bersama dalam bahagia bersatu dalam duka

Rabu, 05 Juni 2013

KONSEP PENYUTRADARAAN

 
1.     Konsep Ide
            Intimidasi adalah sebuah film tentang pelanggaran HAM     .
“Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : pembunuhan; pemusnahan; perbudakan; pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional; penyiksaan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasaan seksual lain yang setara; penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah di,akui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; penghilangan orang secara paksa; atau kejahatan apartheid;“
Bentuk pelanggaran HAM yang ada pada film ini adalah bentuk pemberantasan kejahatan oleh aparat keamanan dengan cara membunuh atau menembak korban yaitu preman , gali , bromocorah , dan sejenisnya yang kesemuanya adalah penduduk sipil dan korban tidak diberikan hak kesempatan untuk mendapatkan proses peradilan terlebih dahulu.

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.”

Intimidasi memilih tema pelanggaran HAM sesuai dengan arti dari judul tersebut yaitu penekanan disertai ancaman. Penjabaran dari arti judul tersebut apabila dihubungkan dengan cerita adalah penekanan terhadap preman dan orang-orang bertato di tahun 1981 – 1985 dimana mereka mendapatkan ancaman berupa pembunuhan (eksekusi penembakan) oleh aparat tanpa adanya proses peradilan hukum terlebih dahulu karena mereka dianggap merugikan Negara dan meresahkan warga masyarakat.
Satu ide ini yang kemudian menjadi dasar pembentukan struktur naratif dan konsep style film ini. Mengarah hanya pada satu hal: pelanggaran HAM.
2. Konsep Form
Film ini akan disajikan dengan genre Crime Thriler, karena mengetengahkan kasus kriminal yang disajikan dengan nuansa action.[3] Pesan yang ingin disampaikan dalam film Intimidasi adalah bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, dapat disampaikan secara efektif dengan ditunjukkannya beberapa proses eksekusi penembakan terhadap para korban (preman , gali , bromocorah , penjahat , dll) tanpa adanya peradilan terlebih dahulu. Pesan ini kemudian diterapkan dalam sebuah tema film secara utuh yaitu tentang Robert (protagonist),seorang preman bertato pasar senen yang menjadi korban intimidasi dari para penembak misterius, dan ia mencoba untuk bertahan di hutan dengan mengajak teman-temannya yang juga seorang preman bertato agar tidak menjadi korban karena mereka merasa terancam akan mati, namun pada akhirnya Robert beserta teman-teman nya ikut mati akibat eksekusi penembakan tersebut. Di Awal cerita akan ditunjukkan beberapa eksekusi penembakan secara sadis kepada para preman yang juga bertato.
Pesan ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk stuktur naratif, karakter-karakter, konsep ruang dan konsep waktu yang spesifik.

2.1 Struktur Naratif
Struktur naratif Intimidasi dibuat berdasarkan proses penekanan dan ancaman yang terjadi terhadap para preman dan orang – orang bertato yang dianggap penjahat. Di tahap awal atau tahap penekanan dibuka oleh kekejaman hasil eksekusi penembakan terhadap para korbannya disertai dengan beberapa artikel yang menunjukkan telah terjadi peristiwa berdarah yang merenggut nyawa para penjahat di Indonesia tahun 1981 – 1982 berfungsi untuk memperkenalkan kepada penonton bahwa dahulu di Indonesia telah terjadi penembakan secara misterius  terhadap para preman , gali , dan bromocorah,dll. Khusunya mereka yang bertato demi alasan keamanan di Indonesia. Tahap kedua adalah tahap dimana Robert merasa diguncang mental untuk pertama kalinya saat salah satu teman premannya menjadi korban penembakan yang mayatnya di buang di pasar tempat sebagai mana biasanya mereka menjadi preman, berfungsi untuk menunjukan pembelokan opening cerita ke sebuah masalah. Tahap ketiga adalah ancaman, yaitu saat diamana Robert dan kedua teman premannya melarikan diri di hutan untuk berlindung dan mempertahankan diri namun tetap saja mereka tidak bisa lolos dari kejaran para penembak misterius.
Struktur ini sangat sesuai dengan Struktur Hollywood Klasik,dimana disitu ada Opening , Middle , dan Ending.
            2.2 Karakter
Kedudukan pelaku dalam cerita adalah yang terpenting. Karena tentang tokoh utama dan para tokoh pendukunglah sebuah cerita dituturkan. Cerita adalah kisah perjuangan protagonist dalam menyingkirkan problema utama dan mencapai suatu tujuan.
Robert (40) adalah tokoh central pada film ini, dia adalah seorang preman pasar senen yang baik hati dan penyanyang. Ia adalah seorang keturunan jawa yang lama tinggal di Jakarta akibat orang tuanya meninggal. Hal itu lah yang membuat Robert berjiwa keras sebagai preman agar tetap hidup. Robert mempunyai Istri bernama Suci (30) yang sangat ia sayangi. Robert adalah tipe seorang suami yang ramah dan sabar terhadap istri. Meskipun ia dikenal sebagai preman di pasar, namun di kampunya Robert dikenal sebagai sosok yang ringan tangan dan suka membantu warganya yang sedang kesusahan meskipun dengan uang hasil jatah preman nya di pasar. Di film ini Robert merasakan tekanan batin akibat ia adalah salah satu korban yang di incar oleh para penembak misterius dikarenakan ia adalah seorang preman dan bertato tengkorak, tato tengkorak menandakan ia adalah seorang kepala para preman atau penjahat daerah wilayah kekuasaanya. Maka dari itu ia memutuskan untuk bersembunyi bersama kedua temannya yang preman setelah mengetahui istrinya ikut terbunuh karena melawan penembak misterius. Ia mencoba bertahan dari kejaran petrus di hutan.
Suci (30) adalah tokoh romance pada film ini. Dia adalah istri Robert yang penyanyang dan penyabar. Ia adalah tokoh satu-satunya yang dicintai oleh Robert. Suci diharapkan dapat melahirkan anak pertamanya yang tidak lama lagi akan lahir ke dunia. Dalam keadaan akan melahrkan, Suci ditinggal oleh Robert saat Robert berusaha menyelamatkan diri ketika di sergap oleh para penembak misterius. Hal itu sangat membuat Robert merasa terpukul.
Jhon (37) dan Bram (40) adalah rekan Robert yang juga sesama preman di pasar senen termasuk salah satu dari incaran para penembak misterius. Jhon dan Bram adalah tokoh pembentuk karakter tokoh utama film ini. Disini mereka juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak berdaya menghadapi kejaran para penembak misterius sampai akhirnya mereka pun mati tertembak di hutan.
            2.3 Konsep Ruang dan Waktu
Ruang pada Intimidasi adalah ruang dalam kehidupan sehari-hari seperti Rumah , Lingkungan sekitar rumah , Pasar , Hutan , Sungai. Ruang tersebut memiliki kontribusi untuk memperkuat proses ketika Robert yang tadi nya merasa aman dan nyaman di rumah, menjadi merasa terancam setelah ia mengetahui temannya terbunuh di pasar sehingga ia harus berlindung di hutan bersama kedua temannya.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
3. Konsep Style
Untuk menyampaikan pesan bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, maka pendekatan gaya yang dipilih Intimidasi adalah pendekatan dengan kehidupan sehari-hari. Seorang korban intimidasi dari para penembak misterius pasti akan mengalami sebuah rasa takut dan gelisah yang teramat dalam, namun ia masih punya sisi optimis untuk mepertahankan hidupnya. Rasa tersebut akan diwakilkan oleh mood pada film ini yang tentunya akan ditunjang oleh look  film. Gaya keseharian akan ditampilkan melalui look film secara natural , sederhana , dan tidak dilebih lebihkan. Sedangkan warna film ini akan mengarah pada warna keseharian yaitu warna dasar putih , hitam ,dan yang cenderung menimbulkan kesan hangat seperti coklat kekuningan. Sedangkan mood yang dibentuk adalah mood yang disesuaikan dengan kondisi psikologis tokoh utama, mengingat bahwa ketakutan adalah proses pribadi dan personal yang berada secara internal di dalam psikologis seseorang. Saat Robert merasa takut maka mood dari gaya film ini juga akan takut ditunjang look yang suram. Saat Robert menjadi penyanyang, maka mood film ini pun demikian. Dan demikian seterusnya mood gaya akan mengikuti mood Robert, tercakup di dalamnya, Sinematografi, Mise En Scene, Editing dan Suara. 

            3.1 Konsep Sinematografi
Film Intimidasi memilih format HDV (High Definition Video) untuk mewujudkan visualnya. HDV dipilih karena bisa mencapai karakteristik gambar yang lebih terkesan sehari-hari dan sederhana dengan kualitas gambar yang bagus karena sudah dipakai dalam standar bioskop digital.
Teknis kamera yang menonjol pada film ini adalah penempatan dan pergerakkan kamera yang menjadi pembentukkan point of view dari tokoh utama yaitu Robert. Penempatan kamera difungsikan untuk membentuk rasa yang dirasakan oleh Robert terhadap penonton meskipun tidak dengan satu frame ekspresi wajah Robert, melainkan dengan memainkan komposisi dan framing tertentu yang akan menunjukkan apa yang akan dirasakan oleh Robert.
a. Mood and Look
Mood yang ingin ditampilkan pada film ini adalah mood yang dirasakan oleh Robert di sepanjang film. Mood yang lebih dominan muncul adalah mood ketakutan yang dirasakan oleh Robert. Ketakutan yang dialami karena ia merasa terintimidasi oleh penembak misterius saat dirumah hingga ia harus melarikan diri ke hutan untuk bersembunyi. Ketakutan disini juga dibalut dengan mood kesedihan di saat Robert menyesalkan atas kematian istrinya saat ia berlindung di balik batu besar di seungai sambil menahan sakit akibat luka tembakan.
Look yang ingin ditampilkan pada film ini adalah karakter-karakter gambar dengan warna yang suram, mengingat Robert adalah tokoh yang merasa dirinya terintimidasi. Warna yang muncul adalah coklat kekuningan saat di rumah dan di pasar. Serta warna jingga sebagai khiasan cahaya matahari daerah yang tropis dengan saturuasi yang diturunkan berguna untuk membuat karakter warna yang suram dan mencekam ketika di hutan.
Menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss, ”Warna cokelat mewakili rasa aman, dan kepercayaan juga memberikan rasa hangat dan nyaman. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena memberikan efek aman dan kuat juga sifatnya yang membumi”.
Robert masih memiliki semangat untuk hidup dengan membawa teman-teman nya untuk bersembunyi dan berlindung di hutan. Meskipun ia tertembak di hutan dia terus bertahan dengan berlindung di balik pepohonan dan batu yang besar.
b. Komposisi
Komposisi yang ingin ditampilkan adalah sebuah komposisi yang menunjang mood yang dirasakan oleh protagonis. Komposisi adalah salah satu media penyampaian pesan dari cerita Intimidasi ini, yaitu korban mengalami ketertekanan dan merasa takut karena diancam. Maka komposisi yang ingin di capai adalah tokoh berada seolah-olah terhimpit oleh ruang gerak atau benda yang tampak pada frame, meskipun benda tersebut hanyalah background atau foreground. Tokoh akan berada seolah-olah terpojok ketika posisi tokoh diletakkan di sisi kiri atau kanan frame. Tidak menutup pula untuk memakai komposisi tidak seimbang karena ditunjang oleh teknis kamera hand held. Kesemua hal tersebut semata-mata ditujukan untuk mendukung mood korban yang mengalami ketakutan.
c. Konsep lighting
Lighting sangat penting dalam film yang tujuannya tidak lepas sebagai penunjang mood dan look film. Dalam film ini memakai konsep lighting yang natural. Natural disini yang dimaksud adalah cahaya matahari dibuat berdasarkan set lampu yang dibuat berdasarkan arah matahari yang sebenarnya untuk scene interior namun tidak terkesan lighting planes. Sedangkan untuk scene eksterior lighting yang digunakan adalah available, tanpa bantuan sinar dari lampu, hanya memakai sinar yang datang dari arah matahari. Digunakan agar gambar terkesan mentah dan terkesan sehari-hari.[6]
d. Type Of Shot
Type Of Shot yang dominan dipakai adalah Full Shot yang berfungsi untuk memperlihatkan lokasi dimana Robert berada,serta untuk kebutuhan komposisi yaitu Robert berada di tengah hutan yang sangat luas dengan pepohonan yang tinggi. Medium Shot digunakan pada saat Robert melakukan beberapa aktifitasnya misal saat membasuh muka di sungai,sedang menyandarkan dirinya ke batu. Serta Close Up dipakai pada saat pedetailan luka akibat tembakan, serta untuk memperjelas informasi benda yang dipegang Robert lebih untuk kebutuhan dramatik seperti ketika Robert mengeluarkan topi bayi dan di genggam di tangannya.
e. Angle
Penempatan angle di fungsikan untuk mewakili psikologis tokoh dalam film ini. Seperti contoh ketika ia berlari memasuki hutan maka angle yang dipakai adalah high angle, menandakan ia tidak berdaya sebagai seorang preman ketika berada di hutan yang liar. Ketika Petrus akan menembak, maka angle yang dipakai adalah low angle, untuk menunjukkan bahwa Petrus adalah pembunuh yang ditakuti. Dan angle juga digunakan untuk memperlihatkan lokasi yang tetap ditujukan untuk menunjang mood dan look film.
f. Stagging Camera
Robert mengalami ketakutan dan kegelisahan maka stagging kamera pada film ini dominan adalah bergerak mengukuti tokoh, difungsikan untuk menunjukkan bahwa dia selalu diikuti oleh penembak misterius. Teknis pengambilannya akan menggunakan steady cam agar tidak terlalu shacking saat pengambilan gambar ketika berlari. Tidak dipungkiri kamera moving menggunakan track yaitu berfungsi untuk menunukkan geografis alam melalui foreground struktur bentuk alam sesuai setting, misal batu kali, pohon pinus, rumput hijau, dan sebagainya. Kamera still akan terpakai ketika adegan berada di rumah, karena pada saat itu mood yang dirasakan masih tenang. Tidak dipungkiri untuk menggabungkan kesemuanya di dalam sabuah scene.
g. Aspect ratio
Intimidasi memilih aspect ratio 16:9 karena film ini akan banyak memakai wide shot, yang berfungsi untuk memperlihatkan setting lokasi hutan, sungai. Yang kesemuanya akan membentuk kesan kesendirian dari Robert ketika dalam frame wide shot.
3.2 Konsep Mise En Scene
Mise En Scene dalam film ini ditujukan untuk membangun karateristik karakter tiap tokohnya. Mise En Scene harus bisa menampilkan secara eksternal kakateristik tokoh yang bersifat internal. Sehingga bisa menggambarkan secara utuh siapa tokohnya, background keluarganya, pekerjaannya, serta apa yang dilakukannya selama film berjalan.
            a. Setting (Ruang dan Waktu)
Ruang dalam film ini adalah ruang yang kita temui dalam kehidupan sehari hari. Rumah Robert adalah rumah dimana dia dan istrinya membina rumah tangga sampai mereka akan dikarunia seorang anak. Tipe rumah tersebut golongan ke bawah, karena tidak tampak perabotan yang bernilai mewah, bertujuan untuk memperkuat karakter Robert sehingga alasan faktor ekonomi tersebut dia menjadi seorang preman. Pasar adalah tempat masyarakat berbelanja, namun pada film ini pasar diceritakan sebagai tempat mangkal Robert dengan pekerjaannya sebagai preman pasar tersebut. Hutan dan sungai adalah sebuah tempat dimana Robert beranggapan bahwa tempat itu adalah tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran para penembak misterius.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
 
            b. Kostum
Kostum atau wardrobe berfungsi untuk membentuk dan menonjolkan karakter. Setiap karakter memiliki keunikan dari ciri khas fashion nya masing-masing. Pada zaman itu para preman khususnya yang bertato termasuk seniman bertato sangat takut akibat shock teraphy yang dilakukan para penembak misterius karena yang menjadi korban adalah kebanyakan orang-orang yang bertato. Sehingga banyak dari mereka yang menyetrika atau menyiram dengan air keras bagian tubuh mereka yang bertato agar mereka terhindar dari penembak misterius. Ada pula yang mencoba berpenampilan rapi seperi masyarakat pada umumnya agar tidak terkesan seperti penjahat.
Dalam film ini Robert memakai kostum yang rapi agar dia tersamar jati dirinya sebagai seorang preman. Robert digambarakan dengan berpakaian kemeja lengan panjang untuk menutupi tato di lenganya, serta celana jins panjang, dan juga sepatu warna hitam.
Suci memakai kostum daster terusan dengan jaket tipis untuk mejaga kehangatan tubuhnya di saat hamil.
Jhon dan Bram memakai pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Robert yaitu memakai jaket kulit atau jeans dengan celana jeans atau berbahan kain.
Untuk tokoh penembak misterius akan digambarkan memakai kostum serba gelap. Memakai jaket hitam atau coklat dengan celana jeans hitam dena bersepatu hitam atau coklat.
            c. Make Up
Make up difungsikan juga untuk menonjolkan keunikan dari tiap karakternya. Film ini memilih konsep realis sehingga pada pendekatannya setiap tokoh akan di make up secara natural dan tidak dilebih-lebihkan.
Robert adalah seorang preman pasar namun dia adalah sosok kepala rumah tangga yang baik hati serta ramah terhadap penduduk. Maka di film ini Robert akan tampil dengan make up yang rapi dan sopan saat berada di rumah. Namun ketika ia di pasar dan ketika ia dikejar di hutan, maka wujudnya sebagai preman yang garang dan gesit akan tampak dengan make up yang lusuh dan tidak beraturan. Pada saat di hutan Robert akan bermuka kotor, penuh keringat dan kotoran dari tanah yang akan menempel di wajahnya.
Suci adalah sosok istri yang penyanyang, maka dalam film ini Suci akan ditampilkan dengan make up natural yang rapi, namun akan diberi kesan pucat karena dia sedang hamil 35 minggu. Pada saat adegan air ketubannya pecah, wajah Suci akan dipenuhi keringat dan dibikin lebih pucat karena ia tidak kuat menahan sakit dari perutnya.
Jhon adalah teman robert sesama preman, pada wajah Jhon akan diberi special effect make up berupa bekas goresan pisau, agar terkesan dia peranh berkelahi dengan seseorang dan terkesan garang. Bram juga teman Robert yang juga preman. Bram akan ditampilkan dengan make up natural seperti Robert.
            d. Figure Expression dan Movement (acting)
Acting pada film ini akan diarahkan kepada bentuk yang sangat alami sesuai dengan karakter pada tiap tokohnya. Metode yang akan dipakai adalah memberi pengarahan dan menjelaskan tiap karakter serta sebab dan akibat dari ceritanya lalu membiarkan para pemain untuk menginterpretasikan skenario setelah mereka membacanya, namun ketika mereka melebihi dari karakter yang ada di skenario akan dibatasi ruang geraknya.
II.3.3 Konsep Editing
Berdasarkan konsep untuk menunjukkan proses merasa tertekan dan tercancam oleh penembak misterius yang dirasakan oleh Robert berlangsung dan berlanjut serta bergerak maju maka struktur editing yang dipakai adalah Continuity Editing. Dengan harapan penonton akan dapat merasakan proses identifikasi terhadap protagonist.
Ritme editing yang akan muncul pada film adalah Dinamis. Dinamis disini bukan berarti bergerak cepat. Dalam hal ini Ritme dibawa oleh mood yang dirasakan Robert ketika dia terancam maka dia harus bergerak cepat untuk menyelamatkan diri. Ritme akan berganti-ganti sesuai dengan apa yang dirasakan oleh Robert. Ritme editing berganti cepat ketika Robert merasa ada yang mengejar di hutan atau ketika dia merasa terancam yang nantinya akan di aplikasikan melalui Dynamic Cutting.
Gaya editing yang akan dipakai adalah Classical Cutting ,Penyambungan kepada tipe shot lebih padat berfungsi menekankan suatu informasi atau dramatik tertentu yang penting ditangkap oleh penonton.
Secara keseluruhan editing dalam Intimidasi digunakan untuk merefleksikan dramatic mood yang dirasakan oleh protagonist film ini.
II.3.4 Konsep Suara
Konsep suara pada film Intimidasi secara keseluruhan akan menampilakn suara yang berkesan seperti suara dalam keseharian karena film ini mengambil konsep realis dan tidak di lebih-lebihkan. Yang dimaksud dengan realis disini yaitu konsep suara ini adalah bersifat Realita atau kenyataan, suara disini sangatlah mengutamakan dimensi suara yaitu Fidelity yang berarti ketepatan suara terhadap sumbernya.
            Film ini mempunyai 3 aspek suara yaitu:
a. Speech.
Dialog pada film ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang digunakan untuk menyampaikan informasi pada alur cerita, dan juga untuk menunjang mood yang dirasakan protagonist,dan juga sebagai pembentuk karakter tiap tokoh yang muncul pada plot.
b. Music.
Dalam film ini music digunakan untuk menunjang mood yang dirasakan oleh protagonist, misalkan pada adegan dia berlari di hutan, maka music yang akan dipakai adalah music bertempo cepat agar mendukung ketegangan yang dialami oleh protagonist,begitu pula saat protagonist bersedih makan akan diberi musik dengan sentuhan ritme yang mellow.
c. Effect.
Efek suara dalam film ini merupakan unsur suara selain dialog dan music. Efek suara dihasilkan dari suatu benda atau seseorang yang dapat menghasilkan sebuah suara. Dalam film ini akan di dominasi oleh efek suara yang realis dan fungsional. Misalkan pada saat terjadi tembakan yang mengenai pohon atau batu pada kali, maka efek suara yang akan dimunculkan adalah suara benturan atau ledakan peluru akibat gesekan dari batu atau kayu sesuai dengan arah datangnya tembakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar