Sastra dan sejarah memiliki hubungan
khusus yang tidak bisa dipisahkan. Sejarah memiliki ketergantungan kuat
terhadap sastra. Para ahli sejarah sepakat dengan hal ini, karena dalam tataran
realitas, bagi sejarah, sastra adalah “lahan subur “ untuk mendeskripsikan
peradaban suatu bangsa. Bahkan sebagian ahli sejarah menilai sastra sebagai
elemen penting yang ikut mewarnai dan membentuk sejarah itu sendiri. Alasannya,
karena faktor fenomena-objektif sejarah suatu bangsa akan dapat diketahui dari
karya sastra mereka.
Hal ini logis, sebab sastra adalah
medium apresiasi manusia untuk mengungkapkan apa yang terbenak dalam jiwa. Pun
dengan sastralah manusia mengungkapkan cita-cita, harapan, keluh-kesahnya.
Untuk menggambarkan semua hal tadi sastra menggunakan simbol, isyarat, dan
instrumen pengungkapan lain.
Berbicara tentang Teater Kereta, tak bisa tidak, harus
menyebut dua tokoh yang dengan tangan dingin mereka mampu mencetak kader seni
yang militan. Mereka adala Mahmud Zaky Fuad dan Muhammad Ramli. Merekalah lokomotif
Teater Kereta. Tanpa mereka, kereta hanya sebuah pedati yang tak layak dinaiki
dan dibanggakan.
Pada awalnya (1985) hanyalah komunitas
seni vokal yang biasa mengisi acara lelang atau warung (safrah) amal.
Lambat laun tuntutan masyarakat terutama di daerah terpencil yang “haus’
hiburan tidak bisa tersalurkan. Mereka lebih memilih duduk dan menatap dari
kejauhan suguhan lagu-lagu Islami, sebab lagu-lagu tersebut terlalu sering
mereka dengar. Baik melalui radio atau televisi. Masyarakat perlu sebuah
hiburan baru yang dapat menghilangkan dahaga mereka. Lalu ide pembentukan
teater pun muncul.
Pemberian nama K-E-R-E-T-A, bukan
tidak mengandung nilai filosofis di dalamnya. Menurut Mahmud Zaky Fuad (sang
pemberi nama) Kereta berarti sebuah alat yang dapat mengangkut apa saja,
maksudnya insan di Kereta harus mampu
bermain seni dari aliran manapun. Kereta juga mempunyai komponen
pendukung lainnya, seperi; roda, yang berarti kerja sama, rangkaian
gerbong, berarti persaudaraan dan kebersamaan yang kuat, masinis,
berarti pimpinan/sutradara, cerobong asap,berarti punya ide / inovasi
dan rel, yang berarti landasan yang kuat, yang dimaksud disini adalah
adanya nilai – nilai Islam saat drama dipentaskan.
Apa yang ada di dalam sebuah Kereta
adalah sebuah sistem. Jika sistem yang ada berjalan sesuai fungsinya, maka
kereta akan jalan dengan baik bahkan dapat melaju dengan cepat, sebaliknya jika
sistem yang ada tidak berfungsi atau salah satu komponennya “diam”, maka kereta
akan kehilangan nuansanya. Di dalam beberapa kesempatan, Mahmud sering
menyampaikan, bahwa anggota Teater Kereta mempunyai tanggungjawab mengembangkan
teater ini, salah satunya adalah, jika ingin membentuk teater maka harus
menggunakan nama Kereta.
Pada tanggal 15 Oktober 1985 bertempat di
ruang Fakuktas Syariah dibentuklah Teater Kereta. Saat itu keberadaannya di
bawah Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) pada Bidang Minat dan Bakat. Perlahan tapi
pasti, Teater Kereta sering tampil di daerah atau pelosok desa untuk menghibur
sambil beramal. Sejak itu, penampilan Teater Kereta selalu di tunggu oleh
masyarakat. Ciri khas dari Teater ini adalah menyuguhkan drama dengan “bungkus”
komedi. Dan selalu menyelipkan dua hal, yaitu: tontonan dan tuntunan.
Tontonan bersifat menghibur, seperti adegan lucu, sedih, gembira, menangis
dan tertawa. Sedangkan yang bersifat tuntunan adalah, setiap kejahatan akan
dibalas dengan kejahatan dan setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan
pula.
Booming Teater Kereta sangat terasa
sekali ketika memasuki tahun ke-5, yaitu era tahun 90-an. Saat itu Kereta
benar-benar menjadi marcusuar
bagi teater lain yang ada di IAIN. Dulu masing-masing fakultas hanya mempunyai
satu teater. Fakultas Tarbiyah dengan AT-TA’DIB, Fakultas Dakwah dengan
AN-NIDA, Fakultas Syariah dengan KERETA ( saat itu Fakultas Ushuluddin belum
mempunyai teater, setelah Mahmud mendapat SK.Penempatan sebagai dosen di
Ushuluddin, maka mereka mendirikan teater LEGENDA).
Berbagai
workshop, sarasehan dan bengkel sastra diikuti oleh anggota Teater Kereta, hal
ini dimaksudkan untuk menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman dalam seni. Ada
beberapa pelatih yang datang khusus memberi support dan motivasi, mereka antara
lain; Adjim Arijadi, Bahtar Suryani, Bachtiar Sanderta, Ajamuddin Tiffani,
T.Surya, Agus Suseno, dan Rudi Karno. Kehadiran tokoh-tokoh budaya dan seniman
Kalimantan-Selatan ini sedikit tidaknya telah memberi “pahatan” pada diri dan
karakter anggota Teater Kereta.
Ajang lomba dan pentas seni sudah tak
terhitung lagi banyaknya diikuti oleh Teater Kereta. Baik yang dilaksanakan di
lingkungan IAIN atau pun di luar. Barangkali pengalaman yang paling berkesan
adalah dengan dinobatkannya Teater Kereta sebagai juara bertahan tiga kali
berturut-turut piala Walikota Madya Banjarmasin dalam Pentas Seni dan Budaya
antar Mahasiswa se-Kalimantan Selatan (Tropi berkaca setinggi dua meter
tersebut (mungkin) masih ada di kamar Dekan Fakultas Syariah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar