu untuk menguatkan keimanan dan keyakinan jiwa terhadap akidah Islam dan mengobarkan semangat berkurban, baik jiwa maupun raga di jalan Allah swt. Artinya, kisah juga dimaksudkan membentuk jiwa militan. Sebagaimana al-qur-an, sastra secara umum juga memiliki potensi untuk membentuk jiwa-jiwa militan yang siap melawan setiap bentuk kemungkaran. Sebab jika kemungkaran dibiarkan merajalela, kehidupan ini tidak akan tenang, karena ajaran-ajaran kebenaran tidak diperlihatkan dan dilaksanakan.  

SEKILAS TENTANG DRAMA

Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Di tanah air, drama dalam perkembangannya telah menunjukkan “pergumulan” yang tak mengenal kata lelah. Dulu, pada zaman Belanda, istilah drama belum dikenal. Saat itu orang lebih akrab menyabutnya sandiwara. Sandi berarti rahasia, sedangkan wara berarti wajah. Artinya, orang yang sedang bermain drama adalah orang yang mampu mamainkan mimik mukanya secara rahasia untuk sebuah peran / lakon. Rahasia yang dimaksudkan adalah kemampuan menutupi karakter pribadinya. Misal, orang yang berperan sebagai penjahat, bukan sebagai penjahat yang sebenarnya, itu hanya akting saja, tidak lebih. Istilah ini dipopulerkan oleh Homungkubowono IV. Orang Belanda sendiri menyebut drama dengan istilah tonil.
Seni drama menurut Haster terbagi ke dalam beberapa bagian,yaitu:
1.   Drama absurd (drama gila-gilaan yang didalamnya mengabaikan konvensi struktur semantik atau makna kata).
   2.    Drama borjuis (drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan)
3.      Drama domistik (drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa).
4.      Drama duka (drama yang menceritakan pertikaian antar tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan).
5.      Drama komedi (drama yang ber-setting-kan lawakan, tetapi tetap dalam koridor drama serius. Beda dengan lawakan yang sering mengabaikan unsur keseriusan pemainnya).
6.      Drama heroik (drama yang menitikberatkan pada nilai-nilai kepahlawanan).
7.      Drama moralis (drama yang berisi konflik antara kebaikan dan kejahatan).
8.      Drama tendens (drama yang berisi masalah sosial, seperti kepincangan-kepincangan atau ketidakadilan yang terjadi di masyarakat).
Ada tiga unsur penting yang harus dimiliki oleh pemain drama (terutama pemula) yaitu:
a. Minat
Minat adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Posisi minat diletakkan di awal dikarenakan minat itu akan menjadi motivasi orang tersebut untuk belajar drama (atau segala sesuatu) dengan baik. Bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu, sementara dihatinya tidak ada minat sama sekali?. Apabila minat itu masih ada, maka dijamin unsur yang lain akan mengikutinya. Untuk itu, minat harus tetap dijaga dengan baik, sebab minat merupakan “ruh” nya.
 b.  Kesungguhan
Tanpa kesungguhan, tidak mungkin dapat menyerap ilmu drama dengan baik.    Latihan drama (work shof / bengkel sastra) berbeda dengan mendengar seminar atau ceramah. Dalam drama ada teori yang dipadukan dengan praktek. Kemampuan pemain dapat dilihat saat pentas. Jika ia memahami teori,maka praktek jalan dengan sendirinya. Dan begitu sebaliknya.
Menghafal naskah (skenario) juga memerlukan kesungguhan yang luar biasa. Pemain yang telah hafal naskah, tidak saja membantu dirinya dalam menghayati sebuah peran, tetapi membantu pemain lain untuk membingkai alur cerita dengan baik sesuai arahan dan petunjuk sutradara. Bayangkan, bila ada pemain yang lupa naskah, apa yang terjadi dengan pertunjukan tersebut ?.

c.   Kebersamaan
   Bermain drama adalah bermain bersama orang lain. Perlu dipupuk kebersamaan agar tercipta suasana yang akrab, santai, dan menyenangkan. Kebersamaan disini tidak hanya menyangkut kumpul-kumpul antar pemain, kru dan sutradara, tetapi kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan membawakan sebuah pentas. Masing-masing individu mempunyai tanggung jawab perorangan, namun hasil akhir sangat bergantung pada kebersamaan. Apabila tampil baik dan menghibur, maka nikmati bersama, dan jika tampil kurang baik dan jauh dari unsur menghibur, maka “nikmati” lah bersama juga.
         Dengan bermain drama, seniman dapat menyampaikan “sesuatu” kepada penonton. Entah itu nasehat, ajaran, informasi, pengetahuan dan lain sebagainya. Pendek kata, dengan “bahasa” drama, tidak terasa vulgar penyampaiannya, tinimbang dengan “bahasa” politik. Karena apa ? karena seni dapat menyentuh segala aspek kehidupan yang dimiliki manusia. Hal ini berarti bahwa sebuah karya seni dapat memasuki segala dimensi kehidupan, sebab seni merupakan aplikasi dari kehidupan dalam sebuah karya yang agung.

SEJARAH TEATER KERETA
Sastra dan sejarah memiliki hubungan khusus yang tidak bisa dipisahkan. Sejarah memiliki ketergantungan kuat terhadap sastra. Para ahli sejarah sepakat dengan hal ini, karena dalam tataran realitas, bagi sejarah, sastra adalah “lahan suburuntuk mendeskripsikan peradaban suatu bangsa. Bahkan sebagian ahli sejarah menilai sastra sebagai elemen penting yang ikut mewarnai dan membentuk sejarah itu sendiri. Alasannya, karena faktor fenomena-objektif sejarah suatu bangsa akan dapat diketahui dari karya sastra mereka.
Hal ini logis, sebab sastra adalah medium apresiasi manusia untuk mengungkapkan apa yang terbenak dalam jiwa. Pun dengan sastralah manusia mengungkapkan cita-cita, harapan, keluh-kesahnya. Untuk menggambarkan semua hal tadi sastra menggunakan simbol, isyarat, dan instrumen pengungkapan lain.      
Berbicara tentang Teater Kereta, tak bisa tidak, harus menyebut dua tokoh yang dengan tangan dingin mereka mampu mencetak kader seni yang militan. Mereka adala Mahmud Zaky Fuad  dan Muhammad Ramli. Merekalah lokomotif Teater Kereta. Tanpa mereka, kereta hanya sebuah pedati yang tak layak dinaiki dan dibanggakan.
Pada awalnya (1985) hanyalah komunitas seni vokal yang biasa mengisi acara lelang atau warung (safrah) amal. Lambat laun tuntutan masyarakat terutama di daerah terpencil yang “haus’ hiburan tidak bisa tersalurkan. Mereka lebih memilih duduk dan menatap dari kejauhan suguhan lagu-lagu Islami, sebab lagu-lagu tersebut terlalu sering mereka dengar. Baik melalui radio atau televisi. Masyarakat perlu sebuah hiburan baru yang dapat menghilangkan dahaga mereka. Lalu ide pembentukan teater pun muncul.
Pemberian nama K-E-R-E-T-A, bukan tidak mengandung nilai filosofis di dalamnya. Menurut Mahmud Zaky Fuad (sang pemberi nama) Kereta berarti sebuah alat yang dapat mengangkut apa saja, maksudnya insan di Kereta harus mampu  bermain seni dari aliran manapun. Kereta juga mempunyai komponen pendukung lainnya, seperi; roda, yang berarti kerja sama, rangkaian gerbong, berarti persaudaraan dan kebersamaan yang kuat, masinis, berarti pimpinan/sutradara, cerobong asap,berarti punya ide / inovasi dan rel, yang berarti landasan yang kuat, yang dimaksud disini adalah adanya nilai – nilai Islam saat drama dipentaskan.
Apa yang ada di dalam sebuah Kereta adalah sebuah sistem. Jika sistem yang ada berjalan sesuai fungsinya, maka kereta akan jalan dengan baik bahkan dapat melaju dengan cepat, sebaliknya jika sistem yang ada tidak berfungsi atau salah satu komponennya “diam”, maka kereta akan kehilangan nuansanya. Di dalam beberapa kesempatan, Mahmud sering menyampaikan, bahwa anggota Teater Kereta mempunyai tanggungjawab mengembangkan teater ini, salah satunya adalah, jika ingin membentuk teater maka harus menggunakan nama Kereta.
Pada tanggal 15 Oktober 1985 bertempat di ruang Fakuktas Syariah dibentuklah Teater Kereta. Saat itu keberadaannya di bawah Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) pada Bidang Minat dan Bakat. Perlahan tapi pasti, Teater Kereta sering tampil di daerah atau pelosok desa untuk menghibur sambil beramal. Sejak itu, penampilan Teater Kereta selalu di tunggu oleh masyarakat. Ciri khas dari Teater ini adalah menyuguhkan drama dengan “bungkus” komedi. Dan selalu menyelipkan dua hal, yaitu: tontonan dan tuntunan. Tontonan bersifat menghibur, seperti adegan lucu, sedih, gembira, menangis dan tertawa. Sedangkan yang bersifat tuntunan adalah, setiap kejahatan akan dibalas dengan kejahatan dan setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.
Booming Teater Kereta sangat terasa sekali ketika memasuki tahun ke-5, yaitu era tahun 90-an. Saat itu Kereta benar-benar menjadi  marcusuar bagi teater lain yang ada di IAIN. Dulu masing-masing fakultas hanya mempunyai satu teater. Fakultas Tarbiyah dengan AT-TA’DIB, Fakultas Dakwah dengan AN-NIDA, Fakultas Syariah dengan KERETA (saat itu Fakultas Ushuluddin belum mempunyai teater, setelah Mahmud mendapat SK. Penempatan sebagai dosen di Ushuluddin, maka mereka mendirikan teater LEGENDA).
Berbagai workshop, sarasehan dan bengkel sastra diikuti oleh anggota Teater Kereta, hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman dalam seni. Ada beberapa pelatih yang datang khusus memberi support dan motivasi, mereka antara lain; Adjim Arijadi, Bahtar Suryani, Bachtiar Sanderta, Ajamuddin Tiffani, T.Surya, Agus Suseno, dan Rudi Karno. Kehadiran tokoh-tokoh budaya dan seniman Kalimantan-Selatan ini sedikit tidaknya telah memberi “pahatan” pada diri dan karakter anggota Teater Kereta.
Ajang lomba dan pentas seni sudah tak terhitung lagi banyaknya diikuti oleh Teater Kereta. Baik yang dilaksanakan di lingkungan IAIN atau pun di luar. Barangkali pengalaman yang paling berkesan adalah dengan dinobatkannya Teater Kereta sebagai juara bertahan tiga kali berturut-turut piala Walikota Madya Banjarmasin dalam Pentas Seni dan Budaya antar Mahasiswa se-Kalimantan Selatan (Tropi berkaca setinggi dua meter tersebut (mungkin) masih ada di kamar Dekan Fakultas Syariah).
ANTARA KERETA DAN LEGENDA
      
Kepindahan Mahmud ke Fakultas Ushuluddin dan mendirikan Teater Legenda (1993), tentu saja sangat merisaukan hati anggota Teater Kereta. Meski pun dalam perjalanannya, beliau masih mau melatih di Kereta. Akan tetapi, hari-hari yang dulu penuh kebersamaan mulai terasa hambar. Mahmud memang tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Menurut beliau ada “kebijakan” yang mengharuskannya “pindah” ke Ushuluddin, ujarnya  suatu hari. Sampai disitu, tidak pernah ada usaha dari anggota Kereta menanyakan, apa yang dimaksud dengan “kebijakan” itu.    
Kesungguhan dan keseriusan mahasiswa Ushuluddin berlatih drama tentu saja membuat semangat baru bagi Mahmud. Hampir setiap sore dan malam-malam tertentu mereka latihan dan sangat intens sekali. Dalam waktu empat bulan, Teater Legenda sudah dapat membuktikan kehebatannnya. Lomba dan pentas seni  yang dulu hanya diikuti oleh Syariah, Dakwah dan Tarbiyah, pada akhirnya nama Ushuluddin pun mulai bertengger dan diperhitungkan oleh kalangan pecinta seni di IAIN. Ah.. sebuah teater dengan penampilan yang apik dan punya kekhasan tersendiri telah muncul di Bumi Antasari, demikian seorang teman berseloroh.
Beberapa pementasan yang digelar di IAIN, Mahmud lebih banyak berada di bawah “bendera” Ushuluddin. Otomatis pengurus Teater Kereta bagai “anak ayam  kehilangan induknya” Jujur saja, anggota Kereta belum siap untuk ditinggalkan sang pelatih yang pernah berguru dengan WS. Rendra ini. Beruntungnya, di Kereta masih ada Muhammad Ramli, Tajuddin Noor dan Abdul Kariem, yang mau melatih dengan keterbatasan waktu dan kesempatan. Tentu saja hasil yang didapat tidaklah optimal.
Kepindahan Mahmud ke Brunai Darussalam telah membuat Teater Kereta dan Legenda kehilangan figur dan sosok pelatih ideal. Setelah kepindahan itu, maka masing-masing teater belajar secara otodidak dan dalam beberapa kesempatan “berguru” ke Taman Budaya atau dengan Sanggar yang ada di Banjarmasin. Lalu apa yang ditinggalkan Mahmud untuk Teater Kereta dan Legenda ? Ilmu drama, kedisiplinan, kebersamaan, ketidakpamrihan, kesungguhan, pengorbanan, dan cinta kasih.    

KERETA DARI PENTAS KE PENTAS
      
 Drama yang pertama kali diusung di tahun 1990 adalah drama heroik berjudul LENTERA JINGGA. Mengisahkan perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Tokoh sentral dari drama ini adalah Letnan Herman yang dimainkan oleh Zainal Muttaqin dan Suster Linda yang dimainkan oleh Shofiah. Di pihak penjajah Belanda, berperan sebagai Jenderal Jhon adalah Abdurrahim al-Audah dan Letnan Hendrik diperankan oleh Yasir Arafat HZ.
Meski bertema perjuangan, drama ini juga dibumbui oleh percintaan antara Letnan Herman dengan Suster Linda. Ending cerita drama ini ternyata menyimpan misi rahasia Suster Linda yang tidak lain adalah kakitangan Belanda. Di sinilah dilema Letnan Herman dipertunjukkan. Antara kekasih dan komitmennya sebagai seorang pemimpin pejuang. Siapa yang dipilih Letnan Herman ? Suster Linda atau perjuangannya ? Ternyata Letnan Herman memilih perjuangannya melawan Belanda dan menembak mati kekasihnya Suster Linda di alun-alun kota, tepat ketika cahaya mentari berwarna jingga dan adzan maghrib berkumandang dengan syahdunya. Darah mengalir dari kening Suster Linda, sedangkan air bening meleleh di pipi sang pemimpin sejati, Letnan Herman. Tangis duka, tangis ketidakpercayaan, tangis perpisahan dan tangis kebencian berbaur dalam sebuah teriakan panjang menyayat hati. Teriakan Letnan Herman yang putus asa.
Drama ini juga pernah dipentaskan di Barambai, untuk membantu mencarikan dana pembangunan sekolah TK.Islam dan perbaikan Masjid. Mungkin karena tergesa-gesa, sehingga Zainal Muttaqin lupa membawa “pistol” kayu. Saat itu muncul ide dari Mahmud meminjam pistol sungguhan dengan Kapolres Barambai. Sore hari berangkatlah beberapa kru Kereta untuk bersilaturrahmi ke rumah Kapolres. Al-hamdulillah beliau sangat baik dan menerima kami bagai keluarga sendiri. Setelah berbasa-basi, maka mahmud mengutarakan maksud kedatangan Kru Kereta. Beliau tidak menyangka kalau ada yang “berani” meminjam sesuatu yang tak boleh dipinjamkan. Setelah diberikan pengertian, akhirnya beliau bersedia. Namun dengan syarat, pistol hanya diserahkan 10 menit sebelum pentas akan dimulai.
Malam saat akan pentas, banyak sekali masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukan drama tersebut. Bapak Kapolres dan keluarga juga hadir, camat, lurah dan perangkat desa tampak duduk di bagian depan bibir panggung. Tepat ketika pembawa acara mempersilakan Teater Kereta menampilkan kebolehannya. Berdirilah Bapak Kapolres menuju ruang make-up dan kostum kru Kereta. Beliau memanggil Zainal Muttaqin, dan berkata. “Saya pinjamkan pistol ini, semoga bisa membantu pertunjukan saudara malam ini” Tak lupa beliau memerikasa tempat peluru, kalau-kalau ada peluru yang tertinggal, setelah yakin, pistol itu pun berpindahtangan.
Selesai pentas, penonton tak henti-hentinya bersorak, bersiut dan bertepuktangan memberi aplaus untuk Teater Kereta. Mereka sangat puas dengan pertunjukan tersebut. Zainal Muttaqin berkomentar, “Aku merasa benar-benar gugup saat mengarahkan moncong pistol tersebut ke arah shofiah, seakan memang ingin membunuh sungguhan”. Mungkin lantaran pistol asli, jadi penghayatannya sangat luar biasa, ujar Mahmud menimpali.
Penampilan yang tak kalah luar biasanya, ditunjukkan oleh Teater Kereta saat mengikuti Pentas Seni dan Budaya antar mahasiswa se-Kalimantan-Selatan pada tahun 1991. Drama yang diusung bertemakan kehidupan sosial. Naskah ditulis oleh Mahmud Zaky Fuad berjudul WAJAH-WAJAH KALAH. Musik ditangani oleh Muhammad Ramli dan Mara Aswin. Pengorbanan dan latihan yang tak kenal menyerah ternyata membuahkan hasil yang gilang gemilang. Teater Kereta dinobatkan sebagai juara pertama. Menyingkirkan sekitar 16 teater dan sanggar yang ada di Kalimantan-Selatan. Drama ini bertutur tentang seorang ibu tua diperankan oleh Wahidah Iberahim, ditinggal anaknya merantau ke Jakarta. Tokoh anak diperankan oleh Abdurrahim al-Audah. Namun sayang si anak ternyata masuk dan bergabung dengan geng pecandu obat-obat terlarang dan sukses memasarkan obat-obat tersebut untuk wilayah Jabotabek. Tokoh geng diperankan oleh Zainal Muttaqin. Ada juga tokoh polisi wanita diperankan oleh Rasyidah yang menyamar menjadi mak latah perempuan tua yang selalu diledek oleh orang-orang di sekitar markas geng obat-obat terlarang, dan tukang kebun dengan logat jawa me-dok, yang diperankan oleh Yasir Arafat HZ. Cerita dibungkus dengan setting drama modern.
Kepiluan hati seorang ibu (lalu akhirnya menjadi gila) saat menyaksikan anaknya sebagai anggota geng obat-obat terlarang sangat apik dan mengesankan sekali dibawakan oleh Wahidah Iberahim. Wajar saja saat mementaskan drama ini, Wahidah mendapat piala sebagai aktris terbaik. Tak sia-sia ia melakukan survei ke Rumah Sakit Gila selama se-pekan, hanya ingin melihat bagaimana orang gila makan, minum, tertawa, menangis, merenung, menjerit dan bernyanyi.
Empat bulan setalah pentas, Teater Kereta mengikuti lomba di Taman Budaya Kayu Tangi Banjarmasin, dengan mengangkat naskah WAJAH-WAJAH KALAH. Sayang sekali penampilannya kurang “menggigit”. Jangankan mendapat predikat juara, respon penonton sangat jauh dari harapan. Bahkan saat pentas ada penonton “gila” yang melempari pemain Kereta dengan botol air kemasan. Ada yang bersuara sumbang dan sebagian malah menyindir bahwa pentas yang diusung tidak layak untuk dibawa ke Taman Budaya. Kami kecewa, hingga pulang tidak ada yang bicara apalagi tertawa. Semua hanyut dalam duka.
Di pertengahan tahun 1992,saat mengikuti Apresiasi Seni dan Dakwah di lingkungan IAIN Antasari, kembali teater Kereta mengukir sejarah dengan mendapat empat (4) kategori sekaligus. Pertama sebagai teater berpenampilan terbaik, kedua penata musik terbaik, ketiga setting terbaik dan keempat aktor terbaik atas nama Al-Fahmi. Drama yang dipentaskan berjudul WARISAN. Bertindak sebagai sutradara Mahmud Zaky Fuad.
Drama ini bertutur tentang pembagian warisan di dalam sebuah keluarga yang masing-masing ingin mendapat lebih banyak. Maka semua jalan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Fitnah, hasud dan racun pun “bicara”. Akhirnya yang mendapatkan semua warisan tersebut adalah pembantu wanita bernama Jonah yang telah mengabdi puluhan tahun di rumah tersebut, sebab semua tokoh telah mati akibat tipu muslihat mereka sendiri.Para pemain; Al-Fahmi sebagai kakek, Rusydi sebagai Baron, Yasir Arafat HZ, sebagai santri, Try jaya sebagai pacar pembantu wanita, dan pembantu wanita bernama Jonah diperankan oleh Tursinawati. Untuk penata musik dikomando oleh Dihyatul Qalbi dan Lighting oleh Husniansyah dibantu oleh Muhammad Ali Fahmi.
Menyandang gelar terbaik pentas drama komedi dakwah membuat Teater Kereta dikenal tidak hanya di lingkungan IAIN, tetapi gaungnya sudah sampai ke telingan seniman Kalimantan Selatan. Atas rokumendasi Bung Jhon Tralala, Teater Kereta diundang main di Restoran Internasional Grand Palace Komplek Pertokoan Plaza Mitra Banjarmasin. Undangan tersebut berasal dari Panitia Reuni Akbar STIA BINA BANUA.
Inilah pertama kalinya Teater Kereta melakukan nego untuk pentas. Panitia menanyakan berapa H-O-N-O-R yang diminta. Menurut Mahmud, mintalah sesuai dengan predikat Kereta yang menyandang juara terbaik. Saat itu disepakati sebesar Rp.250.000,- dan al-Hamdulillah panitia setuju. Sayangnya permainan tidak berkembang dengan baik. Hanya sebagian penonton yang “terpancing” dengan banyolan dan joke-joke yang disampaikan Kereta. Ternyata menyandang gelar juara belum menjadi jaminan dapat diterima semua penonton, apalagi penontonnya dari kalangan “orang berdasi” 
Naskah drama dengan judul ST.MASYITAH ditulis oleh Bahtar Suryani pernah juga dipentaskan oleh Teater Kereta. Hanya saja drama ini untuk memeriahkan Peringatan 1 Muharram 1415 H. di IAIN Antasari, al-Hamdulillah mendapat aplaus dari para rektor, dekan dan dosen serta mahasiswa yang menyaksikannya. Para pemain; Abdul Kariem sebagai Firaun, Abdurrahim al-Audah sebagai Panglima Perang Firaun, Shofiah sebagai St. Masyitah, Sarkati sebagai suami St.Masyitah, Yasir Arafat dan Rusydiansyah sebagai anak-anak Bani Israil, Lisnawati sebagai penyisir rambut Masyitah. Bala tentara Firaun diperankan oleh, Khairillah, Try Jaya, Johansyah, Wahyudi, dan Subhan. Penata musik dipegang oleh A.Syaikhu di bantu Mara Aswin. Drama ini disutradara-i oleh Abdul Kariem..
Di samping mengikuti lomba dan pentas seni, Teater Kereta juga aktif mendampingi pihak Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) untuk melakukan penyuluhan hukum hingga ke pelosok desa. Misalnya pernah pentas di  Marabahan, Amuntai, Margasari, Anjir,  Tanjung,  Kandangan, dan dibeberapa kota dan kabupaten di wilayah Kalimantan-Selatan. Tentu saja yang disuguhkan adalah drama komedi yang disisipi unusur dakwah dan suluh hukum.
Ada cerita menarik ketika Teater Kereta diundang pentas di Halong. Saat itu tampil di pemukiman masyarakat dayak. Banyak kejadian aneh. Misalnya Abdurrahim al-Audah merasa sedang memandang cahaya yang sangat panas, sehingga tidak konsentrasi menghayati permainannya. Iffah Iqbal lain lagi, ia merasakan sulit untuk berakting dan mengucapkan diaolog, seperti ada yang menahan suaranya. Para pendukung juga merasakan hal yang sama. Ketika pentas usai, ada anak dayak yang tertidur di samping panggung. Salah seorang kru Kereta bermaksud mengantarkan ke seberang sungai (rumah orang dayak tersebut di seberang sungai) spontan masyarakat muslim di sana bicara. “Jangan, biarkan ia tidur di situ, jika saudara antar anak dayak ini, maka saudara tidak bisa dan tak akan bisa pulang ke sini, dan mungkin tidak akan melihat Banjarmasin lagi”.
Jika dihitung sejak tahun 1990 hingga tahun 1995 ada sekitar 17 naskah (khusus lomba atau pentas seni) yang telah dimainkan oleh Teater Kereta. Sayangnya naskah-naskah tersebut hilang dan tidak dipertanggungjawabkan peminjamnya. Akhirnya bank naskah yang dulu banyak menyimpan naskah tidak memiliki naskah itu lagi. Naskah yang masih ada hanya bersifat reduplikasi saja, bukan aslinya. Yang ada sampai sekarang hanya naskah asli LENTERA JINGGA.

KADERISASI DI TUBUH KERETA


Sejak Kereta terbentuk, maka yang menjadi ketua adalah Mahmud Zaky Fuad dibantu oleh Muhammad Ramli, Tajuddin Nor dan Abdul Kariem.Hampir tiga tahun lebih beliau melakukan kaderisasi, baik sebagai ketua maupun sebagai insan seni. Tidak semua jadi, tetapi ada beberapa yang dapat diandalkan untuk menjalankan roda organisasi. Setelah Mahmud tidak aktif, maka Muhammad Ramli mengambilalih kepemimpinan di Kereta, lalu disambung Tajuddin Nor, kemudian Abdul kariem,  hingga akhirnya ke tangan Yasir Arafat HZ.
Porsi latihan tergantung kebutuhan. Bila saat menghadapi lomba atau pentas, maka latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu, sedangkan jika tidak ada lomba atau pentas maka latihan cukup satu minggu sekali. Tempatnya pun tidak menentu, kadang di lokal syariah, di samping audit, di halaman rektorat, hingga di tanah lapang.
Salah satu kendala menjalankan roda organisasi di Kereta adalah, kurangnya dana dari pihak rektorat. Itu sebabnya banyak anggota Kereta yang merasa pengorbanan mereka tidak bergitu dihargai. Bayangkan saja, untuk sebuah pentas memerlukan dana yang tidak sedikit. Padahal Kereta sedang membawa misi dan visi IAIN sebagai institusi yang manaunginya. Belum lagi ada sebagian dosan yang memandang sebelah mata kepada insan seni. Ada yang mengatakan “kurang gawian lah” atau yang lebih ekstrem lagi menyebut insan seni sebagai “gawian nang kada mandatangkan napa-napa”. Kondisi seperti ini membuat mahasiswa yang tadinya tertarik di bidang seni drama menjadi “hambar’. Teater Kereta sempat merasakan minimnya animo dan minat tersebut dan itu berlangsung hampir dua tahun (1994-1995). Imbasnya, kaderisasi tidak berjalan secara optimal, dan penerus di Teater Kereta hanya tersisa orang-orang sisa.
Namun al-Hamdulilah, pada tahun-tahun selanjutnya, Teater Kereta kembali bangkit. Terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang mau bergabung. Ini barangkali tidak terlepas dari usaha yang sungguh-sungguh dari pengurus kala itu. Dan juga kebijakan yang diambil pihak dekan (terutama dekan III), sehingga mahasiswa merasa termotivasi dan mempunyai spirit luar biasa untuk mendalami bidang seni dan drama.
Keterlibatan anggota Teater Kereta di berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak Senat maupun Fakultas dapat menjadi “angin segar” bagi anggota baru. Kepercayaan yang diberikan menghasilkan karya yang baik, dan karya yang baik mendapat penghargaan yang baik pula dari masyarakat, baik itu di kampus atau pun di kota dan kabupaten tempat pentas digelar.
Tahun 1995 kepengurusan Teater Kereta diserahkan dari Yasir Arafat HZ kepada Arbaja. Ia adalah seorang kader Kereta yang visioner dan lama menimba ilmu seni dan peran dari senior-nya, memiliki spirit dan pengabdian yang tak kenal lelah. Ia juga seorang yang sanggup melaksanakan konsep hingga menjadi nyata, sebuah angan menjadi ada. Sebenarnya anggota pengurus Kereta saat itu adalah kawan-kawan se-angkatan-nya, tetapi kemampuan memenej dan mengayomi itulah yang menjadikannya berbeda dengan yang lain. Bahkan sampai ia menjadi Ketua Senat masih menyempatkan diri untuk melatih dan berlatih bersama.
Menurut hemat saya, Arbaja dapat menyerap ilmu seni peran sangat cepat. Dia bisa belajar secara formal maupun otodidak. Peran apa saja mau dilakoninya, meski peran yang tak layak dan menjadi cemoohan penonton, peran itu  adalah  peran  B-A-N-C-I. diterimanya tanpa mengeluh.
Suatu hari saya dimintanya untuk menjadi sutradara. Naskah yang diangkat berjudul TARING-TARING PENGKHIANAT. Pentas ini untuk lomba  Apresiasi Seni antar Fakultas di IAIN. Saya mencoba membongkar-pasang calon pemain. Saya letakkan Arbaja berperan antagonis (jahat) dan Hamsan berperan protogonis (baik). Saya yakin Arbaja sanggup menghayati peran tersebut. Predeksi saya tidak salah, saat tampil ia luar biasa sekali. Dengan kelicikan dan kesombongannya, ia bahkan dibenci oleh sebagian penonton yang menyaksikan aktingnya kala itu (Kereta menduduki peringkat II, sedangkan Legenda peringkat I dengan judul drama Pangeran Samudera). Namun pada pentas Drama Komedi Dakwah, Kereta menduduki peringkat I dengan judul DOKTER GADUNGAN, sedangkan Legenda di peringkat ke II dengan judul ENGKOH LIONG)
Ia juga sempat saya undang ke Loksado tempat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan main bareng bersamanya. Meski hanya berdua, saya dan dia sangat menikmati pentas tersebut. Selesai mengocok perut masyarakat di desa Lumpangi-Loksado, Arbaja berkata, “Sudah lama sekali saya ingin main dengan Kaka, sekarang saya dapat mewujudkannya, saya menyukai dan sangat menikmati permainan tadi”, katanya   
Seingat saya di bawah komando Arbaja, Teater Kereta berkembang dengan baik. Entah secara kuntitas maupun kualitas. Kawan-kawannya pun sangat mendukung kebijakan yang diambilnya. Kekurangan yang ada hanyalah tidak banyak mengadopsi ilmu seni peran dengan kalangan Seniman dan Budayawan Kal-sel. Jadi ada kesan mereka hanya mengulang-ulang ilmu yang ada untuk berperan dalam sebuah pertunjukkan. Akan tetapi bukan berarti tidak ada prestasi sama sekali. Di pengurusan inilah terkumpul orang-orang yang punya talenta luar biasa. Seperti Ahmad Sayuti, M.Ali Fahmi, Husniansyah, Husairin, dan Khairudin. Merekalah yang “menghidupkan” Teater Kereta.
Pengganti Arbaja adalah Ishaq. Seorang kader Kereta yang pendiam dan sangat cool. Beberapa kali sempat berdiskusi dengan saya. Dan beberapa kali juga diminta melatih. Saya lihat ada nuansa kejenuhan di periode ini. Latihan terkesan hanya rutinitas belaka. Anggota yang turun setiap minggu tidak tetap. Saya kurang paham, faktor apa penyebabnya. Pentas yang digelar tidak sebanyak zaman Arbaja. Namun, usaha Ishak meneruskan kepemimpinan patut diacungi jempol. Bayangkan saat krisis anggota ia masih mau menerima tongkat kepengurusan. Dan ia berhasil menjalankan roda organisasi hingga terjadinya suksesi di tubuh Kereta, meski “balangsar dada” Beberapa nama angkatan 1997-1998 antara lain; M.Raihan, Fitriyadi, Siti Azizah, Hidayatullah dan M. Rezani. Mereka ini juga dibantu oleh Misbahuddin, Zulkariana, dan Abdul Kadir.  
Setelah Ishaq selesai mengantarkan Kereta di kepengurusannya, sejak itu saya “kurang dekat” dengan periode setelahnya. Entah apa sebabnya, yang jelas mereka seperti jalan sendiri. Beberapa pentas yang mereka gelar hanya saya dengar dari beberapa kawan yang masih aktif menyaksikan pertunjukkan seni di Auditorium IAIN. Penerimaan anggota baru tahun 1998 dikoordinir oleh M.Raihan dibantu Fitriyadi, dan penerimaan anggota baru ini sekaligus persiapan lomba drama komedi dakwah yang diadakan oleh SMI dalam rangka Dies Natalis IAIN Antasari. Judul drama yang dipentaskan “WAJA SAMPAI KA PUTING”, sutradara Arbaja. Kereta meraih juara II, dan legenda sebagai juara I-nya.
Di awal tahun 1999, Teater Kereta mendapat undangan dalam acara Pagelaran Seniman Kampus. Kereta menampilkan sebuah pementasan kolosal dengan judul “MERAH PUTIH”. Banyak yang berpendapat pementasan ini adalah pementasan yang spektakuler, karena menampilkan kisah perjuangan dengan jumlah pemain 20 orang, yang tertata dengan apik dan memukau para penonton. Drama ini disutradarai Arbaja dan Marzuki.
“Putusnya” hubungan membuat saya nyaris melupakan Kereta, yang begitu banyak memberi saya berbagai macam pengalaman, ilmu dan teman. Ironisnya hal ini berjalan dalam hitungan tahun. Siapa yang salah ? Saya lalu menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas lain. Dan saya masih mempunyai sebuah organisasi yang dirintis bersama Irfan dan Surur, yaitu Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI), di sinilah saya mengabdi, mendukung secara moral, meterial dan spritual.
Menurut Raihan, pada masa kepengurusan Ma’rifat yang di-PJs-kan kepada Taufiqurrahman adalah dengan dilaksanakannya Workshop Alam I dalam masa kebangkitan Kereta. Kegiatan ini kembali digagas pada masa kepengurusan Rahmad Fauzi dengan format yang lebih baik, yaitu istilah Pra Workshop dan Workshop Alam II diganti menjadi Workshop dan Latihan Alam II. Ditetapkan juga “Yel-Yel” Kereta yang pembuatannya dibantu oleh Intruktur Workshop, saudara Yudi dari Teater Legenda dan pengurus Sanggar Bahana.
Lambang Kereta ditetapkan sebagai lambang utama pada masa kepengurusan Juliadi Rahman, dan konsep tersebut dibuat oleh Agus Santoso. Di masa kepengurusan Agus pula, beberapa terobosan telah dilakukan, seperti ;
1.   Pembuatan Tata Tertib,
2.   Pembuatan Stempel resmi Teater Kereta,
3.   Pembuatan Kop surat ,
4.   Pembuatan seragam anggota,
5.   Penetapan Nomor Induk Keanggotaan (NIK),
6.   Menetapkan alumni mahasiswa Fakultas Syariah yang tergabung dalam Teater Kereta dan aktif sampai wisuda sebagai Dewan Kehormatan / Dewan Penasehat dengan identitas (INS:1085-9701) INS singkatan dari Instruktur, 1085 sebagai bulan dan tahun kelahiran Teater Kereta, sedangkan 9701, merupakan tahun angkatan dan nomor urut dari angkatan tersebut. Dewan penasehat Teater Kereta antara lain;
1.    Drs.Darliansyah Hasdi, M.Ag,
2.    Abdurrahim al-Audah,M.Ag,
3.    Yasir Arafat, S.Ag.,M.Pd.
4.    Hidayatullah, SHI.,S.Pd,
5.    Muhammad.Raihan,MZ,SHI,
6.    Muhammad.Rezani,SHI.
Adapun berkenaan dengan NIK, dibuat format sebagai berikut. NIK:1085-VI-0601. Bilangan 1085 bermakna bulan dan tahun berdirinya Teater Kereta, angka VI merupakan simbol angkatan Workshop yang telah diikuti anggota tersebut, angka 06, angkatan mahasiswa tersebut di Fakultas Syariah, dan 01 sebagai nomor urut anggota yang bersangkutan.
Tahun 2001 Kereta mencoba terobosan baru dengan mengadakan Workshop dan Latihan Alam (I), bertempat di Desa Mandiangin, peserta sebanyak 17 orang. Di tahun 2002 kembali diadakan Workshop dan Tantangan Alam (II), jumlah peserta 15 orang, bertempat di Kampus IAIN Antasari dan Bendungan Riam Kiri Desa Sungai Elang Kecamatan Karang Intan Martapura. Memasuki tahun 2003 hingga 2004 pembinaan terhadap anggota semakin diintensifkan. Setiap minggu selalu ada latihan, terutama bila ada pentas atau undangan untuk pentas. Meski demikian,tahun 2003-2004 adalah tahun “dukacita” bagi kereta. Sebab berbagai permasalahan mencul ke permukaan. Persoalan antara Kereta dengan BEMF ataupun dengan pihak akademik yang kurang mendukung kegiatan Kereta. Periode ini dilalui Kereta dengan penuh tantangan dan cobaan, sampai pemilihan pengurus baru terpilih.
Kepengurusan baru (2004-2005) banyak melakukan hal-hal baru, seperti pembuatan baju seragam, dikeluarkannya nomor keanggotaan. Pada tahun ini dititikberatkan pada skill anggota bukan pada kuantitasnya. Suksesi di tubuh Kereta berjalan sesuai kebutuhan. Tahun 2005-2006 Kereta mengadakan pemilihan ketua. Saat itu mayoritas memberikan kepercayaan kepada Rabiatul Adawiyah. Barangkali ini adalah sejarah baru, sebab selama Kereta berdiri, belum pernah Ketua Umum-nya dipegang oleh seorang perempuan. Tetapi itulah demokrasi di tubuh Kereta. Di bawah pimpian Atul, Kereta mengadakan Festival Drama Komedi se-Kotamadia Banjarmasin bekerjasama dengan BEM Fakultas Syariah, dan organisasi pertama di kampus IAIN Antasari yang mengadakan acara sahur bersama. Juga membentuk Band dalam Teater Kereta dengan nama Lokomotif Band
Pengurusan Teater Kereta dibawah kendali Fery Ayatillah dapat melakukan hal-hal baru juga, sebagaimana pendahulunya. Pada masa ini Kereta dapat membuktikan keberadaannya, misalnya; (1) mengikuti Temu Teater se-Kalimantan Selatan di Taman Budaya Banjarmasin. Mengusung Cerita Rakyat dengan judul “NISAN BERDARAH” sutradara M.Rezani dan M.Raihan, dan mendapat sambutan hangat dari seluruh teater yang mengikuti pertemuan tersebut.(2) Kereta mendapat kontrak syuting dalam program acara TVRI Kalimantan Selatan sebanyak 2 episode. Drama yang dibawakan berjudul “TERTIPU” (karya Yasir Arafat), dan “RONDA” (karya Agus Santoso dan Rahmatullah) kedua penampilan tersebut disutradarai oleh M.Raihan. (3) Pembuatan Bendera Kebesaran Teater Kereta. (4) Mengangkat Bapak Drs.M.Nur Maksum,M.Si sebagai pembina tetap berdasarkan kesepakatan pengurus. Dan (5) Melaksanakan Festival Drama Komedi (FDK) se-Kalimantan Selatan dalam rangka HUT Teater Kereta XXI serta peluncuran buku Refleksi Sejarah Teater Kereta.

KERETA DENGAN PARADIGMA BARU
       
Era 2000-an menurut saya adalah era kebangkitan Teater Kereta secara signifkan. Banyak hal baru dan terobosan brillian yang dilakukan oleh pengurus di tahun ini. Sistem rekruetmen anggota baru tidak lagi mengacu pada sistem terdahulu, tetapi ada inovasi baru. Misalnya, setelah mendaftar, anggota baru diwawancarai, kemudian diadakan work shop dan yang terakhir wajib ikut tantangan alam. Inilah yang saya katakan terobosan baru. Dengan cara seperti ini, setidak-tidaknya, pengurus dapat mengukur keseriusan dan kesungguhan anggota baru. Sudah bukan rahasia lagi, kebanyakan anggota baru, apabila masuk ke sebuah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) selalu coba-coba, ikut teman, dan yang lebih ironis lagi karena bingung cari kegiatan.
Pentas yang dilakukan pun sangat intens. Tidak saja menjadikannya sebagai agenda bulanan, akan tetapi sudah merupakan keharusan untuk tampil di kampus IAIN Antasari. Ini bisa menjadi indikator eksis tidaknya sebuah teater. Bukankah dengan sering tampil kita dapat meminimalisir kekurangan sebuah pertunjukan ? Selain itu, dapat menjadi pengobat rindu dengan fans, yang saya yakin tidak sedikit mengidolakan Teater Kereta. Dengan tampil di publik, maka bisa menjadi nilai refresing dan “obat” untuk menghilangkan kejenuhan dengan seringnya latihan.
Dua tahun terakhir ini, kegiatan Kereta semakin sarat makna. Misalnya, mengadakan kegiatan dengan tema “SEMALAM BERSAMA KERETA” yang dikemas dalam sholat tarawih, witir, tausyiyah,tadarus, mudzakarah, dan diakhiri dengan sahur bersama. Pengurus Kereta juga mampu melihat peluang, yaitu  menjadikan koran daerah sebagai mitra. Beberapa kegiatan Kereta sering diekspos. Inilah nilai plus yang dimiliki oleh Kereta dibandingkan teater atau sanggar lain yang ada di IAIN Antasari Banjarmasin.Bukti keseriusan dan kerja keras yang tak mengenal henti Teater Kereta juga diberi kepercayaan tampil di TVRI Kalimantan dalam pagelaran Drama Komedi Situasi. Mungkin yang disuguhkan belum memuaskan semua pihak, tetapi terobosan ini bisa menjadi langkah awal untuk mengenalkan teater kepada masyarakat, apalagi para pemainnya 100 % adalah mahasiswa yang disibukkan oleh berbagai aktivitas dan rutinitas lainnya.

Diafragma


(1)

 6

Bang Mahmud dengan isteri (Rita)
dan anak (Putera)
Tahun 1990





42

(2)




Khairani, Abdurrahim al-Audah, A.Berkati,Yasir,
dan Arif Fahri (Sebagian pendukung drama Lentera Jingga)
Tahun 1990




43

(3)




Try Jaya, Rusdiansyah, Tursinawati,Al-Fahmi,
dan Abdul Halim (sebagian pendukung drama Warisan)
Tahun 1992



44

(4)



Try Jaya, Khairillah, Bang Mahmud, Yasir,
dan Rusdiansyah (usai pentas drama Warisan)
Tahun 1992





45
(5)


Atas (ki-ka):Fitriansyah,A.Berkati,Hamli,Rusdiansyah,
Shofiah,Khairillah,Bang Mahmud,Rasyidah, dan Heifa
Bawah (ki-ka):Elvius,Hadi,Rafieq,Al-Fahmi,Yasir,Tri Jaya, Amrullah,dan Nor Ifansyah (usai pentas di Taman
Budaya. Judul Drama Wajah-Wajah Kalah)
Tahun 1992



46
(6)


M.Surur El-Nata (kru Teater Kereta Bidang Properti)
mejeng di samping tropi Rektor (Alfani Daud) dan tropi
Walikotamadya (Sadjoko)
yang telah diraih oleh Teater Kereta
dalam Pentas Seni dan Budaya
Tahun 1993


47

(7)




Yasir dan Arbaja
dalam sebuah drama komedi situasi
di Desa Lumpangi Kec.Loksado Kab.HSS (Kandangan)
Tahun 1994





48


(8)


Abdul Gafur Rifki Indra Giri dan Hasan (main gitar)
Dasuki, Tuti Hasanah dan Rabiatul Adawiyah (Vokal)
Saat mengikuti lomba Musikalisasi Puisi
Tahun 2005





49

(9)


(Ki-Ka) Muhammad Rezani, Hidayatullah, Rahmatullah,
M. Raihan dan Juliadi Rahman
Acara buka bersama setelah sebelumnya pulang dari work shop dan latihan alam II
Tahun 2002


50

(10)


Suasana lokasi WorkShop dan latihan II di Bendungan Riam Kiri Sei Elang Karang Intan dengan instruktur oleh Yudi
Tahun 2002



51

(11)


Suasana lokasi WorkShop dan latihan IV di Bendungan Riam Kiri Sei Elang Karang Intan dengan instruktur oleh Marzuki dan M. Raihan
Tahun 2005




52
Khatimah
saya bukan siapa-siapa
bukan pula orang yang paling berjasa
saya hanya punya sedikit cerita
kalau suka
silakan baca dan nikmati apa adanya
jika tidak
mohon jangan mencela
sebab hal itu
tidak akan menjadikan Kereta “dewasa”
apalagi tumbuh
dan menjadi yang serba bisa
selamat ulang tahun Kereta
semoga selalu jaya
dalam ridho Allah yang Maha segala




53
Tentang Penulis
Nama lengkap Yasir Arafat, nama kecil Arafat. Lahir di Banjarmasin tahun 1970. Anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. Nama ayah H.Zaitoni dan ibu Hj. Masyitah. Penulis menikah dengan Mila Hasanah, gadis asli Kandangan pada tanggal 7 Agustus 1996. Peresmian Perkawinan di laksanakan di Auditorium IAIN Antasari bulan Maret 1997. Al-hamdulillah tanggal 7 bulan Maret 1998 dikarunia seorang anak laki-laki, diberi nama Muhammad Fakhrurrazi (Razi).
Penulis menamatkan SD di Banjarmasin, kemudian melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Al-Falah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Pagi di pesantren dan siangnya masuk sekolah Negeri. Tahun 1989 tamat di Al-Falah dan melanjutkan studi di IAIN Antasari di Fakultas Syariah jurusan Muamalah Jinayat. Lulus S-1 IAIN tahun 1996 dengan judul skripsi “Jual Beli Kalender Porno” (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif) mendapat nilai B. Selama studi di IAIN Antasari aktif diberbagai kegiatan kampus, terutama sekali teater. Puncak karier di kampus adalah menjadi Ketua Senat Fakultas Syariah dalam pesta demokrasi Pemilwa (Pemilu Mahasiawa) kepengurusan 1992-1994.
Setelah dua bulan lulus dari IAIN Antasari, melamar dan menjadi guru honorer di Madrasah Aliyah Muallimin Darussalam Martapura. Bidang studi yang diajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mendirikan Teater Kereta di sekolah tersebut dan sering menampilkan drama komedi dakwah, mamanda, modern, perjuangan, Islam, dan se-sekali pementasan musikalisasi puisi relegius.
Tahun 2000 mendapat beasiswa dari Kanwil Depag. Prop.Kalimantan Selatan untuk kuliah  S-1 di FKIP Unlam jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Dalam kontrak disebutkan hanya dibiayai selama dua tahun, lewat kontrak tersebut uang kuliah bayar sendiri. Al-hamdulillah lulus sesuai target dengan IPK 3,19. Kualifikasi Yudisium Sangat Memuaskan. Judul penelitian “Studi Komparatif Hikayat Iskandar Dzulqurnain (Versi al-Qur-an dan Sastra Melayu Klasik) mendapat nilai A.
Adanya dukungan keluarga (terutama isteri dan anak) melanjutkan ke S-2 di FKIP Unlam dengan jurusan yang sama. Dalam waktu 21 bulan  kuliah selesai. IPK  3,67. Kualifikasi Yudisium Cumlaude. Judul Tesis “Puisi-Puisi Sufistik Jalal Al-Din Rumi (Sebuah Analisis dengan Pendekatan Struktural dan Semiotik) mendapat nilai A.
Saat ini telah berstatus PNS (setelah enam kali mendaftar menjadi PNS dan selalu kandas) pada Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin di Banjarbaru, formasi  Widyaiswara spesialisasi Mata Diklat Bahasa Indonesia.
Puluhan artikel dan opini telah ditulis untuk koran daerah seperti Dinamika Berita (Kalimantan Post), Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin dan Serambi Ummah (khusus cerpen). Buku yang telah ditulis, antara lain 1) Biografi Keluarga (1997), 2) Refleksi Sejarah (HUT VIII) KSR PMI Unit IAIN Antasari Banjarmasin (2001) 3) Visi, Misi, dan Eksistensi  KSR  PMI  Unit  IAIN  Antasari Banjarmasin  (2004),  4) Ars Longa Vita Brevis (HUT Teater Kereta Fak.Syariah XXI-2006), dan 5) Membangun Komitmen dalam Kebersamaan di Organisasi KSR PMI Unit IAIN Antasari Banjarmasin (-sedang dalam tahap penyusunan-(2007)) 
Falsafah yang selalu menjadi pedoman adalah Hidup Hanya Sekali Hiduplah yang Berarti.    












Lampiran – Lampiran
(1) Susunan Kepengurusan Teater Kereta dari tahun 1985-2006
Tahun 1985-1988
Ketua                     :     Mahmud Zaky Fuad
Wakil                     :     Muhammad Ramli
Sekretaris               :     Tajuddinnor
Bendahara             :     Abdul Kariem

Tahun 1988-1990
Instruktur              :     Mahmud Zaky Fuad
Ketua                     :     Muhammad Ramli
Sekretaris               :     Tajuddinnor
Bendahara             :     Wahidah Ibrahim

Tahun 1990-1992
Instruktur              :     Mahmud Zaky Fuad
                              :     Muhammad Ramli
                              :     ajuddinnor
Ketua                     :     Abdul Kariem
Wakil                     :     A.Berkati
Sekretaris               :     A.Syaikhu
Bendahara             :     Shofiah

Tahun 1992-1994
Instruktur              :     Muhammad Ramli
                              :     Tajuddinnor
                              :     Abdul Kariem
Ketua                     :     Yasir Arafat HZ
Wakil                     :     Abdurrahim al-Audah
Sekretaris               :     Rusdiansyah
Bendahara             :     Wahyudi
Tahun 1994-1996
Instruktur              :     Yasir Arafat HZ
                              :     Abdurrahim al-Audah
                              :     Rusdiansyah
Ketua                              :       Arbaja
Wakil                              :       Hamsan
Sekretaris                        :       Husairin
Bendahara                      :       Syarifah
Wkl.Bendahara               :       Agus

Tahun 1996-1998
Instruktur                        :       Yasir Arafat HZ
                                        :       Arbaja
                                        :       Husairin
Ketua                              :       Ishaq
Wakil                              :       Marzuki el-Saufi
Sekretaris                        :       Rasyidi
Bendahara                      :       Diana santi

Tahun 1998-1999
Instruktur                        :       Arbaja
                                        :       Ishaq
                                        :       Marzuki el-Saufi
Ketua                              :       Muhammad Raihan
Wkl.Ketua                      :       Muhammad Rezani
Sekretaris                        :       Hidayatullah
Bendahara                      :       Azizah

Tahun 1999-2000
Instruktur                        :       Arbaja
                                        :       Marzuki el-Saufi
Ketua                              :       Hidayatullah
Wkl.Ketua                      :       Muhammad Rezani
Sekretaris                        :       Muhammad Raihan
Bendahara                      :       Mahdiani

Devisi Keanggotaan       :       Abrori Rispandi
Devisi Latihan                :       Khairullah
Devisi Pemenntasan       :       Ma’rifat

Tahun 2000-2001
Instruktur              :     Muhammad Raihan
                              :     Muhammad Rezani
                              :     Hidayatullah
Ketua                     :     Ma’rifat
Wkl.Ketua             :     Taufiqurrahman
Sekretaris               :     Mahdalena
Bendahara             :     Alfi Rahmah

Devisi Keanggotaan    :   Gusti Muhammad Yusuf
Devisi Latihan             :   Huriyati Ningsih
Devisi pementasan     :   Muhammad Yusuf
Devisi Pantomim         :   Muhammad Noor

Note: Untuk Periode 2001-2002,disebabkan sebagian  pengurus tidak aktif, ketua di PJS-kan kepada  wakil ketua  Tufiqurrahman, dengan susunan pengurus sama dengan periode 2000-2001
Tahun 2002-2003
Instruktur              :     Muhammad Raihan
                              :     Muhammad Rezani
                              :     Hidayatullah
Ketua                     :     Rahmat Fauzi
Sekretaris               :     Agus Santoso
Bendahara             :     Saidah
Devisi Keanggotaan                           :    Raudatul Hana
Devisi Latihan                                    :    Juliadi Rahman
Devisi Pementasan                             :    Ihsan Muttaqin
Devisi Perlengkapan dan properti      :    Alfi Rahmah

Tahun 2003-2004
Instruktur              :     Muhammad Raihan
                              :     Muhammad Rezani
                              :     Hidayatullah
Ketua                     :     Juliadi rahman
Sekretaris               :     Rabiatul Adawiyah
Bendahara             :     Faridah
Devisi Pelatihan dan Pengembangan Bakat  :  Muhammad Rezani
Devisi Teater                                                 :  Rahmad Fauzi
Devisi Musik                                                 :  Ihsan Muttaqin
Devisi Perlengkapan dan Kesekretariatan     :  Hasan

Tahun 2004-2005
Instruktur                   :      Muhammad Raihan
                                   :      Muhammad Rezani
                                   :      Hidayatullah
Ketua                          :      Agus Santoso
Wkl.Ketua                  :      Yadi Ariyanto
Sekretaris                    :      Rabiatul Adawiyah
Bendahara                  :      Hasan

Devisi Pelatihan                     :     Rahmatullah
Devisi Humas dan Dana        :     Taufiqurrahman
Devisi Perlengkapan              :     Ahyanor Hidayat
Devisi Keanggotaan              :     Alfi Rahmah
Devisi Pementasan                 :     M.Juliadi rahman        
Tahun 2005-2006
Instruktur                   :      Muhammad Raihan
                                   :      Muhammad Rezani
                                   :      Hidayatullah
Ketua                          :      Rabiatul Adawiyah
Sekretaris                    :      Rasyid Rizani
Bendahara                  :      Abdul Gafur

Devisi Pendidikan dan Latihan                 :  Rahmatullah
Devisi Humas dan Dana                           :  Haris Saputra
Devisi Pementasan dan Perlengkapan       :  Fery Ayatillah
Devisi Musik                                             :  M.Rifky Indra Giri




Tahun 2006-2007
Pelindung Organisasi    :   Dekan Fakultas Syariah IAIN Antasari 
Pembina Organisasi      :   PB Dekan III Fakultas Syariah IAIN Antasari
Penasehat                      :   Drs.Darliansyah Hasdi,M.Ag
                                      :   Abdurrahim al-Audah,M.Ag
                                      :   Yasir Arafat,S.Ag.,M.Pd
                                      :   Muhammad Raihan MZ,S.HI
                                      :   Hidayatullah,S.H.I.,S.Pd
                                      :   Muhammad Rezani,S.H.I

Instruktur                      :   Agus Santoso
                                      :   Rahmatullah
                                      :   Hasan
                                      :   Juliadi Rahman
                                      :   Rabiatul Adawiyah
Ketua                            :   Fery Ayatillah
Sekretaris                      :   Rasyid Rezani
Bendahara                    :   Gazali Rahman
Devisi Pendidikan dan Latihan            
Koordinator                                         :   Zahratun Naimah
                                                            :   Normayasari
                                                            :   H.M.Rifa’i
                                                            :   Jamilah
Devisi Pementasan dan Perlengkapan  
Koordinator                                         :   Ahmad Dasuqi
                                                            :   Dewi Yana
                                                            :   Nursia Agustina
                                                            :   M.Fauzi Darwis
                                                            :   Khairiyatun Nisa
Devisi Seni dan Musik                       
Koordinator                                         :   Abdul Gafur
                                                            :   M.Rifky Indra Giri
                                                            :   A.Nafari
                                                            :   Muliana
                                                             

(2) “Yel-Yel” Kereta

NAIK TEATER KERETA
naik teater kereta...(tut..tut..tut)
siapa mau ikut...
ke Bandung Surabaya...
goyang kiri...
goyang kanan...
maju...
mundur...
awas jangan sampai mabok ya..









(3) Mars Teater Kereta
(Karya:M.Raihan,Dasuki,dan Rifky Indra Giri)

Kita semua adalah sama
Yang berbeda hanyalah nama
(hanya sebuah nama)
Dalam suka kita bahagia
Dalam duka kita bersama
(karena kita semua bersaudara)

Teater Kereta...
Tempatnya kita...
Berbagi cerita...penuh cerita
Suka duka kehidupan
Indah dunia kita rasakan
S’lalu dalam kebersamaan
Kereta kita...2x
Teater Kereta...







(3) Gambar /  Lambang Kereta
 





Gambar / Logo Teater kereta









Lambang Teater Kereta




DAFTAR BACAAN

1. Team Haster, Ikhtisar Sastra, 1995
2. Ali Audah (terj.) Dari Khazanah Dunia Islam, 1996.
3. Majalah Kaki Langit, nomor 42 / Juli 2000
4. Muhammad Imaroh, Seni Islami, 2001.
5. Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al-Qashoshi fi al-Qur-an al-Kariem,2002.