bersama dalam bahagia bersatu dalam duka

Rabu, 05 Desember 2012

Sejarah Sanggar Kereta

Sastra dan sejarah memiliki hubungan khusus yang tidak bisa dipisahkan. Sejarah memiliki ketergantungan kuat terhadap sastra. Para ahli sejarah sepakat dengan hal ini, karena dalam tataran realitas, bagi sejarah, sastra adalah “lahan suburuntuk mendeskripsikan peradaban suatu bangsa. Bahkan sebagian ahli sejarah menilai sastra sebagai elemen penting yang ikut mewarnai dan membentuk sejarah itu sendiri. Alasannya, karena faktor fenomena-objektif sejarah suatu bangsa akan dapat diketahui dari karya sastra mereka.

 
         Hal ini logis, sebab sastra adalah medium apresiasi manusia untuk mengungkapkan apa yang terbenak dalam jiwa. Pun dengan sastralah manusia mengungkapkan cita-cita, harapan, keluh-kesahnya. Untuk menggambarkan semua hal tadi sastra menggunakan simbol, isyarat, dan instrumen pengungkapan lain.      
         Berbicara tentang Teater Kereta, tak bisa tidak, harus menyebut dua tokoh yang dengan tangan dingin mereka mampu mencetak kader seni yang militan. Mereka adala Mahmud Zaky Fuad  dan Muhammad Ramli. Merekalah lokomotif Teater Kereta. Tanpa mereka, kereta hanya sebuah pedati yang tak layak dinaiki dan dibanggakan.
       Pada awalnya (1985) hanyalah komunitas seni vokal yang biasa mengisi acara lelang atau warung (safrah) amal. Lambat laun tuntutan masyarakat terutama di daerah terpencil yang “haus’ hiburan tidak bisa tersalurkan. Mereka lebih memilih duduk dan menatap dari kejauhan suguhan lagu-lagu Islami, sebab lagu-lagu tersebut terlalu sering mereka dengar. Baik melalui radio atau televisi. Masyarakat perlu sebuah hiburan baru yang dapat menghilangkan dahaga mereka. Lalu ide pembentukan teater pun muncul.
       Pemberian nama K-E-R-E-T-A, bukan tidak mengandung nilai filosofis di dalamnya. Menurut Mahmud Zaky Fuad (sang pemberi nama) Kereta berarti sebuah alat yang dapat mengangkut apa saja, maksudnya insan di Kereta harus mampu  bermain seni dari aliran manapun. Kereta juga mempunyai komponen pendukung lainnya, seperi; roda, yang berarti kerja sama, rangkaian gerbong, berarti persaudaraan dan kebersamaan yang kuat, masinis, berarti pimpinan/sutradara, cerobong asap,berarti punya ide / inovasi dan rel, yang berarti landasan yang kuat, yang dimaksud disini adalah adanya nilai – nilai Islam saat drama dipentaskan.
       Apa yang ada di dalam sebuah Kereta adalah sebuah sistem. Jika sistem yang ada berjalan sesuai fungsinya, maka kereta akan jalan dengan baik bahkan dapat melaju dengan cepat, sebaliknya jika sistem yang ada tidak berfungsi atau salah satu komponennya “diam”, maka kereta akan kehilangan nuansanya. Di dalam beberapa kesempatan, Mahmud sering menyampaikan, bahwa anggota Teater Kereta mempunyai tanggungjawab mengembangkan teater ini, salah satunya adalah, jika ingin membentuk teater maka harus menggunakan nama Kereta.
       Pada tanggal 15 Oktober 1985 bertempat di ruang Fakuktas Syariah dibentuklah Teater Kereta. Saat itu keberadaannya di bawah Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) pada Bidang Minat dan Bakat. Perlahan tapi pasti, Teater Kereta sering tampil di daerah atau pelosok desa untuk menghibur sambil beramal. Sejak itu, penampilan Teater Kereta selalu di tunggu oleh masyarakat. Ciri khas dari Teater ini adalah menyuguhkan drama dengan “bungkus” komedi. Dan selalu menyelipkan dua hal, yaitu: tontonan dan tuntunan. Tontonan bersifat menghibur, seperti adegan lucu, sedih, gembira, menangis dan tertawa. Sedangkan yang bersifat tuntunan adalah, setiap kejahatan akan dibalas dengan kejahatan dan setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.   
       Booming Teater Kereta sangat terasa sekali ketika memasuki tahun ke-5, yaitu era tahun 90-an. Saat itu Kereta benar-benar menjadi  marcusuar bagi teater lain yang ada di IAIN. Dulu masing-masing fakultas hanya mempunyai satu teater. Fakultas Tarbiyah dengan AT-TA’DIB, Fakultas Dakwah dengan AN-NIDA, Fakultas Syariah dengan KERETA ( saat itu Fakultas Ushuluddin belum mempunyai teater, setelah Mahmud mendapat SK.Penempatan sebagai dosen di Ushuluddin, maka mereka mendirikan teater LEGENDA).
        Berbagai workshop, sarasehan dan bengkel sastra diikuti oleh anggota Teater Kereta, hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman dalam seni. Ada beberapa pelatih yang datang khusus memberi support dan motivasi, mereka antara lain; Adjim Arijadi, Bahtar Suryani, Bachtiar Sanderta, Ajamuddin Tiffani, T.Surya, Agus Suseno, dan Rudi Karno. Kehadiran tokoh-tokoh budaya dan seniman Kalimantan-Selatan ini sedikit tidaknya telah memberi “pahatan” pada diri dan karakter anggota Teater Kereta.
        Ajang lomba dan pentas seni sudah tak terhitung lagi banyaknya diikuti oleh Teater Kereta. Baik yang dilaksanakan di lingkungan IAIN atau pun di luar. Barangkali pengalaman yang paling berkesan adalah dengan dinobatkannya Teater Kereta sebagai juara bertahan tiga kali berturut-turut piala Walikota Madya Banjarmasin dalam Pentas Seni dan Budaya antar Mahasiswa se-Kalimantan Selatan (Tropi berkaca setinggi dua meter tersebut (mungkin) masih ada di kamar Dekan Fakultas Syariah). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar