1. Konsep Ide
Intimidasi adalah sebuah film tentang pelanggaran HAM .
“Kejahatan
terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah
salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa : pembunuhan;
pemusnahan; perbudakan; pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional; penyiksaan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa, pemaksaan kehamilan,pemandulan atau sterilisasi secara
paksa atau bentuk-bentuk kekerasaan seksual lain yang setara;
penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah di,akui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; penghilangan
orang secara paksa; atau kejahatan apartheid;“
Bentuk
pelanggaran HAM yang ada pada film ini adalah bentuk pemberantasan
kejahatan oleh aparat keamanan dengan cara membunuh atau menembak korban
yaitu preman , gali , bromocorah , dan sejenisnya yang kesemuanya
adalah penduduk sipil dan korban tidak diberikan hak kesempatan untuk
mendapatkan proses peradilan terlebih dahulu.
“Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.”
Intimidasi
memilih tema pelanggaran HAM sesuai dengan arti dari judul tersebut
yaitu penekanan disertai ancaman. Penjabaran dari arti judul tersebut
apabila dihubungkan dengan cerita adalah penekanan terhadap preman dan
orang-orang bertato di tahun 1981 – 1985 dimana mereka mendapatkan
ancaman berupa pembunuhan (eksekusi penembakan) oleh aparat tanpa adanya
proses peradilan hukum terlebih dahulu karena mereka dianggap merugikan
Negara dan meresahkan warga masyarakat.
Satu ide ini yang kemudian menjadi dasar pembentukan struktur naratif dan konsep style film ini. Mengarah hanya pada satu hal: pelanggaran HAM.
2. Konsep Form
Film ini akan disajikan dengan genre Crime Thriler, karena mengetengahkan kasus kriminal yang disajikan dengan nuansa action.[3] Pesan
yang ingin disampaikan dalam film Intimidasi adalah bahwa memberantas
kejahatan dengan kejahatan itu adalah melanggar HAM, dapat disampaikan
secara efektif dengan ditunjukkannya beberapa proses eksekusi penembakan
terhadap para korban (preman , gali , bromocorah , penjahat , dll)
tanpa adanya peradilan terlebih dahulu. Pesan ini kemudian diterapkan
dalam sebuah tema film secara utuh yaitu tentang Robert
(protagonist),seorang preman bertato pasar senen yang menjadi korban
intimidasi dari para penembak misterius, dan ia mencoba untuk bertahan
di hutan dengan mengajak teman-temannya yang juga seorang preman bertato
agar tidak menjadi korban karena mereka merasa terancam akan mati,
namun pada akhirnya Robert beserta teman-teman nya ikut mati akibat
eksekusi penembakan tersebut. Di Awal cerita akan ditunjukkan beberapa
eksekusi penembakan secara sadis kepada para preman yang juga bertato.
Pesan
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk stuktur naratif,
karakter-karakter, konsep ruang dan konsep waktu yang spesifik.
2.1 Struktur Naratif
Struktur
naratif Intimidasi dibuat berdasarkan proses penekanan dan ancaman yang
terjadi terhadap para preman dan orang – orang bertato yang dianggap
penjahat. Di tahap awal atau tahap penekanan dibuka oleh kekejaman hasil
eksekusi penembakan terhadap para korbannya disertai dengan beberapa
artikel yang menunjukkan telah terjadi peristiwa berdarah yang merenggut
nyawa para penjahat di Indonesia tahun 1981 – 1982 berfungsi untuk
memperkenalkan kepada penonton bahwa dahulu di Indonesia telah terjadi
penembakan secara misterius terhadap
para preman , gali , dan bromocorah,dll. Khusunya mereka yang bertato
demi alasan keamanan di Indonesia. Tahap kedua adalah tahap dimana
Robert merasa diguncang mental untuk pertama kalinya saat salah satu
teman premannya menjadi korban penembakan yang mayatnya di buang di
pasar tempat sebagai mana biasanya mereka menjadi preman, berfungsi
untuk menunjukan pembelokan opening cerita ke sebuah masalah. Tahap
ketiga adalah ancaman, yaitu saat diamana Robert dan kedua teman
premannya melarikan diri di hutan untuk berlindung dan mempertahankan
diri namun tetap saja mereka tidak bisa lolos dari kejaran para penembak
misterius.
Struktur ini sangat sesuai dengan Struktur Hollywood Klasik,dimana disitu ada Opening , Middle , dan Ending.
2.2 Karakter
Kedudukan
pelaku dalam cerita adalah yang terpenting. Karena tentang tokoh utama
dan para tokoh pendukunglah sebuah cerita dituturkan. Cerita adalah
kisah perjuangan protagonist dalam menyingkirkan problema utama dan
mencapai suatu tujuan.
Robert
(40) adalah tokoh central pada film ini, dia adalah seorang preman
pasar senen yang baik hati dan penyanyang. Ia adalah seorang keturunan
jawa yang lama tinggal di Jakarta akibat orang tuanya meninggal. Hal itu
lah yang membuat Robert berjiwa keras sebagai preman agar tetap hidup.
Robert mempunyai Istri bernama Suci (30) yang sangat ia sayangi. Robert adalah tipe seorang suami yang ramah dan sabar terhadap istri. Meskipun ia dikenal sebagai
preman di pasar, namun di kampunya Robert dikenal sebagai sosok yang
ringan tangan dan suka membantu warganya yang sedang kesusahan meskipun
dengan uang hasil jatah preman nya di pasar. Di film ini Robert
merasakan tekanan batin akibat ia adalah salah satu korban yang di incar
oleh para penembak misterius dikarenakan ia adalah seorang preman dan
bertato tengkorak, tato tengkorak menandakan ia adalah seorang kepala
para preman atau penjahat daerah wilayah kekuasaanya. Maka dari itu ia
memutuskan untuk bersembunyi bersama kedua temannya yang preman setelah
mengetahui istrinya ikut terbunuh karena melawan penembak misterius. Ia
mencoba bertahan dari kejaran petrus di hutan.
Suci
(30) adalah tokoh romance pada film ini. Dia adalah istri Robert yang
penyanyang dan penyabar. Ia adalah tokoh satu-satunya yang dicintai oleh
Robert. Suci diharapkan dapat melahirkan anak pertamanya yang tidak
lama lagi akan lahir ke dunia. Dalam keadaan akan melahrkan, Suci
ditinggal oleh Robert saat Robert berusaha menyelamatkan diri ketika di
sergap oleh para penembak misterius. Hal itu sangat membuat Robert
merasa terpukul.
Jhon
(37) dan Bram (40) adalah rekan Robert yang juga sesama preman di pasar
senen termasuk salah satu dari incaran para penembak misterius. Jhon
dan Bram adalah tokoh pembentuk karakter tokoh utama film ini. Disini
mereka juga digambarkan
sebagai tokoh yang tidak berdaya menghadapi kejaran para penembak
misterius sampai akhirnya mereka pun mati tertembak di hutan.
2.3 Konsep Ruang dan Waktu
Ruang
pada Intimidasi adalah ruang dalam kehidupan sehari-hari seperti Rumah ,
Lingkungan sekitar rumah , Pasar , Hutan , Sungai. Ruang tersebut
memiliki kontribusi untuk memperkuat proses ketika Robert yang tadi nya
merasa aman dan nyaman di rumah, menjadi merasa terancam setelah ia
mengetahui temannya terbunuh di pasar sehingga ia harus berlindung di
hutan bersama kedua temannya.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
3. Konsep Style
Untuk
menyampaikan pesan bahwa memberantas kejahatan dengan kejahatan itu
adalah melanggar HAM, maka pendekatan gaya yang dipilih Intimidasi
adalah pendekatan dengan kehidupan sehari-hari. Seorang korban
intimidasi dari para penembak misterius pasti akan mengalami sebuah rasa
takut dan gelisah yang teramat dalam, namun ia masih punya sisi optimis
untuk mepertahankan hidupnya. Rasa tersebut akan diwakilkan oleh mood pada film ini yang tentunya akan ditunjang oleh look film. Gaya keseharian akan ditampilkan melalui look film
secara natural , sederhana , dan tidak dilebih lebihkan. Sedangkan
warna film ini akan mengarah pada warna keseharian yaitu warna dasar
putih , hitam ,dan yang cenderung menimbulkan kesan hangat seperti
coklat kekuningan. Sedangkan mood yang dibentuk adalah mood
yang disesuaikan dengan kondisi psikologis tokoh utama, mengingat bahwa
ketakutan adalah proses pribadi dan personal yang berada secara
internal di dalam psikologis seseorang. Saat Robert merasa takut maka mood dari gaya film ini juga akan takut ditunjang look yang suram. Saat Robert menjadi penyanyang, maka mood film ini pun demikian. Dan demikian seterusnya mood gaya akan mengikuti mood Robert, tercakup di dalamnya, Sinematografi, Mise En Scene, Editing dan Suara.
3.1 Konsep Sinematografi
Film Intimidasi memilih format HDV (High Definition
Video) untuk mewujudkan visualnya. HDV dipilih karena bisa mencapai
karakteristik gambar yang lebih terkesan sehari-hari dan sederhana
dengan kualitas gambar yang bagus karena sudah dipakai dalam standar
bioskop digital.
Teknis
kamera yang menonjol pada film ini adalah penempatan dan pergerakkan
kamera yang menjadi pembentukkan point of view dari tokoh utama yaitu
Robert. Penempatan kamera difungsikan untuk membentuk rasa yang
dirasakan oleh Robert terhadap penonton meskipun tidak dengan satu frame
ekspresi wajah Robert, melainkan dengan memainkan komposisi dan framing
tertentu yang akan menunjukkan apa yang akan dirasakan oleh Robert.
a. Mood and Look
Mood
yang ingin ditampilkan pada film ini adalah mood yang dirasakan oleh
Robert di sepanjang film. Mood yang lebih dominan muncul adalah mood
ketakutan yang dirasakan oleh Robert. Ketakutan yang dialami karena ia
merasa terintimidasi oleh penembak misterius saat dirumah hingga ia
harus melarikan diri ke hutan untuk bersembunyi. Ketakutan disini juga
dibalut dengan mood kesedihan di saat Robert menyesalkan atas kematian
istrinya saat ia berlindung di balik batu besar di seungai sambil
menahan sakit akibat luka tembakan.
Look
yang ingin ditampilkan pada film ini adalah karakter-karakter gambar
dengan warna yang suram, mengingat Robert adalah tokoh yang merasa
dirinya terintimidasi. Warna yang muncul adalah coklat kekuningan saat
di rumah dan di pasar. Serta warna jingga sebagai khiasan cahaya
matahari daerah yang tropis dengan saturuasi yang diturunkan berguna
untuk membuat karakter warna yang suram dan mencekam ketika di hutan.
Menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss,
”Warna cokelat mewakili rasa aman, dan kepercayaan juga memberikan rasa
hangat dan nyaman. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena
memberikan efek aman dan kuat juga sifatnya yang membumi”.
Robert
masih memiliki semangat untuk hidup dengan membawa teman-teman nya
untuk bersembunyi dan berlindung di hutan. Meskipun ia tertembak di
hutan dia terus bertahan dengan berlindung di balik pepohonan dan batu
yang besar.
b. Komposisi
Komposisi
yang ingin ditampilkan adalah sebuah komposisi yang menunjang mood yang
dirasakan oleh protagonis. Komposisi adalah salah satu media
penyampaian pesan dari cerita Intimidasi ini, yaitu korban mengalami
ketertekanan dan merasa takut karena diancam. Maka komposisi yang ingin
di capai adalah tokoh berada seolah-olah terhimpit oleh ruang gerak atau
benda yang tampak pada frame, meskipun benda tersebut hanyalah
background
atau foreground. Tokoh akan berada seolah-olah terpojok ketika posisi
tokoh diletakkan di sisi kiri atau kanan frame. Tidak menutup pula untuk
memakai komposisi tidak seimbang karena ditunjang oleh teknis kamera
hand held. Kesemua hal tersebut semata-mata ditujukan untuk mendukung
mood korban yang mengalami ketakutan.
c. Konsep lighting
Lighting
sangat penting dalam film yang tujuannya tidak lepas sebagai penunjang
mood dan look film. Dalam film ini memakai konsep lighting yang natural.
Natural disini yang dimaksud adalah cahaya matahari dibuat berdasarkan
set lampu yang dibuat berdasarkan arah matahari yang sebenarnya untuk
scene interior namun tidak terkesan lighting planes.
Sedangkan untuk scene eksterior lighting yang digunakan adalah
available, tanpa bantuan sinar dari lampu, hanya memakai sinar yang
datang dari arah matahari. Digunakan agar gambar terkesan mentah dan
terkesan sehari-hari.[6]
d. Type Of Shot
Type Of Shot yang dominan dipakai adalah Full Shot
yang berfungsi untuk memperlihatkan lokasi dimana Robert berada,serta
untuk kebutuhan komposisi yaitu Robert berada di tengah hutan yang
sangat luas dengan pepohonan yang tinggi. Medium Shot
digunakan pada saat Robert melakukan beberapa aktifitasnya misal saat
membasuh muka di sungai,sedang menyandarkan dirinya ke batu. Serta Close Up
dipakai pada saat pedetailan luka akibat tembakan, serta untuk
memperjelas informasi benda yang dipegang Robert lebih untuk kebutuhan
dramatik seperti ketika Robert mengeluarkan topi bayi dan di genggam di
tangannya.
e. Angle
Penempatan angle
di fungsikan untuk mewakili psikologis tokoh dalam film ini. Seperti
contoh ketika ia berlari memasuki hutan maka angle yang dipakai adalah
high angle, menandakan ia tidak berdaya sebagai seorang preman ketika
berada di hutan yang liar. Ketika Petrus akan menembak, maka angle yang
dipakai adalah low angle, untuk menunjukkan bahwa Petrus adalah pembunuh yang ditakuti. Dan angle juga digunakan untuk memperlihatkan lokasi yang tetap ditujukan untuk menunjang mood dan look film.
f. Stagging Camera
Robert mengalami ketakutan dan kegelisahan maka stagging
kamera pada film ini dominan adalah bergerak mengukuti tokoh,
difungsikan untuk menunjukkan bahwa dia selalu diikuti oleh penembak
misterius. Teknis pengambilannya akan menggunakan steady cam
agar tidak terlalu shacking saat pengambilan gambar ketika berlari.
Tidak dipungkiri kamera moving menggunakan track yaitu berfungsi untuk
menunukkan geografis alam melalui foreground struktur bentuk alam sesuai
setting, misal batu kali, pohon pinus, rumput hijau, dan sebagainya.
Kamera still akan terpakai
ketika adegan berada di rumah, karena pada saat itu mood yang dirasakan
masih tenang. Tidak dipungkiri untuk menggabungkan kesemuanya di dalam
sabuah scene.
g. Aspect ratio
Intimidasi memilih aspect ratio 16:9 karena film ini akan banyak memakai wide shot, yang berfungsi untuk memperlihatkan setting lokasi hutan, sungai. Yang kesemuanya akan membentuk kesan kesendirian dari Robert ketika dalam frame wide shot.
3.2 Konsep Mise En Scene
Mise
En Scene dalam film ini ditujukan untuk membangun karateristik karakter
tiap tokohnya. Mise En Scene harus bisa menampilkan secara eksternal
kakateristik tokoh yang bersifat internal. Sehingga bisa menggambarkan
secara utuh siapa tokohnya, background keluarganya, pekerjaannya, serta
apa yang dilakukannya selama film berjalan.
a. Setting (Ruang dan Waktu)
Ruang
dalam film ini adalah ruang yang kita temui dalam kehidupan sehari
hari. Rumah Robert adalah rumah dimana dia dan istrinya membina rumah
tangga sampai mereka akan dikarunia seorang anak. Tipe rumah tersebut
golongan ke bawah, karena tidak tampak perabotan yang bernilai mewah,
bertujuan untuk memperkuat karakter Robert sehingga alasan faktor
ekonomi tersebut dia menjadi seorang preman. Pasar adalah tempat
masyarakat berbelanja, namun pada film ini pasar diceritakan sebagai
tempat mangkal Robert dengan pekerjaannya sebagai preman pasar tersebut.
Hutan dan sungai adalah sebuah tempat dimana Robert beranggapan bahwa
tempat itu adalah tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran
para penembak misterius.
Waktu dalam Intimidasi secara garis besar adalah waktu yang linear atau bergerak maju, karena berjalan sesuai dengan urutan kejadian yang dialami oleh protagonist,Robert.
Story Duration film ini adalah 3 hari. Dimulai saat ditemukannya mayat terbujur kaku di selokan, sampai Robert mati tertembak di jurang. Plot duration film ini juga 3 hari karena hanya memfokuskan pada kejadian yang dialami oleh Robert. Seadangkan screen duration nya adalah 15 menit.
b. Kostum
Kostum
atau wardrobe berfungsi untuk membentuk dan menonjolkan karakter.
Setiap karakter memiliki keunikan dari ciri khas fashion nya
masing-masing. Pada zaman itu para preman khususnya yang bertato
termasuk seniman bertato sangat takut akibat shock teraphy yang
dilakukan para penembak misterius karena yang menjadi korban adalah
kebanyakan orang-orang yang bertato. Sehingga banyak dari mereka yang
menyetrika atau menyiram dengan air keras bagian tubuh mereka yang
bertato agar mereka terhindar dari penembak misterius. Ada pula yang
mencoba berpenampilan rapi seperi masyarakat pada umumnya agar tidak
terkesan seperti penjahat.
Dalam film ini Robert
memakai kostum yang rapi agar dia tersamar jati dirinya sebagai seorang
preman. Robert digambarakan dengan berpakaian kemeja lengan panjang
untuk menutupi tato di lenganya, serta celana jins panjang, dan juga
sepatu warna hitam.
Suci memakai kostum daster terusan dengan jaket tipis untuk mejaga kehangatan tubuhnya di saat hamil.
Jhon
dan Bram memakai pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Robert yaitu
memakai jaket kulit atau jeans dengan celana jeans atau berbahan kain.
Untuk
tokoh penembak misterius akan digambarkan memakai kostum serba gelap.
Memakai jaket hitam atau coklat dengan celana jeans hitam dena bersepatu
hitam atau coklat.
c. Make Up
Make
up difungsikan juga untuk menonjolkan keunikan dari tiap karakternya.
Film ini memilih konsep realis sehingga pada pendekatannya setiap tokoh
akan di make up secara natural dan tidak dilebih-lebihkan.
Robert
adalah seorang preman pasar namun dia adalah sosok kepala rumah tangga
yang baik hati serta ramah terhadap penduduk. Maka di film ini Robert
akan tampil dengan make up yang rapi dan sopan saat berada di rumah.
Namun ketika ia di pasar dan ketika ia dikejar di hutan, maka wujudnya
sebagai preman yang garang dan gesit akan tampak dengan make up yang
lusuh dan tidak beraturan. Pada saat di hutan Robert akan bermuka kotor,
penuh keringat dan kotoran dari tanah yang akan menempel di wajahnya.
Suci
adalah sosok istri yang penyanyang, maka dalam film ini Suci akan
ditampilkan dengan make up natural yang rapi, namun akan diberi kesan
pucat karena dia sedang hamil 35 minggu. Pada saat adegan air ketubannya
pecah, wajah Suci akan dipenuhi keringat dan dibikin lebih pucat karena
ia tidak kuat menahan sakit dari perutnya.
Jhon adalah teman robert sesama preman, pada wajah Jhon akan diberi special effect
make up berupa bekas goresan pisau, agar terkesan dia peranh berkelahi
dengan seseorang dan terkesan garang. Bram juga teman Robert yang juga
preman. Bram akan ditampilkan dengan make up natural seperti Robert.
d. Figure Expression dan Movement (acting)
Acting
pada film ini akan diarahkan kepada bentuk yang sangat alami sesuai
dengan karakter pada tiap tokohnya. Metode yang akan dipakai adalah
memberi pengarahan dan menjelaskan tiap karakter serta sebab dan akibat
dari ceritanya lalu membiarkan para pemain untuk menginterpretasikan
skenario setelah mereka membacanya, namun ketika mereka melebihi dari
karakter yang ada di skenario akan dibatasi ruang geraknya.
II.3.3 Konsep Editing
Berdasarkan
konsep untuk menunjukkan proses merasa tertekan dan tercancam oleh
penembak misterius yang dirasakan oleh Robert berlangsung dan berlanjut
serta bergerak maju maka struktur editing yang dipakai adalah Continuity Editing. Dengan harapan penonton akan dapat merasakan proses identifikasi terhadap protagonist.
Ritme
editing yang akan muncul pada film adalah Dinamis. Dinamis disini bukan
berarti bergerak cepat. Dalam hal ini Ritme dibawa oleh mood
yang dirasakan Robert ketika dia terancam maka dia harus bergerak cepat
untuk menyelamatkan diri. Ritme akan berganti-ganti sesuai dengan apa
yang dirasakan oleh Robert. Ritme editing berganti cepat ketika Robert
merasa ada yang mengejar di hutan atau ketika dia merasa terancam yang
nantinya akan di aplikasikan melalui Dynamic Cutting.
Gaya editing yang akan dipakai adalah Classical Cutting ,Penyambungan kepada tipe shot lebih padat berfungsi menekankan suatu informasi atau dramatik tertentu yang penting ditangkap oleh penonton.
Secara
keseluruhan editing dalam Intimidasi digunakan untuk merefleksikan
dramatic mood yang dirasakan oleh protagonist film ini.
II.3.4 Konsep Suara
Konsep
suara pada film Intimidasi secara keseluruhan akan menampilakn suara
yang berkesan seperti suara dalam keseharian karena film ini mengambil
konsep realis dan tidak di lebih-lebihkan. Yang dimaksud dengan realis
disini yaitu konsep suara ini adalah bersifat Realita atau kenyataan,
suara disini sangatlah mengutamakan dimensi suara yaitu Fidelity yang berarti ketepatan suara terhadap sumbernya.
Film ini mempunyai 3 aspek suara yaitu:
a. Speech.
Dialog
pada film ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang digunakan untuk
menyampaikan informasi pada alur cerita, dan juga untuk menunjang mood
yang dirasakan protagonist,dan juga sebagai pembentuk karakter tiap
tokoh yang muncul pada plot.
b. Music.
Dalam
film ini music digunakan untuk menunjang mood yang dirasakan oleh
protagonist, misalkan pada adegan dia berlari di hutan, maka music yang
akan dipakai adalah music bertempo cepat agar mendukung ketegangan yang
dialami oleh protagonist,begitu pula saat protagonist bersedih makan
akan diberi musik dengan sentuhan ritme yang mellow.
c. Effect.
Efek
suara dalam film ini merupakan unsur suara selain dialog dan music.
Efek suara dihasilkan dari suatu benda atau seseorang yang dapat
menghasilkan sebuah suara. Dalam film ini akan di dominasi oleh efek
suara yang realis dan fungsional. Misalkan pada saat terjadi tembakan
yang mengenai pohon atau batu pada kali, maka efek suara yang akan
dimunculkan adalah suara benturan atau ledakan peluru akibat gesekan
dari batu atau kayu sesuai dengan arah datangnya tembakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar